37

460 60 2
                                    

Sumpah dah kalau udah masuk TimeZone, mana ada cerita hemat hemat. Mitsuki yang udah wanti wanti dalam hati buat nggak ngabisin duit main di TimeZone, nyatanya 100.000 melayang juga. Apalagi Boruto. Sama sama ludes 100.000.

Sekarang mereka lagi duduk ngos ngosan di kursi abis main DDR. AC di TimeZone pada nggak mempan buat ngademin mereka. Panas mulu bawaannya karena gerah.

Mitsuki ngeluarin iphone buat liat jam. Seketika matanya terbelalak. Buset, udah jam 21.50!

"Balik yuk", Mitsuki narik narik kaos Boruto yang lagi asik liatin salah satu cewek yang sedang main tembak tembak zombie.

Cowok itu menoleh, "hah?"

"Balik yuk", rengeknya, "udah mau jam 10".

"Ntar", ujarnya, lalu balik natapin cewek tadi, "lu liat tuh, cewek yang lagi main tembak zombie, cantikan mana sama Sumire?"

Mitsuki ngikutin arah pandang Boruto, ada cewek berambut merah lagi main tembak zombie solo.

"Hm..."

"Dia atau Sumire?" tanya Boruto maksa.

"Sumire", kata Mitsuki, "tapi aku bilang ini murni karena kamu minta pendapat aja".

Boruto menepuk nepuk bahu Mitsuki pelan, "selow coiii. Cuma nanya. Berarti pendapat gue bener", kemudian dia berdiri, "kuy cabut. Mal mau tutup".

Boruto dan Mitsuki pun keluar dari TimeZone dan jalan kearah Periplus. Pas udah mau nyampe, Mitsuki keburu dibuat kecewa karena tuh toko udah tutup duluan. Anak itu auto cemberut.

"Udaaaah jan sedih, kan kita abis lebaran balik lagi, kita kesini dah", hibur Boruto. Mitsuki menghela napas. Yaudah deh kapan kapan aja liat bukunya.

Mereka pun turun dan ngeliat Starbucks masih buka. Hm pengen sih, tapi mehong.

"Starbucks kuuuy!" Boruto langsung narik tangan Mitsuki tanpa nanya persetujuan dia terlebih dahulu. Seketika mereka berdua udah berdiri ngeliatin menu yang terpampang.

Ini Tall Grande Venti apaan dah?" bisik cowok berambut kuning itu. Karena nggak dapat jawaban dari si anak uler, dia pun tanpa malu malu manggil mas mas Starbucks.

"Mas! Mas! Tall grande venti apaan mas?" tanyanya. Mas mas Starbucks yang ditanya natapin Boruto cengo.

"Elah mas, nanya doang, mau beli nih", sambung Boruto lagi karena si masnya nggak kunjung ngejawab.

"Eh? Iya ada contohnya", si mas auto nunjukin display gelas yang terpajang di dekat mesin kasir, "ini tall, ini grande, ini venti".

Boruto manggut manggut. Oh gitu toh. Kemudian dia natapin Mitsuki.

"Lu pesen apa?"

Mitsuki masih liatin menu, dia bingung mau pesen apa saking banyaknya pilihan.

"Anak anak beliin nggak ya?" Boruto merogoh saku dan ngeluarin hp, kemudian memencet nomor Shikadai bermaksud buat nanyain ini anak anak pada mau Starbucks atau nggak.

"Halo?"

"Sat, mau Starbucks ndak?!"

"Hah? Apaan tuh?"

"Kopi! Kopi! Aaah suruh Inojin nyari di google, cepetan! Mal mau tutup!"

"Lu kalo nelfon pasti kayak dikejer anjing! Sabar elah!"

"Iye cepetan! WA gue cepeet! Suruh Inojin WA gue!!!"

"WOI BABIIII BISA SABAR NGGAK LU?! PESEN APA YANG LU PESEN AJA DAH BYE!"

[1] Lost in Pesantren ㅡ BORUTO: NARUTO NEXT GENERATIONS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang