86

668 69 26
                                    

"Tala'al badru 'alainaa min tsaniyatil wada'..." Inojin bersandar di dinding sembari mulutnya yang dia sembunyiin dibalik kaos mendendangkan sholawat.

"Gile lu kuyang, sholawatan di wc", gumam Boruto yang kebetulan juga bersandar di sebelahnya.

Inojin mendelik, "sholawatlah disaat kamu kesusahan sayang", cetusnya, "eh lupa, lu kan kapir, ndak hapal sholawat".

"Hmm iye dah gue kapir iyeee", Boruto menyipitkan matanya, kemudian balik diem ngeliatin anak anak yang juga mulai lemes gegara udah setengah jam terkurung di tempat yang sama sekali nggak sesuai ekspektasi.

Shikadai bangkit dari jongkoknya setelah nggak bisa lagi menahan kakinya yang kesemutan. Kemudian dengan hati hati dia memutar kunci buat liat kondisi diluar. Mau nggak mau cowok itu harus berbuat sesuatu. Masa mau terkurung di kamar mandi yang menjijikkan ini selamanya. Gila aja.

Setelah pintu sedikit kebuka, Shikadai menyembulkan kepala keluar. Beneran situasi rumah lagi lengang. Cuma ada Ken yang udah jadi mayat tersandar di ruang tamu. Melihat itu, hati Shikadai auto bergetar. Dia menutup pintu kembali.

"Woi itu mayat Ken mau diapain?" tanyanya sedih. Helaan napas terdengar dari masing masing oknum.

"Maunya diapain?" Boruto balik nanya, "ini gue serius ya guys, jan salah paham kelean".

"Kalian nggak ada rencana?" tanya Shikadai lagi. Saking nggak ada solusi, mereka cuma saling ngelempar pertanyaan.

"Bagusnya gimana?" giliran Cho Cho yang nanya.

"Nggak ada yang mau bawain mayat Ken keluar nih?" cetus Inojin. Mendengar satu persatu pertanyaan dari kawan kawannya itu, Sarada auto mewek di bahu Mitsuki.

"Mitsuki, gimana?" Shikadai natapin Mitsuki yang lagi ngusap ngusap bahu Sarada. Si anak uler cuma menggeleng pelan tanda otaknya lagi nggak bisa diajak mikir.

"Lu aje yang gendong mayat Ken, gimana?" tanya Boruto ke Shikadai. Cowok berambut hitam itu melempar tatapan ke Inojin.

"Lu aje dah", ucapnya frustasi. Inojin membelalak.

"Lo kalo ngasih kerjaan ke gue kira kira lah. Badan kecil gini disuruh gendong manusia", dia jelas menolak mentah mentah.

"Biar gue", lirih Sarada yang langsung bikin semua terpana. Mitsuki kaget.

"Nggak. Biar aku aja", katanya cepat. Mana tega dia ngeliat cewek yang 'sempat' mengisi hatinya itu ngegendong mayat walaupun mayat itu adalah 'mantan' gebetan.

"Ehem", Boruto langsung batuk batuk manja. Sa ae si anak uler nyari kesempatan dalam kesempitan.

"Oke deh, sekarang kita keluar. Jangan ada yang jalan lambat, langsung lari keluar pintu! Pas gue mulai buka pintu, kalian ambil ancang ancang. Mitsuki, lu dibelakang", kata Shikadai. Tangannya siap membuka pintu.

Mitsuki ngangguk. Boruto ngacuin jempol. Mereka semua udah ngambil kuda kuda.

Shikadai membuka pintu sepelan mungkin lalu untuk yang kedua kali kepalanya menyembul ngeliat keadaan terlebih dulu. Masih aman, dia rasa.

"Kuy!" Shikadai membuka pintu lebar lebar dan seketika anak anak auto lari sekenceng mungkin. Setibanya di ruang tamu, Mitsuki dengan sigap mengambil mayat Ken lalu menggendongnya di depan badan. Disaat dia mau keluar pekarangan, Allah berkehendak lain. Dia kena cegat si bapak yang tiba tiba dateng dari samping rumah. Mata beliau berkilat tajam sambil tangannya dengan cepat menyandera si anak uler dengan mengalungkan parang di leher tuh cowok.

Boruto, Inojin, Shikadai, Sarada dan Cho Cho yang berhasil keluar, kaget banget pas tau Mitsuki bernasib sial.

"MITSUKIIIIII!!" teriak Boruto lalu berlari balik kearah si bapak sialan itu. Giginya gemeletuk saking geramnya. Mitsuki tersenyum, dia menggelengkan kepala.

[1] Lost in Pesantren ㅡ BORUTO: NARUTO NEXT GENERATIONS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang