Chapter 22 - Getting Suspicious

762 105 50
                                    

Selalu ikhlas, sabar, dan berdoa semoga semuanya baik-baik aja. Karena kita harus percaya bahwa Allah Subhana Wata'allah itu Maha Adil.

Kamu Separuh Agamaku—

***


"Astagfirullah."

Grace dan Saga kompak menoleh ke asal suara. Ternyata ada tiga orang yang ketahuan tengah menguping pembicaraan keduanya yang entah sejak kapan mereka ada di sana.

Segera Grace dan Saga bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

"Ngapain kalian disana?" semprot Saga dengan suara cukup keras. Kontan Arfan dan teman-temannya menarik tubuh masing-masing kembali ke balik tembok. Mereka kini saling duduk bersebelahan.

"Kita ketahuan?" tanya Rafa yang tengah dilanda ketakutan. Takut jika mereka tertangkap basah. Bagas mengangkat bahunya acuh tanda tidak tahu.

"Samperin aja, yuk!" ajak Arfan tiba-tiba membuat kedua temannya itu menoleh dengan tatapan tajam padanya. Ia merasa tidak ada gunanya bersembunyi seperti orang yang sedang memata-matai penjahat.

"Eits! Tunggu dulu," cegah Rafa sambil menarik tangan Arfan. Satu kali hentakan berhasil membuat laki-laki itu terduduk kembali.

"Kenapa? Lagian kita juga udah ketahuan kali," cibir Arfan yang mulai jengah dengan keadaan mereka yang tanpa kepastian.

"Lo harus tanggung jawab, ya kalau tiba-tiba tangan gue gatel pengen nonjok."

"Hmm." Arfan mengiyakan saja daripada masalah semakin bertambah.

Mereka berdiri bersama-sama sampai dikejutkan dengan kemunculan Saga dengan antek-anteknya. Sebenarnya, keduanya sama-sama terperanjat kaget karena Saga dan anak buahnya hendak menghampiri Arfan beserta teman-temannya.

"Lah? Si nenek goyang mana? Kok ngilang? Malah berubah jadi dua cowok dalam sekejap? Mantap emang di nenek goyang punya jurus seribu bayangan sama berubah wujud," celetuk Rafa panjang lebar ketika tidak mendapati kehadiran Grace dan malah kedatangan dua orang baru.

"Heh! Ini situasi lagi genting malah bercanda!" tegur Bagas kesal yang ada di samping kiri Arfan.

Sementara Rafa yang berdiri di sebelah kanan Arfan membalas, "Lah, maka dari itu. Gue mau buat suasananya enggak kayak genteng tapi kayak tanah liat. Lembek- lembek basah gimana... gitu." Rafa mengangkat kedua bahunya.

"Lama-lama mulut lo gue—"

Kalimat makian yang akan Bagas katakan terpotong karena Arfan lebih dulu menengahi.

"Udah, Gas udah. Sabar. Istigfar."

Bagas lantas beristigfar lirih. "Astagfirullah..."

Mereka kemudian kembalu fokus pada masalah. Sedari tadi Saga dan antek-anteknya menyimak seraya tersenyum meremehkan.

"Udah kelar gilanya?" tanya Saga sambil bergaya sok jagoan membuat orang-orang di depannya mendelik tidak terima.

"Siapa dulu yang mau mulai? Kalian atau gue?"

Tawaran Saga memaksa Rafa untuk menyeret langkah dengan luapan emosi yang tidak tertahankan lagi. Arfan yang tahu itu langsung merentangkan satu tangannya memblokade jalan Rafa.

"Ar! Tangan gue udah gatel, nih mau ngacak-ngacak muka itu anak!" geram Rafa yang mulai naik pitam. Apalagi ketika melihat wajah Saga yang mengesalkan.

"Ayok! Buruan, tunggu apa lagi?"

Setelah Rafa berhasil Arfan tenangkan, giliran dirinya mengambil alih situasi yang semakin runyam.

Kamu Separuh Agamaku [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang