Kemuliaan seseorang adalah agamanya, harga dirinya (kehormatannya) adalah akalnya, sedangkan ketinggian kedudukannya adalah akhlaknya.
(HR. Ahmad)
—Kamu Separuh Agamaku—
***
"Jangan lupa sama misi kita," peringat laki-laki itu. Gadis yang berada di depannya itu tersenyum lebar sambil mengangguk paham. Ia tahu apa misi yang laki-laki itu maksudkan.
"Iya, iya gue tahu. Jadi mulainya kapan?"
Sebelum menjawab laki-laki itu menghempaskan tubuhnya pada senderan kursi. Ia menyunggingkan smirk mengerikan. "Tunggu waktu yang tepat."
Gadis itu mengangguk mengerti, kemudian menyesap kopi yang laki-laki itu pesankan sebelumnya.
Hening sesaat. Keduanya saling diam sambil mengatupkan bibir ke dalam. Mereka saling menatap sambil memikirkan perkataan keduanya barusan.
Sejurus kemudian gadis berkucir kuda bersama lelaki di depannya itu meledakkan tawa. Saking lucunya mengingat apa yang mereka lakukan barusan sampai menggebrak meja cafe. Walau tidak begitu keras, beberapa orang di cafe itu menatap mereka aneh. Tapi, mereka seolah tak peduli.
"Bagus sekali akting kamu. Aku sampai nggak bisa berhenti ketawa," ucap gadis itu tertawa sampai mengeluarkan air mata di ujung matanya.
Lelaki itu juga sama. Ia meremas perutnya yang geli. "Udah kayak apaan pake misi-misi segala."
Gadis itu mengangguk. Lalu tidak lama mereka berhenti tertawa karena orang-orang sudah memandangi mereka berdua seperti orang gila.
"Tapi tujuan kita sama, kan? Aku bosnya ingat," kata gadis itu.
"Iyain aja, deh. Dari pada entar ngambek mulu. Gue yang susah dicueki pacar." Lelaki itu mencubit pipi gadisnya dengan gemas. Gadis itu meringis kesakitan.
"Udah, lepasin. Sakit!"
Laki-laki itu menurut. Gadisnya itu tersenyum gembira.
"Love you," kata gadis itu sambil tersenyum manis.
"Love you too, my honey."
"Kita langsung to the point aja, ya. Kamu bantuin aku okey!"
"Iya, sayang. Kita mulai darimana?" tanya laki-laki itu seraya mengelus pipi gadisnya. Gadis itu diam, berpikir sejenak.
"Dari sini!" serunya sambil menunjuk salah satu lubang hidungnya. Laki-laki itu merasa gemas. Mereka berdua terkekeh bersamaan.
"Besok aja dibahasnya. Mau main ke rumah nggak?" tawar sang gadis.
"Boleh, kebetulan aku udah kangen sama mama papa kamu."
"Yaudah, yuk!"
Mereka bangkit dari kursi cafe. Laki-laki itu menghampiri pacarnya. Ia juga mengusap lembut kepala gadisnya.
"Kamu duluan ke parkiran aja. Aku mau bayar dulu." laki-laki itu tersenyum manis begitu pula sang gadis. Perempuan itu mengangguk dan lantas pergi mengikuti perintah kekasihnya itu.
***
Sore ini Fasya menjalankan rutinitasnya untuk jajan siomay di tempat biasa. Namun kali ini suasananya berbeda. Ia makan di tempat tidak sendiri tapi ada yang menemani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Separuh Agamaku [TERBIT]
Teen FictionAwalnya, Arfan mengira Fasya adalah gadis yang menyebalkan, karena irit senyum dan juteknya minta ampun. Pertemuan mereka untuk pertama kalinya sangat klise. Semakin lama, Arfan semakin mengenalnya. Fasya itu gadis yang berbeda dengan yang lain. Me...