67

386 57 5
                                    

Mitsuki membuka pintu kamar disaat dia mendengar ada suara grasak grusuk lagi dari kamar sebelah.

Hari masih siang loh ini. Dan dia sepenasaran itu. Pas ngeliat ke sebelah, cowok itu bernapas lega. Ternyata bukan hantu, tapi ada beberapa orang yang nggak dia kenal lagi ngangkutin semua barang barang yang ada di dalam kamar kayak kasur kasur dan lemari lemari, termasuk barang barang kepunyaan Hanasaki.

"Ken, kamu nggak jadi kasih bindernya? Orang orang lagi bongkar kamar sebelah", sorak Mitsuki dari pintu. Ken yang sedang chatan sama Sarada, mendongak. Dia berdiri lalu mengambil binder Hanasaki diatas lemari kemudian buru buru keluar.

Boruto, Inojin dan Shikadai juga ikutan ngeliat. Tadi sih mereka lagi mabar.

Langsung aja Ken nemuin orang orang itu dan minta permisi mau masukin binder yang dia pegang ke dalam ransel Hanasaki.

"Boruto!"

Boruto, Mitsuki, Inojin dan Shikadai yang lagi berdiri di depan pintu tkp, menoleh. Alamak, ustadz Abu!

"EhㅡHeheh si ustadz, jan marahin kami lagi dong tadz, kami bolosnya kan ndak disengaja", Boruto cengengesan.

"Tadz, kami mau pindah kamar, tadi malem digangguin", lapor Inojin.

"Iye tadz, muncul suara berisik kayak banting banting barang, sampe jam 4an", bisik Shikadai.

Dan Mitsuki cuma tukang ngangguk doang.

Ustadz Abu tercekat, "yang benar?" tanyanya seakan nggak percaya.

Boruto merengut, "emang kami tukang bohong tadz? Sumpah!"

"Tidur di mesjid ae dah tadz", Inojin masih nyoba ngerayu ustadz Abu supaya mereka beneran bisa pindah kamar.

"Yaya serah ustadz mau narok kami dimana yang penting jangan disini", tukas Boruto lagi.

Ustadz Abu mengedarkan matanya ke dalam tkp dan ngeliat Ken lagi ngomong sama seseorang.

"Itu wali Hanasaki", kata ustadz Abu menunjuk ibu ibu bergamis merah dan berhijab hitam, "Hanasaki yatim piatu. Keluarganya nggak ada yang sanggup untuk merawatnya dan menyerahkan Hanasaki ke panti asuhan. Dia anak baik, suka menolong beliau kalau pulang ke panti. Tapi, beliau nggak pernah menyangka Hanasaki akan berakhir seperti ini".

Boruto, Mitsuki, Inojin dan Shikadai diem dengerin cerita ustadz Abu sembari mata mereka natapin ibu itu.

"Boruto, yang saya minta kemaren, sudah ada?"

Boruto mendongak, alisnya bertautan, "hah, apaan tadz?" tanyanya heran.

"Ikut saya", ustadz Abu menarik tangan Boruto menjauh dari tkp. Beliau membawa anak itu turun dan keluar dari gedung asrama.

"Boruto kemana?" tanya Mitsuki ke Inojin dan Shikadai.

"Mungkin mau bicarain hal penting", kata Inojin pelan natapin kepergian Boruto.











"Saya tau kamu tau, Boruto", ujar ustadz Abu ketika mereka berdua udah duduk di kursi di bawah pohon mangga yang ada di dekat mesjid. Disana nggak ada orang, jadi bebas buat ngobrol apa aja.

"Tau apa tadz? Saya ndak ngerti", Boruto geleng geleng sambil berkacak pinggang. Ini si ustadz dari tadi ngomongnya berbelit belit mulu, kayak cewek lagi ngodein pacarnya elah.

"Kematian Hanasaki", jelas ustadz Abu, "saya tau kamu sudah dapat info".

Boruto mendelik. Hah, jadi ini berarti dia harus nyeritain semua rahasia yang ada di binder itu?

Boruto menelan ludah.

Anjir takut aing mah, ujarnya dalam hati.

"Takut itu kepada Allah Boruto, bukan kepada yang lain", lanjut beliau seakan bisa baca pikirannya. Boruto garuk garuk kepala. Akh! Harusnya Shikadai atau Ken yang ngejelasin, kenapa malah harus dia?

"Saya berhak tau alasan dibalik kematiannya, Boruto Uzumaki, harus berapa kali saya mengulang ulang nama kamu?"

"Yaaaah...", Boruto mengedarkan pandangannya, "yaa gosah nyebut nyebut nama saya kalo gitu tadz", katanya ngasal.

"Bukan waktunya bercanda", ustadz Abu mendekap tangannya, "cepat ceritakan".

"Ya ustadz bisa jamin kan abis cerita saya nggak diapa apain?" tukas cowok itu, "kita aja udah 2 kali dikerjain di kamar".

Ustadz Abu menoleh, "di kamar? Kamar kalian?"

Boruto menghela napas, dia bersandar di badan pohon, "ya gitu lah tadz. Pertama, ransel Ken jatuh sendiri padahal ransel itu tuh ditarok di atas lemari dan disanderin di sudut dinding. Kedua, jam setengah 4 tadi, binder Hanasaki tetiba jatuh gitu aja, padahal bindernya diletakin baek baek diatas lemari dan jauh lah dari pinggir lemari.. Eh?" cowok itu auto nutupin mulutnya dengan tangan.

Buset, gue keceplosan tentang binder! batinnya.

"Binder Hanasaki?" ustadz Abu kali ini natapin Boruto dalam dalam, "jadi kalian punya binder Hanasaki?"

Boruto mengibaskan kedua tangannya sambil menggeleng, "udah dibalikin kok tadz ke dalem ranselnya! Itu tadi si Ken yang balikin!"

Ustadz Abu manggut manggut, "berarti kalian sudah tau banyak. Ceritakan apa yang ada di dalam binder itu. Tenang aja, cerita yang menurut saya penting untuk kelangsungan identifikasi akan saya sampaikan ke pihak pesantren. Tapi kalau ada cerita bersifat pribadi, ini hanya diantara kita".

"Sebenernya kebanyakan rahasia pribadi sih tadz, saya ndak tau mau mulai dari mana", keluh Boruto. Nggak enak banget dijebak kayak gini. Mana belum resiko gaib yang bakal dia dapetin. Hahh, tetiba dia rindu ngelakuin misi bareng kak Konohamaru dan tim 7, daripada harus berurusan sama yang ginian.

"Mulai dari mana yang kamu ingat".

"Nggak ah tadz, takut ntar diapa apain, ustadz ndak ngejamin sih!" sungut cowok berambut kuning itu.

"Kamu takut sama Allah atau sama yang begituan?!" ustadz Abu udah nggak sabar.

"Ya takut sama Allah lah tadz, sama ini juga heheh", cengirnya.

Ustadz Abu melengos. Emang susah ngajakin anak satu ini kompromi.

"Kamu mau apa?" akhirnya beliau ngeluarin pilihan terakhir; nyogok Boruto huhu.

Boruto menoleh, "hah? Mau apa? Mau apaan?"

"Saya belikan Starbucks, tapi kamu cerita dulu", tawar ustadz Abu. Boruto auto melet.

"Ndak ah tadz, ndak sebanding".

"Terus mau kamu apa?"

Boruto pun mikir. Hm enak juga nih ditawarin gini. Kalo minta sepatu boleh nggak tuh? Kemaren kemaren dia sempet liat sepatu Yeezy di instagram, mayan bisa nambah koleksi sepatu.

"Saya mau Yeezy Boost 350 v2", tukas Boruto cepat. Ustadz Abu kaget.

"Gila kamu?! Gaji saya sebulan aja nggak cukup buat beli sepatu itu!" beliau auto ngomel ngomel.

Cowok itu cemberut, "yodah nggak jadi cerita. Kan tadi ustadz yang nawarin".

Hoho, enak nih diperas gini ihiy.

"2 Starbucks", ustadz Abu nyoba nawar lagi. Boruto menggeleng.

"Masih kurang tadz, temen saya ada 4".

"Kenapa jadi teman kamu yang dipikirin?!"

"Loh saya kan setia kawan tadz, gimana sih", diem diem Boruto memalingkan mukanya dari ustadz Abu buat ngakak sendirian.

"Yaudah 5! Ceritakan dari awal sampai akhir! Saya nggak mau tau! Huh habis gaji saya sebulan gara gara kamu!" Beliau mencak mencak. Asik banget dah ngeliat si ustadz marah marah karena diporotin. Ngakak anying.

"Cepat cerita!"

Boruto auto duduk menghadap ustadz Abu sambil senyam senyum, "nah gini ceritanya tadz..."

[1] Lost in Pesantren ㅡ BORUTO: NARUTO NEXT GENERATIONS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang