Chapter 32 - Special Person

1K 115 56
                                    

Akan datang sebuah momen yang pasti dirasakan semua orang. Perpisahan. Siapa, sih yang suka dengan perpisahan? Tidak ada, kan? Iya, seperti aku yang tidak ingin berpisah denganmu. Namun jika Allah sudah menentukan semuanya, aku hanya bisa bertawakal pada-Nya.

—Kamu Separuh Agamaku—

***

Beberapa bulan setelahnya...

PAGI ini begitu cerah, tak ada awan mendung yang menampakkan diri hanya ada sang surya yang bersinar terang. Gadis berjilbab yang tengah duduk di sekitar lapangan itu tersenyum lebar melihat teman-teman sekelasnya heboh melihat laki-laki yang beberapa bulan terakhir memegang gelar most wanted sedang bermain basket. Mereka berteriak heboh menyerukan namanya. Hari ini sedang pelajaran olahraga.

"Arfan!! Semangat!!!" sorak hampir seluruh siswi kelas XII IPA 3, Fasya hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah orang-orang di sekitarnya.

Semenjak Grace mengklarifikasi perbuatannya menyebarkan kabar yang tidak sepatutnya disebarkan dan meminta maaf dengan setulus-tulusnya kepada Fasya, gadis itu mendapat kebahagiaannya lagi. Ia sama seperti yang lainnya.

Tidak bisa dipungkiri lagi, rencana Allah adalah yang paling indah. Allah merenggut sahabatnya dan Allah memberikannya teman-teman baru. Fasya sangat bersyukur dengan itu. Allah tahu yang terbaik untuk hamba-Nya.

Seperti kisah seorang hamba yang meminta kepada Allah seekor kupu-kupu. Namun Allah memberikan seekor ulat bulu, meski awalnya merasa sedih dan kecewa. Akan tetapi lambat laun hamba itu tersadar bahwa seiring berjalannya waktu ulat bulu itu berubah menjadi kepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu yang sangat cantik melebihi ekspetasi hamba itu sendiri. Hamba itu sangat kagum, dan ia tersadar jika Allah selalu memberikan yang terbaik. Dan yang terbaik pasti memerlukan waktu yang lumayan lama agar benar-benar mengesankan hati. Subhanaallah. Segala puji bagi Allah yang menciptakan alam semesta berserta isinya.

"Sya," panggil seseorang seraya menyenggol tubuh Fasya dan menyadarkannya dari lamunan. Fasya terkesiap dengan raut wajah sedikit bingung.

"Ya?"

"Itu... dilihatin," bisik seorang siswi yang duduk bersebelahan dengannya sambil menunjuk sesuatu dengan dagu. Fasya mengikuti arah dagu gadis itu. Dan, ya. Pandangannya langsung bertemu dengan Arfan yang kala itu tengah memandanginya setelah berhasil memasukkan bola ke ring.

"Cie..." godanya membuat pipi Fasya merona malu. Ia memutus kontak secepat mungkin lalu tertunduk dengan perasaan berkecamuk. Juga Arfan yang langsung kembali memainkan bola basket.

"Apaan, ih. Cuman temen," tepis Fasya menyembunyikan pipinya yang bersemu merah.

"Temen apa orang spesial? Hm?" Gadis itu menaik turunkan alisnya. Fasya diam seraya berusaha menahan senyumnya yang ingin terus mengembang.

Tidak lama bel istirahat berbunyi, semua siswa maupun siswi membubarkan diri, termasuk gadis yang berada di sebelah Fasya tadi. Ia berpamitan pada Fasya sebelum pergi.

"Gue duluan, ya, Sya." Fasya mengangguk memperbolehkan, lantas gadis itu bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan dia sendirian.

Tiga siswa berpakaian olahraga menghampiri Fasya dengan wajah lelah setelah bermain bola basket tadi. Fasya menyunggingkan senyumnya.

"Ini gue beliin buat kalian," ucap Fasya sambil menyodorkan sebotol air minum pada mereka kemudian diterima dengan senang hati.

"Makasih, Sya," ucap Arfan dan Bagas kompak.

Kamu Separuh Agamaku [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang