53

431 51 0
                                    

Mereka berenam, Boruto, Mitsuki, Sarada, Shikadai, Inojin dan Cho Cho beneran bakal pergi kemping ke taman Senju dong, dan mereka bakalan ngumpul di rumah Inojin abis zuhur. Sengaja dia ditelfonin Boruto pagi pagi minta kepastian Inojin bisa pergi atau nggak karena tadi malam dia kan nggak nongol di grup. Alhamdulillah tuh cowok mau ikutan.

Sekarang Shikadai udah ada di depan pintu toko bunga Yamanaka duluan lebih cepat. Jam 11 tetiba dia udah melesat pergi gitu aja. Katanya sih lagi males dirumah. Mending ke rumah Inojin.

"Samlekum!" Shikadai membuka pintu toko dan dia bisa liat tante Ino lagi jaga di kasir. Kalau abis lebaran ya gini, pelanggan jadi cuma satu satu. Coba kalau sebelum lebaran, membludak kayak bom nuklir.

"Oh Shikadai, langsung keatas aja ya, Inojin di kamar. JANGAN LUPA ABISIN KUE LEBARANNYA BIAR TANTE BISA NYUCI TOPLEEEES!" teriak tante Ino.

"Yeu si tante. Ntar kuenya aku bawa kemping deh", kata Shikadai ngacungin jempol.

"Bawa aja yang penting abis", tante Ino ngedipin sebelah matanya. Shikadai naik keatas lalu langsung nyambangin kamar Inojin yang pintunya lagi kebuka.

"Woi".

Tampak cowok pirang itu lagi grasak grusuk di kolong meja belajar nggak tau nyari apaan.

"Ngape sih lu?" tanya Shikadai sambil nurunin ranselnya yang gede dan naruh di depan lemari.

"Nyari kuas. Nyelip tadi", kata Inojin. Shikadai duduk di kursi belajar dan auto muter muter disana kayak komedi puter.

"Tumben cepet banget lo dateng. Nggak bilang pula", Inojin berdiri. Dia udah berhasil nemuin kuas lukisnya yang sempat nyelip di kolong.

"Bosen dirumah", matanya lalu natapin tuh anak, "nape sih lu nggak muncul di grup pas bahas kemping?"

"Oh", Inojin melengos kemudian pergi duduk di depan kanvasnya, rencana mau nyelesain ngelukis dulu. Nanggung.

"Males nimbrung", sambungnya.

"Karna ada si Cho Cho, ye kan?"

"Hm".

Shikadai mendorong kursi belajar yang beroda itu dengan kaki dan mendekat ke Inojin, "berantem lo?"

"Nggak", jawab cowok itu masih fokus ngelukis.

"Lo nolak cintanya?"

Mendengar itu Inojin auto mendelik, "paan sih".

"Fix gegara ini", Shikadai melipat kedua tangannya di belakang kepala, "ya serah lu sih mau nolak mau nerima mau apa, asal kalian masih bisa kerja sama. Kalo nggak bisa ya bubar tim kita".

"Gue ketemu dia kemaren pagi minta penjelasan", ujar Inojin buka cerita, padahal Shikadai nggak nyuruh, "ternyata dia beneran suka ke gue. Tau gitu mending gue nggak baikan".

Shikadai membuka matanya dan balik liatin cowok itu.

"Pake kasih kasih gue kukis yang diselipin surat lagi. Ya gue shock lah".

"Trus dia ngajak lu pacaran?" tanya Shikadai.

"Nggak. Gue udah bilang duluan kalo gue nggak bisa pacaran".

Cowok berambut hitam itu manggut manggut. Hening sejenak sebelum Shikadai tiba tiba ngakak.

"Sawan lo?!" Inojin ngomel ngomel.

"Nggak nyangka aja kalo Cho Cho turun level suka sama orang ginian hahahahahahah", sampe sampe Shikadai melukin perutnya yang mulai sakit karena ketawa.

"HEH EMANG LO KATA GUE BURIK?!"

Cowok itu sekarang udah jatuh dari kursi dan rebahan guling guling di lantai.

[1] Lost in Pesantren ㅡ BORUTO: NARUTO NEXT GENERATIONS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang