"Ya udah va, makasih udah anterin gue sampai rumah, gue masuk duluan ya"
"Lo udah bisa jalan?"
"Udah agak baikan kok"
"Ya udah, besok pagi gue jemput lo, kita berangkat bareng. Anggap aja sebagai permintaan maaf gue"
"Eh gak usah"
"Gue gak terima bantahan"
Zia mengangguk dan tersenyum tipis.
"Woy! Berduaan aja nih.. gue liat dari awal loh"
"Alvin?" Tanya Dava keheranan melihat Alvin keluar dari rumah Zia.
"Kok lo keluar dari rumah gue? Lo maling ya?" Tatap Zia menyelidiki
"Hee sembarangan lo! Gue mau jemput abang gue"
"Kok abang lo di sini?"
Dan Bara, Zayn serta Zana keluar dari rumah.
"Vin, pulang" Bara merangkul Alvin dan berjalan menuju mobilnya.
"Oh iya zi, gue juga pulang ya. Besok gue jemput" Dava memasuki mobil nya dan pergi menyisakan tatapan kedua kakak kembar zia.
"Ehemm, ziaa?" Lirih Zayn sambil tersenyum miring.
Zia menelan saliva nya,
'Pertanda gue bakal di interogasi nih""Siapa tadi zi? Ganteng juga" kini Zana yang berbicara dan mendapat tatapan sinis dari Zayn
"Temen kak."
"Temen apa demen?"
"Eh, temen kok"
"Kalo temen, kenapa dianterin? Kan bisa naik taksi"
"Tadi Zia jatuh di koridor karna dia nabrak Zia, karna tadi Zia gak bisa jalan, dia gen-- eh dia anterin Zia sampe rumah"
"Gen? Gendong?" Tebak Zana mendapat lirikan tajam Zayn
"Ah-eh i-itu.. Zia masuk duluan kak. A-ada tugas" Zia cepat-cepat pergi memasuki rumahnya dengan wajah menahan malu.
Kedua kakanya tersenyum dan melemparkan pandangan nya kepada Zia.
*****
"Mampus gue, bisa-bisanya tadi hampir keceplosan." Zia mendengus lalu merebahkan dirinya di kasur.
"Hmm, Reza gimana ya sekarang? Gue pengen ketemu sama lo, za"
Zia membenamkan wajahnya ke dalam bantal.
Tok!Tok!
"Zia? Udah jam 06.45 nih. Bangun!!" Zana mengetuk pintu kamar Zia yang masih tertutup rapat.
Sunyi.. tak ada balasan dari dalam.
Zana memutar gagang pintu dan ternyata pintunya tidak dikunci."Ealah kampret! Tau tadi gue langsung masuk aja"
"Zia?" Zana mendekat ke arah tempat tidur, dan Zia masih tidur dengan selimut menutup seluruh tubuhnya.
"Zia, kamu gak sekolah?"
"Em-h kak?" Hanya lirihan suara dari Zia
Zana menempelkan punggung tangannya di dahi Zia dan benar saja dugaannya.
"Tuh kan, kamu demam gini, kok bisa sih?"
"Gak tau kak, tadi malam Zia ngerasa pusing banget"
"Ya udah, kamu istirahat aja, nanti biar kakak yang izinin kamu ke sekolah"
"Hmm, iya kak."
Zana beranjak pergi meninggalkan Zia yang masih berusaha tidur.
"Na? Zia mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
a Promise
Teen Fiction"Tiga tahun gue nunggu lo! Gue bela-belain pindah ke Jakarta, demi ketemu sama lo, tapi ini balasan penantian panjang gue? Mana janji lo tiga tahun yang lalu?!" -Zia "Gue akan tetap setia nunggu lo, sampai lo bisa lupain 'DIA' dan nerima kehadiran g...