"Untuk penampilan dari prodi musik angklung saya sangat mengapresiasi. Saya tidak menyangka jika kalian mampu meremix aransemen DJ menjadi sebagus itu. Saya beri kalian 1 poin" komentar Bu Winda.
"Baik untuk saya mungkin akan melihat dari segi penampilan dan pembawaannya saja. Karena saya mungkin tidak mengetahui musik terlalu dalam sehingga mampu mengomentari dari segi aransemen dan bait perlirik" komentar ketua angkatan.
"Untuk dari segi penampilan saya sangat menyukai tim musik dari prodi angklung tapi dari segi pembawaan yang mampu menyihir para penonton untuk ikut terbawa suasana saya memilih The God. Saya beri 1 poin untuk The God" tambahnya.
Komentar terakhir dari Pak Adit. Raina sebelumnya sangat menyesali perbuatannya. Ia melakukan kesalahan yang fatal hingga tidak menyanyikan part nya. Rasanya ia ingin berteriak dan meminta maaf kepada teman-temannya gara-gara kecerobohan dia.
"Baik untuk saya sendiri. Musik itu seperti perantara. Perantara dari penyampaian perasaan pembawa kepada audiens. Maka dari itu perasaan dan konsentrasi itu penting dalam pembawaan musik. Seperti yang dijelaskan ketua angkatan kalian. Saya melihat pembawaan perasaan dari kedua tim sangatlah berbeda. Jadi saya memutuskan 1 poin saya berikan untuk....."
"The God"
Raina menghela napasnya kasar. Ia sangat merasa bersalah kepada teman-temannya. Sorak penonton terdengar sangat mendukung The God. Memang saatnya Raina mengakui kekalahan. Raina beranjak ke belakang panggung dan meminta maaf kepada teman-temannya.
"Guys gue minta maaf yaa gara-gara kecerobohan gue kita...."
"Santai Ra kita ga marah kok. Palingan lo yang ga apa-apa? Apa perlu gue yang gantikan sebagai budak Rendra" tawar Dara.
"Gausah. Gue ga mood parah hari ini gue pulang dulu yaa" izin Raina.
Raina beranjak meninggalkan aula dan mendapati kakeknya yang sedang duduk di halte pinggir jalan.
"Kakek" Raina merengek pada kakeknya mencoba menangis hanya di depan beliau.
"Anak itu mirip kakek sewaktu muda" ucap kakeknya sembari tersenyum.
"Maksud kakek siapa?" tanya Raina sembari menahan isak.
"Itu anak muda yang bernyanyi dan bermain gitar"
"Kakek lihat penampilanku?" tanyanya.
Kakeknya mengangguk.
"Mirip dari mana. Dia itu cowok songong yang pernah aku tau" komentar Raina sambil duduk di sebelah kakeknya.
"Dia itu tampan dan mahir melakukan apapun seperti kakek sewaktu muda"
"Kakek bahkan aku gabisa menangis gara-gara kakek"
Raina sudah kesal dengan kekalahannya ditambah kakeknya yang terus menerus memuji cowok dingin songong itu.
***
Hari telah sore dan Dara bertemu dengan Raihan ketika hendak meninggalkan kampus.
"Raihan mau makan ga?" tawar Dara.
"Dimana?"
"Mau coba makanan di restoran yang baru buka kemarin di kota?"
"Boleh yuk"
"Kali ini gue yang teraktir" ucap Dara.
"Wahh yang bener? Gue nambah nambah nih ntar" ucap Raihan sumringah.
"Boleh"
Disisi lain Raina sedang berdiam di kamarnya sembari memikirkan ulahnya tadi. Ia benar-benar tak sanggup menanggapi cowok songong itu lagi besok. Ingin rasanya ia pindah kampus.

KAMU SEDANG MEMBACA
HUMMING LOVE
JugendliteraturSebuah kesalahan besar bagi Raina karena telah menerima tantangan cowok dingin, songong, dan menyebalkan seperti Rendra. Ia secara tidak langsung berurusan dengan kehidupan Rendra. Bahkan tentang perasaan cowok itu. Semakin dalam ia mencari tau sema...