Bagaimana cara seseorang dalam menyelesaikan masalah, disitu akan terbukti akhlak sebenarnya. Menghadapinya dengan marah atau sabar. Air atau api.
—Kamu Separuh Agamaku—
***
DI SEKOLAH tadi Fasya sama sekali tidak mendapati kehadiran Sheila, temannya. Maka dari itu ia bertanya pada teman sekelas Sheila dan ternyata, Sheila izin tidak masuk sekolah dengan keterangan sakit. Berhubung dulu Fasya sangat mengenal Sheila, ia memutuskan membesuk sahabatnya itu.
Setibanya di rumah Sheila, Fasya memencet bel. Tidak lama seorang wanita paruh baya menyambutnya, dia adalah ibu dari Sheila.
"Assalamualaikum, Tante. Sheilanya ada?" sapa Fasya ramah saat pertama kali melihat mamanya Sheila yang membukakan pintu.
"Waalaikumsalam. Eh, ada Fasya. Udah lama, ya enggak mampir kesini. Kemana aja, hm?" tanya Mamanya Sheila dengan sangat antusias.
Fasya mengulum senyum manis, dibalik itu juga ia menyimpan rasa syukur karena masalahnya dengan Sheila tidak diketahui oleh orang tua Sheila maupun dirinya.
"Nggak kemana-mana, Tante. Fasya sibuk bimbel," alibi Fasya walaupun ia tahu ini tidak akan baik ke depannya karena membohongi orang yang lebih tua darinya. Tapi mau bagaimana lagi, daripada ia mengucap yang sebenarnya malah menimbulkan perpecahan diantara dua keluarga.
"Oh, ya kalau gitu. Mau ketemu Sheila, kan?"
Fasya mengangguk. Lalu Mamanya Sheila mempersilakannya masuk dengan sangat baik dan ramah. Rumah besar milik Sheila terlihat sepi, ia juga tidak melihat keberadaan Ayahnya Sheila. Mungkin kerja, pikir Fasya dalam hati.
"Sheila dari tadi di kamar, dia jarang keluar. Tante juga belum sempat menjenguk dia, soalnya Tante baru saja pulang dari kerja," ucap Mamanya Sheila sambil menuntun Fasya ke depan kamar Sheila. Fasya mengangguk, ia juga baru menyadari jika Mamanya Sheila masih mengenakan baju kerja yang rapi.
Kedua orang tua Sheila memang sibuk kerja. Jadi, Sheila sering main ke rumah Fasya dulu untuk menghibur diri karena ia kesepian di rumah. Bagi Fasya, Sheila anak yang manis, manja, dan periang. Namun semenjak kejadian itu terjadi, Sheila menjadi orang yang sangat berkebalikan. Ia menjadi anak yang pendiam, jarang bergaul, dan sedikit emosional apalagi ketika melihat Fasya.
Entah nanti kedatangannya akan disambut dengan baik atau tidak. Fasya siap menerima apapun resikonya. Niat Fasya hanya ingin membesuk dan memberikan makanan kesukaan Sheila, siomay.
"Yaudah, ya Tante tinggal dulu. Masih ada kerjaan soalnya." Mamanya Sheila mengusap bahu Fasya sambil tersenyum. Gadis berjilbab itu mengangguk mengerti lalu membiarkan wanita paruh baya yang memiliki rambut sebahu itu pergi meninggalkannya seorang diri.
"Bismillah," lirih Fasya sebelum ia mengetuk pintu. Setelah mengetuk pintu terdengarlah suara Sheila dari dalam.
"Masuk!"
Fasya lalu memutar gagang pintu dan mendorongnya perlahan. Jantungnya berdenyut cepat, perasaannya kini campur aduk. Namun Fasya pasrahkan semuanya pada Allah.
"Assalamualaikum, Shel?"
Sheila yang duduk di atas tempat tidur, melirik sekilas. Senyumnya tersungging mengetahui siapa yang datang menemuinya sekarang.
"Waalaikumsalam. Lo lagi. Ngapain?" tanya Sheila datar terkesan tidak suka dengan kehadiran Fasya.
Setelah mendengar jawaban baru ia berani melangkah masuk mendekati Sheila, tapi gadis itu masih bergeming dan tidak ada niatan untuk sekadar menyapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Separuh Agamaku [TERBIT]
Teen FictionAwalnya, Arfan mengira Fasya adalah gadis yang menyebalkan, karena irit senyum dan juteknya minta ampun. Pertemuan mereka untuk pertama kalinya sangat klise. Semakin lama, Arfan semakin mengenalnya. Fasya itu gadis yang berbeda dengan yang lain. Me...