Kehidupan merupakan nikmat yang harus kita syukuri dengan cara terus memperbaiki diri. Selama diri ini masih diberi kesempatan, maka itu artinya kita masih punya hak untuk merubah arah hidup menjadi lebih baik.
-Kamu Separuh Agamaku-
***
PAGI yang cerah, Fasya awali dengan basmallah. Selesai berpamitan dengan Sindy, dadanya berdetak tidak karuan. Pasalnya, ratusan pasang mata menatap dirinya aneh, tidak biasa, atau mungkin ilfeel. Fasya tidak menghiraukannya, ia tetap berjalan menuju kelas sambil terus merunduk.
Fasya tahu, tidak semua orang menerima perubahan pada dirinya. Tapi ia yakin, tidak perlu terlalu memedulikan penampilan di mata manusia, yang terpenting terlihat baik di mata Allah Subhana Wata'alla, itu sudah cukup baginya.
"Iih, sok banget! Cari muka aja. Dasar anak haram. Hahaha..."
"Bikin mulut gue gatel aja pengen ngehujat!"
"Namanya anak haram, ya tetep kelakuan kek ibunya. Secara, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya."
"Palingan cuman kerudung dusta!"
"MUNAFIK!"
Fasya mengerti ini tak akan mudah baginya, tapi mau bagaimana pun ia harus melakukannya. Karena ia ingin dekat dengan Allah, ia tidak mau lagi jauh dari-Nya. Apapun resikonya ia menerima dengan sepenuh hati. Ya Allah beri hamba kekuatan, batin Fasya.
Air mata mulai keluar dari ujung matanya. Secepat kilat ia menghapusnya agar ia tidak terlihat lemah. Perkataan orang-orang yang Fasya lewati mampu mengiris hatinya.
Setibanya di dalam kelas, semua murid menjatuhkan pandangan pada Fasya. Gadis itu mengenakan jilbab dengan tambahan aksesoris berupa bross kecil di bagian dada sebelah kiri. Lagi dan lagi Fasya berusaha acuh dan terus beristigfar dalam hati.
Arfan yang sedang serius membaca merasa terusik dengan seseorang yang baru saja tiba. Kepalanya mendongak ke samping kiri, terlihat seorang bidadari cantik duduk di sebelahnya. Hatinya berdesir ketika Fasya menatap dirinya sambil tersenyum. Cepat-cepat ia membuang pandangan sambil berucap istigfar lirih.
Berbeda dengan kedua temannya yang terang-terangan memuji penampilan baru Fasya.
"Eh buset, di sekolah kita udah ada dua bidadari, cuy!" ujar Rafa heboh.
"Nah, kan kalau udah di permak jadi lebih cantik. Ya nggak?" tambah Rafa asal. Bagas yang mendengarnya lantas menoyor pipi temannya itu.
"Emang si Fasya celana jeans apa pake di permak segala! Lagian lo jangan asal srobot, ya kasian tuh si Arfan enggak dikasih jatah," timpal Bagas. Arfan yang mendengar namanya disebut mendongak dan kontan mendelik kesal ke arah Bagas.
Lelaki itu cengengesan mendapat reaksi seperti tadi. "Sorry, Ar. Sengaja. Tapi yang gue omongin ada ben-mmmphh."
Arfan menutup mulut Bagas yang suka asal bicara itu. Ia tahu apa kelanjutan dari ucapan sahabatnya itu. Kalau sampai Fasya mengetahuinya sudah dipastikan ia akan malu tujuh turunan.
"Udah, Sya jangan didengerin. Mereka ini suka bercanda," ralat Arfan sambil menyengir. Bagas akhirnya berhasil melepas bekapan tangan Arfan.
Fasya tertawa pelan melihat aksi mereka bertiga. "Iya, nggak apa-apa. Gue juga mau bilang makasih sama kalian."
"Buat?" beo tiga manusia itu secara serempak. Fasya tersenyum sambil tertunduk malu.
"Terima kasih karena kalian udah mau jadi teman gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Separuh Agamaku [TERBIT]
Novela JuvenilAwalnya, Arfan mengira Fasya adalah gadis yang menyebalkan, karena irit senyum dan juteknya minta ampun. Pertemuan mereka untuk pertama kalinya sangat klise. Semakin lama, Arfan semakin mengenalnya. Fasya itu gadis yang berbeda dengan yang lain. Me...