Di dalam islam dan penerapan rukun iman, hubungan antar sesama muslim adalah bersaudara. Persaudaraan muslim adalah bagian dari beriman kepada Allah
—Kamu Separuh Agamaku—***
LANGIT pagi ini berwarna biru cerah dihiasi dengan gumpalan-gumpalan putih bak kapas di angkasa. Tidak lupa juga dengan sang surya yang memancarkan sinar panas menyengat kulit. Mungkin, itu salah satu alasan mengapa hampir separuh siswi kelas XII IPA 3 mengibaskan tangannya di depan wajah. Gerah.
Seluruh murid kelas XII IPA 3 tengah mengikuti pelajaran olahraga di lapangan. Mereka berbaris dengan rapi antara murid laki-laki dengan perempuan dipisah. Tidak bercampur menjadi satu tapi masih satu barisan. Guru olahraga tidak segera datang memberi materi, padahal bel masuk berbunyi sejak tadi.
"OMG, pagi-pagi udah panas banget!" keluh satu siswi yang berada di barisan paling depan dan ada di paling pojok, berdekatan dengan siswa laki-laki.
"Iya, nih. Lama-lama skincare gue pada luntur semua," timpal temannya yang lain terkesan lebay. Wajah gadis itu lesu bercampur kesal.
"Kulit gue bisa belang ini!" protes gadis lainnya sambil menghadapkan kipas angin mini ke depan wajahnya.
"Wanita yang cantik kulitnya memang takut terbakar sama sinar matahari. Tapi wanita yang cantik akhlaknya akan takut terbakar api neraka."
Ketiga gadis yang sempat mengeluh kepanasan itu tersentak ketika seseorang tiba-tiba menceramahi mereka. Wajah mereka berubah. Semula mereka kesal namun sekarang seperti orang gila. Senyum-senyum sendiri.
Siapa lagi kalau bukan Arfan? Benar-benar wajah tampannya mampu menyihir siapa pun yang melihatnya. Sebagai respon gadis yang pertama kali berkomentar menyenggol bahu Arfan karena ia berdiri tepat di sebelah pemuda itu.
"Iya, calon imam. Adek ngerti, kok," godanya membuat semua orang yang mendengarnya sontak menahan tawa, ada juga yang tertawa pelan.
Arfan tersenyum hambar ke arah gadis yang tengah malu-malu dan blushing itu. Segera ia menggeser Rafa yang berdiri di dekatnya untuk menggantikan posisinya.
Lantas Rafa melambaikan tangan sambil memasang wajah genit kepada gadis itu. Refleks, gadis itu bergidik ngeri melihatnya. Tiba-tiba saja ia seperti ingin mual.
"Eh, sendal swallo nggak usah senyum kayak gitu! Baunya sampe sini tahu nggak?!" hujat seorang gadis yang berada di paling ujung belakang barisan. Mendengar itu Rafa mengernyit, bingung.
"Apanya yang bau?" balasnya cepat.
"Sepatu, lo! Haha..." ucap gadis itu tertawa diikuti murid lainnya. Hanya Rafa saja yang tidak tertawa, ia sendiri masih mencerna kata-kata temannya itu.
"Sebentar... apa hubungannya senyum sama bau sepatu?" tanyanya lirih pada diri sendiri. Tidak mendapatkan jawaban, Rafa menggaruk kepalanya yang mulai terasa gatal.
Sementara Arfan menepuk pundak laki-laki itu seraya tersenyum. Dan Bagas tengah tertawa sampai mengeluarkan air mata dibelakangnya.
"Sudah tidak usah di masukin hati masukin lambung aja, ya," bisik Arfan yang kemudian terkekeh pelan.
Kedua bola mata Arfan menjelajahi setiap barisan berhubung ia berada di barisan depan. Ia tengah mencari seseorang. Setelah menemukannya di barisan paling belakang ia mengukir senyum.
Fasya tidak sengaja menangkap basah Arfan yang sedang curi-curi pandang ke arahnya, namun secepat kejapan mata Arfan membuang pandangan ke sembarang arah. Apa gini rasanya salah tingkah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Separuh Agamaku [TERBIT]
Novela JuvenilAwalnya, Arfan mengira Fasya adalah gadis yang menyebalkan, karena irit senyum dan juteknya minta ampun. Pertemuan mereka untuk pertama kalinya sangat klise. Semakin lama, Arfan semakin mengenalnya. Fasya itu gadis yang berbeda dengan yang lain. Me...