65

390 61 3
                                    

Ken menarik napas berat, "rasanya posisi gue serba salah", ucapnya pelan, "jujur lah, gue jadi takut pas tau dia suka gue. Selama ini gue nggak sadar".

"Gue jadi lo pasti shock berat", timpal Inojin, dia balik melukin kedua kakinya. Ya iya, kemaren kemaren pas Cho Cho nyatain suka, dia aja shock. Apalagi yang kayak begini.

"Tapi seenggaknya dia nggak ngapa ngapain lu selama ini kan?" tanya Shikadai. Ken menggeleng.

"Nggak pernah. Cuman yah kalo pas bahas pelajaran, dia kayak antusias gitu, kadang kadang senyum. Tapi pas udah sendiri, mukanya balik datar".

Semua diem, jadi sibuk dengan pikiran masing masing.

"Gue mau lanjut", Shikadai balik buka suara.

"Lanjut mas lanjut", tukas Boruto. Dia muterin badan menghadap Inojin dengan punggung nempel ke lengan Mitsuki. Suka banget ngeberatin si anak uler dah.

Shikadai membalikkan halaman binder. Tampak banyak gambar versi manga yang dibuat sama pensil, dan rata rata gambar manga itu semuanya mirip Ken. Ada yang digambar dari badan tampak samping, ada juga gambar mirip Ken dengan ekspresi muka marah, muka kecewa, muka sedih dan muka senang.

"Wih hebat juga ni anak ngambar", cetus Boruto, "saingan sama Inojin".

Yang disebut manyun doang.

Shikadai menunjuk gambar pertama di sudut kiri halaman, "disini dia nulis kalo tanpa kebaikan bapak Kepala dia nggak bakal ada disini dan bisa ketemu Ken. Gue rasa dia bisa masuk pesantren karna ada campur tangan bapak Kepala. Mungkin aja keluarganya kenal sama bapak Kepala, atau dia diangkat anak sama beliau, entahlah bisa jadi".

Lalu cowok itu menunjuk gambar gambar lain, "kalian bisa liat kalo gambar gambar setelahnya dia banyak nyeritain Ken. Cuman gue agak sangsi sama gambar terakhir. Dia nulis kalo dia benci banget sama Ken yang nggak pernah mau deketin dia lebih".

Mitsuki nepuk nepukin punggung Ken pas liat mukanya udah dia sembunyiin di balik kedua lututnya yang lagi dia peluk.

Kemudian Shikadai membalik balikkan halaman per halaman setelah itu buat liatin ke mereka yang ternyata cuma banyak diisi sama portrait gambar gambar Ken versi manga, gambar gambar dengan lirik lagu Dust in The Wind plus banyak halaman kosong juga.

Dan sebelum cowok berambut hitam itu sampai ke halaman terakhir, dia tertegun sejenak.

"Ken, gue agak nyesel pas baca halaman paling belakang. Gue rada nggak sanggup buat nyampeinnya. Lu balikin sendiri ya".

Ken natapin Shikadai takut, "emangnya ada apa?"

"Lu jan bikin takut orang sat", cetus Boruto, "gue dah merinding anjing".

"Perasaan gue nggak enak sumpah", Inojin mengelus dadanya, dia ngemajuin badan sedikit dari Boruto dan Shikadai, takut ntar tiba tiba ada yang nyolek atau apa gitu.

Shikadai diem aja. Dia pun sebenernya sama takutnya.

"Gue yang bukak nih?" tanya Ken lagi. Shikadai terpaksa ngangguk.

Ken pun dengan hati hati membalikkan halaman itu dan tampaklah tulisan besar besar yang ditulis kacau dengan pena merah dihiasi gambar tali tambang yang udah disimpul kayak gantungan bunuh diri, gambar pisau dan motif tetesan tetesan darah.

Sontak Boruto, Mitsuki dan Inojin kaget banget. Bukan, bukan karena gambarnya, tapi karena kalimat yang ditulis oleh Hanasaki.

Ken auto mendorong kasar binder itu lalu nangis sejadi jadinya. Boruto menarik lagi binder yang sempat terlempar ke pangkuan Inojin yang udah duluan histeris minta disingkirin. Tuh anak katanya nggak mau megangin benda yang pemiliknya udah nggak ada.

[1] Lost in Pesantren ㅡ BORUTO: NARUTO NEXT GENERATIONS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang