PR terbesar manusia adalah dengan mengoreksi diri sendiri agar m dapat lebih dekat dengan Allah Subhana Wata'alla.
—Kamu Separuh Agamaku—
***
SETIBANYA Fasya di alamat yang tertera di kartu nama ayah kandungnya, dadanya langsung berdebar tidak karuan. Meskipun ragu menyelimuti perasaannya kini, namun kemauannya tidak bisa lagi diganggu gugat. Ia sungguh merindukan sosok ayah, sebelum ia benar-benar pergi untuk melanjutkan study.
Fasya menarik nafas dalam-dalam lalu mengembuskannya pelan-pelan. Ia lantas memencet bel dua kali, baru pemilik rumah keluar membukakan pintu. Namun ia malah diberi kejutan tidak terduga setelah melihat siapa yang ada dihadapannya.
"Jihan?"
Jihan sama terkejutnya dengan Fasya. "Eh, Kak Fasya. Tumben."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab Jihan sambil tersenyum manis lalu mempersilakan Fasya untuk masuk ke rumahnya.
"Mari, masuk, Kak!"
Fasya mengangguk malu-malu kemudian ia masuk bersama Jihan di sebelahnya. Jihan lantas duduk di sofa tunggal sedangkan Fasya duduk di sofa panjang ruang tamu.
"Kak Fasya ada perlu apa? Kok tahu rumah Jihan?" tanya Jihan penasaran. Pasalnya selama berteman dengan Fasya ia tidak pernah sekalipun memberi tahu Fasya perihal alamat rumahnya. Bukan hanya itu yang membuatnya heran, ia juga bingung mengapa Fasya tiba-tiba datang ke rumahnya.
Fasya menggigit bibir bawahnya, ragu ingin mengatakan niatnya datang ke tempat ini. Banyak skali pertanyaan yang mencuat di otaknya. Kenapa Jihan ada di rumah ayahnya? Ada hubungan apa Jihan dengan ayahnya? Kepalanya semakin pening.
"Kak?"
Panggilan Jihan menyadarkan Fasya dari pikirannya yang melayang sampai kemana-mana. "Ya?" spontannya.
"Kenapa?"
"Eng-nggak papa, kok." Fasya menarik kedua sudut bibirnya kaku. "Pak Rendy-nya ada?"
Akhirnya Fasya mengatakannya juga. Walaupun lirih Jihan masih bisa mendengarnya. Jihan bingung sendiri sekarang. Kenapa Fasya tiba-tiba datang ke rumahnya?
Jihan tidak lagi mempermasalahkannya. Ia akan melayani Fasya seperti tamu biasanya. "Kak, Jihan ambilin minum dulu, ya?"
Karena bingung hendak menjawab apa, Fasya asal mengangguk sambil tersenyum kaku. Lalu ia melihat Jihan bangkit dan menuju dapur, Fasya terus mengamatinya. Kedua matanya juga menelisik ke setiap penjuru rumah.
Di sisi lain, Jihan tidak sengaja bertemu dengan sang ayah yang kebetulan juga sedang berniat menuju dapur. Pria paruh baya berkacamata itu mengenakan baju santai. Hari ini dia sedang libur.
"Ada tamu?" tanya Rendy sambil melengos mencari tahu.
"Itu, Yah... temennya Jihan," jawab Jihan.
"Siapa?"
"Kak Fasya."
"Yang selalu kamu ceritakan itu?" tanya Rendy lalu diangguki putrinya. "Udah dibikikan minum?"
"Ini, baru mau."
"Yaudah, disiapin dulu. Ayah mau manasin mobil." Rendy mengusap kepala sang putri dengan lembut. Jihan mengangguk saja. Lantas Rendy melangkahkan kaki menuju halaman depan rumahnya.
Saat melewati ruang tamu, ia mengerutkan kening ketika menangkap seorang gadis berjilbab yang duduk sendiri di sofa. Ia seperti pernah melihat gadis itu dan mencoba mengingat-ingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Separuh Agamaku [TERBIT]
Teen FictionAwalnya, Arfan mengira Fasya adalah gadis yang menyebalkan, karena irit senyum dan juteknya minta ampun. Pertemuan mereka untuk pertama kalinya sangat klise. Semakin lama, Arfan semakin mengenalnya. Fasya itu gadis yang berbeda dengan yang lain. Me...