Jadikan kesalahan di masa lampau sebagai guru di masa kini, agar tidak lagi mengulang kesalahan yang sama.
—Kamu Separuh Agamaku—
***
MOTOR Arfan ternyata telah tiba di depan rumah Fasya lebih dulu. Arfan menghentikan motornya lalu mematikan mesin. Ia menolehlan kepalanya ke belakang melihat penumpang yang dibawa oleh ojek wanita di belakangnya masih ada atau tertinggal di jalan.
Dahi Arfan mengernyit, heran. Tiba-tiba Fasya tidak fokus semenjak turun dari ojek. Seperti ada yang sedang gadis itu pikirkan. Lantas saja Arfan memanggil memastikan.
"Sya?"
Fasya masih diam. Tidak ada reaksi yang signifikan dari gadis itu.
"Fasya?" Arfan sedikit mengeraskan suara. Namun, Fasya tetap diam di depan gerbang. Arfan menarik nafas dalam-dalam.
"Fasya Talitha Salsabila!"
Fasya terkesiap saat nama lengkapnya disebut dengan suara yang sangat lantang. Matanya mengerjap beberapa kali lalu menengok pada Arfan. "Ha?"
"Ha, he, ha, he. Udah sampai, nih. Mau turun nggak? Ngelamun mulu dari tadi. Mikirin apa, sih?" kesal Arfan yang masih duduk di atas motor sambil menoleh ke belakang.
"Eng-nggak, kok. Nggak mikirin apa-apa," elak Fasya. Ia kemudian turun dari motor setelah diminta.
"Mikirin aku, ya...," goda Arfan membuat gadis itu membalikkan badan 180° lalu menatap Arfan datar. Namun bagi Arfan itu tatapan horor yang selalu gadis itu tunjukkan saat pertama kali bertemu.
"Eum... Nggak usah dipikirin omonganku yang tadi," tukas Arfan cepat saking takutnya.
"Kenapa?"
"Aku udah tahu, kamu lagi mikirin apa."
"Apa?"
"Aku."
"Aku yang mikirin kamu atau kamu yang mikirin aku?"
"Aku mikirin kamu. Eh, bukan!"
Arfan menepuk jidatnya sendiri karena ia salah berucap. Ia gagal fokus akibat terlalu cepat membalas pertanyaan Fasya tanpa dipikir lebih dulu.
"Maksudnya... kamu yang mikirin aku," ralat Arfan cepat sebelum Fasya salah paham. "Aku duluan, ya. Kalau ada apa-apa bilang aja. Oke?"
Fasya masih diam tanpa ekspresi apa pun membuat Arfan bergidik. Pemuda itu ingin cepat-cepat pergi dari hadapan gadis itu.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam," jawab Fasya.
Lantas Arfan melajukan motornya beberapa centimeter saja lalu turun lagi. Ia membuka gerbang baru masuk bersama motornya. Arfan menutup pintu gerbang setelahnya.
Fasya yang melihat pemuda itu tengah salah tingkah. Ia mengulas senyum tipis lalu masuk ke dalam rumahnya.
Daun pintu utama rumahnya ternyata sudah terbuka. Keningnya mengerut samar. Banyak pertanyaan yang mendadak muncul di otaknya. Apa ada tamu? Tapi siapa? tanyanya pada diri sendiri.
Betapa terkejutnya ia saat menemukan seseorang yang tengah duduk di sofa ruang tamu. Bi Iis sedang menyajikan minuman untuk orang itu. Fasya berjalan mendekat dengan ragu, memastikan ia tidak salah lihat.
"Grace?"
Gadis yang baru saja menerima sodoran secangkir teh dari Bi Iis mendongakkan wajah menatap Fasya yang sedang terkejut akan kehadirannya. Grace tersenyum lalu bangkit dari duduknya begitupula Bi Iis yang langsung angkat kaki meninggalkan ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Separuh Agamaku [TERBIT]
Teen FictionAwalnya, Arfan mengira Fasya adalah gadis yang menyebalkan, karena irit senyum dan juteknya minta ampun. Pertemuan mereka untuk pertama kalinya sangat klise. Semakin lama, Arfan semakin mengenalnya. Fasya itu gadis yang berbeda dengan yang lain. Me...