Semakin Dekat

28 5 0
                                    

"Emm, Zia, gue--" Dava menggantungkan kata katanya

Zia menggigit bibir bawahnya, dia udah kepo menunggu kelanjutan ucapan Dava

"Hmm?" Zia menatap lekat wajah Dava

"Gue--" Dava masih menggantungkan kata-katanya, sesaat ide jahil terlintas di otaknya

"Gue--" Dava menggenggam kedua pundak Zia dan menatap nya lekat

Zia menelan saliva nya, ia agak malu menatap manik mata Dava

"Gue--" Dava tersenyum jahil menatap wajah Zia yang menunduk dan bersemu merah

"Hmm, gue laper nih Zi, makan yuk" kini mata Zia langsung menatap nya dengan tatapan membunuh

Hei, gadis itu sudah mati matian menahan rasa malu nya karna dia kira Dava akan menembaknya

Zia langsung menepis kasar kedua tangan Dava yang menggenggan kedua pundaknya. Ia langsung mengalihkan wajah nya menatap ke belakang asalkan tidak menatap Dava

Zia menyilangkan kedua tangan nya dengan bibirnya mengerucut sebal, Dava menahan tawa nya agar tidak meledak pada saat itu karna menurutnya ekspresi Zia membuatnya ingin tertawa sekencang-kencang nya

"Loh, lo kenapa zi?" Dava berkata polos menampakkan wajah tak berdosa nya

"Enggak! Lo laper kan? Gue juga mau nyiapin perlengkapan gue nih untuk ke London besok" Zia masih enggan menatap wajah Dava

Dava berusaha keras menahan tawa nya "kata lo, lo udah nyiapin perlengkapan lo buat besok," Dava memancing

Zia langsung menatap Dava kikuk "eh-i--iya, iya gue--gue,, maksud gue--nyiapin--" Zia menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal

Dava menaikkan sebelah alisnya menatap Zia yang gelagapan "hmm?"

"Ah, nyiapin-- nyiapin perlengkapan gue yang-- yang belom lengkap" Zia langsung berseru dan menatap kedua manik Dava yang kini berada di depannya

"Owh, okay," Dava menjawab singkat

"Yuk. Lu pasti laper juga kan?"

"Emm, enggak kok" Zia menjawab kesal, ia masih kesal dengan jawaban singkat Dava padahal ia sudah setengah mati menghadapi ulah Dava tadi

"Dah gak usah bohong, yuk" Dava langsung menarik tangan Zia dan membawa nya kembali memasuki mobil jazz miliknya

Zia awalnya terkejut karna tangan nya yang tiba-tiba ditarik, namun karena masih sebal, ia hanya mengikut saja tanpa bersuara.

Butuh waktu dua puluh menit dan akhirnya mereka sampai di sebuah cafe yang begitu menarik di mata Zia, karna selain menu makanan ala ala restaurant, cafe itu juga membuka kedai es krim di sampingnya

Ketika mobil terparkir, Zia langsung turun dari mobil tanpa menunggu Dava, saat ini di pikirannya hanyalah es krim coklat dengan cone besar nya

Tapi begitu sampai di pintu masuk, langkah nya tiba-tiba terhenti ketika mendapati kedua orang remaja yang kini sedang duduk berdua di meja dekat kedai es krim. Kedua nya tampak mesra, sang wanita yang sedang menikmati es krim nya, dan sang pria yang terus memperhatikannya sambil sesekali mengelap mulutnya yang berantakan terkena krim.

"Hei!" Tiba-tiba pundak Zia di tepuk oleh Dava di belakangnya

Zia membalikkan tubuhnya, kini ia menghadap Dava. Dava terkejut dengan perubahan raut wajah Zia yang berubah seratus delapan puluh derajat. Padahal tadi ia begitu bersemangat, kenapa sekarang lesu?

Dava menangkap raut wajah Zia yang sudah hampir menangis, Dava langsung membawa nya ke samping cafe yang lumayan sepi

Setelah merasa keadaan sepi, dipeluknya tubuh Zia sambil terus mengusapi punggungnya yang sudah bergetar

a PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang