26

12 1 0
                                    

Rendra mulai masuk hari ini. Langkahnya berjalan melewati lorong kampus. Tangannya menggenggam sebuah payung milik Bu Winda yang kemarin di pinjamnya. Ia menuju ruangan beliau untuk mengembalikannya. Hingga sebuah suara menyapa.

"Rendra" panggil Dara dan Tika yang kebetulan berpapasan.

Rendra menghentikan langkah dan mengerutkan keningnya.

"Lo udah ketemu Raina kemarin?"

"Gue ga masuk kemarin"

"Iya tau tapi Raina kayaknya pengen ketemu lo. Ada sesuatu yang mau dia omongin"

"Dia bisa langsung temuin gue di ruang band" ucap Rendra yang hendak kembali melanjutkan langkahnya.

"Tapi hari ini dia ga masuk"

"Hah?" Rendra menghentikan langkahnya penasaran.

"Dia demam habis hujan-hujan kemarin"

"Dia sudah ga kecil lagi sampe harus main hujan" komentar Rendra.

"Tapi dia ga main hujan. Dia ngejar lo setelah dari Osteria" ucapan Dara sempat membuat cowok itu bungkam.

"Mungkin kemarin dia ga sempat ketemu sama lo. Kayaknya besok dia bakal nemuin lo. Kalo gitu gue duluan ya Ndra" lanjut Dara yang meninggalkan Rendra yang masih diam di tempat.

Cowok itu sedikit berpikir. Kontrak budaknya dengan Raina telah habis. Tapi kenapa gadis itu ingin menemuinya. Tak ingin berpikir panjang Rendra kembali melangkahkan kakinya ke ruangan Bu Winda. Disana pintu ruangan tertutup. Rendra menaruh payung di depan ruangan. Dan saat berbalik ia menemukan Pak Adit yang hendak masuk ke ruangan Bu Winda.

"Selamat siang Pak" sapa Rendra.

"Ohh siang" Pak Adit sedikit terkejut dengan keramahan Rendra.

"Ada urusan apa sampai kesini?" tanya Pak Adit.

"Hanya ingin mengembalikan ini" Rendra mengambil kembali payung yang bersandar di pintu ruangan dan memberikannya pada Pak Adit.

"Tidak mau mengembalikannya sendiri?"

Rendra menggeleng dan tersenyum sekilas. Membuat Pak Adit sedikit keheranan dengan perubahan drastis mahasiswanya yang satu ini. Pak Adit hanya bisa menerima payung itu.

"Saya minta tolong jaga Bu Winda" ucap Rendra.

"Tentu, tanpa kau minta aku akan menjaganya"

"Setiap malam Bu Winda akan menari di ruang tari sendiri tanpa lampu yang menerangi dan terjatuh sendiri. Saya mohon selalu awasi dan jangan biarkan dia terluka"

Pak Adit tak habis pikir dengan Rendra yang sangat peduli dengan Bu Winda. Bahkan cowok itu tau jika Bu Winda setiap hari terjatuh dalam tariannya. Sudah berapa besar rasa yang dimiliki Rendra? Pak Adit hanya menerka-nerka.

"Mungkin mulai hari ini saya akan mengikhlaskan Bu Winda"

"Itu harus" ucap Pak Adit cepat.

"Kalau begitu saya permisi"

Rendra meninggalkan Pak Adit yang masih terdiam di depan ruangan Bu Winda. Rasanya lega karena ia tak harus merasa cemburu dengan mahasiswanya sendiri. Dan satu hal ia sudah tidak memiliki saingan untuk merebutkan satu hati.

***

Di ruang band Rendra bercengkrama dengan gitarnya. Sesekali membenarkan senar dan memainkannya. Ia teringat dengan pembicaraannya tadi dengan wakil dekan.

"Ibu menanggil saya?"

"Iya duduklah"

"Ada apa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HUMMING LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang