Dava melajukan motornya di atas rata-rata, menembus jalanan kota Jakarta yang lumayan padat.
Dava menghentikan motornya tepat di depan rumah Zia, tanpa menunggu ia menghampiri satpam keluarga Zia dan memintanya memanggilkan Zia
Zia membuka pintu utama, ia terkejut karna Dava berada di rumahnya
"Dava? Ngapain?" Tanya Zia to the point
"Mau ketemu lo--" Dava menunjukkan tas yang berada di genggamannya "sekalian anterin tas lo"
Zia menaikkan sebelah alisnya, kemudian berseru "oh ya ampun, tadi tas gue ketinggalan di cafe!" Zia mengambil tas tersebut dari tangan Dava "thanks, kok lo bisa tau?"
"Emm, tadi pas gue keluar dari sekolah, Aulia sama Nada manggil gue dari depan cafe, ya udah gue samperin aja. Trus mereka nyuruh gue anterin tas lo, awalnya gue sih, ogah. Tapi kata mereka, lo mau siap-siap ke london, is that true?" Dava menatap kedua manik milik Zia
Zia menggigit bawah bibirnya, ia lupa akan satu hal "oh iya, astaga, gue lupa nyuruh lo duduk, hehe. Duduk, va!" Zia menepuk keningnya lalu mempersilakan Dava duduk di kursi sampingnya. Mereka duduk di kursi yang berada di teras rumah Zia
"Emm, thanks lo repot-repot ke sini untuk nganterin tas gue dan nemuin gue. Besok pagi, gue pergi ke london. Gue pergi nya sama ayah gue--"
"Lo mau pindah lagi ke london? Please zi, jangan pindah" Dava memotong ucapan Zia dan menyimpulkan apa yang ada di otaknya
Zia terkekeh lalu melanjutkan ucapannya yang sempat terpotong "Lo sih main potong ucapan gue!" Zia mencubit kedua pipi Dava gemas "Gue bukan pindah, Dava. Nada sama Lia gak bilang ke lo? Gue ke London mau liat butik keluarga gue yang pas itu gue kelola, sekarang yang ngelola aunty gue" Zia terkekeh menahan tawanya "Gue balik lagi ke sini, hari jumat. Lo panik gitu," Zia sudah tak tahan menahan tawa nya, ia langsung tertawa sambil menepuk pundak Dava
Dava tersenyum, sebuah ide jahil terlintas di benaknya "Lo mau tau kenapa gue panik?" Dava mendekatkan wajahnya, Zia mengangguk, ia membisu karna Dava semakin mendekatkan wajahnya "karna, gue-suka-sama-lo. Gue sayang sama lo, zi" Dava tersenyum miring ketika mendapati kedua pipi Zia yang kini bersemu merah
Dava semakin memajukan wajahnya, Zia menutup kedua matanya rapat, Dava tersenyum lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Zia "tapi gue cuma bercanda" sontak Zia membuka matanya dan Dava langsung menarik wajahnya dan tertawa karna reaksi Zia yang menurutnya lucu
Zia menyilangkan kedua tangannya lalu mengerucutkan bibirnya, Ngeselin!
"Lo kok ngeselin sih! Gue kira beneran tau" Zia menjewer salah satu telinga Dava
Dava masih terkekeh dengan reaksi Zia tadi "emang nya lo mau gue sukain?" Kini Dava menaikkan sebelah alisnya dengan senyum jahilnya
Zia gelagapan "Ya, ya-- itu hak lo" Zia memalingkan wajahnya lalu melepas jewerannya pada telinga Dava
Dava terkekeh, lalu ia berdiri dari tempatnya. Zia menatap bingung
"Kenapa va? Lo mau balik ya?" Zia ikutan berdiri
Dava tersenyum tipis "enggak. Gue mau ajak lo ke suatu tempat"
"Mau kemana?"
"Ikut aja"
"Ya-yaudah. Gue mau ganti baju sebentar sama pamit sama bokap gue"
Dava mengangguk tipis, lalu Zia ngacir masuk ke dalam rumahnya
Zia menutup pintu kamarnya dengan kedua pipi bersemu merah
Ia langsung berlari menghampiri lemari baju nya, ia sibuk memilih baju yang akan ia kenakan
KAMU SEDANG MEMBACA
a Promise
Teen Fiction"Tiga tahun gue nunggu lo! Gue bela-belain pindah ke Jakarta, demi ketemu sama lo, tapi ini balasan penantian panjang gue? Mana janji lo tiga tahun yang lalu?!" -Zia "Gue akan tetap setia nunggu lo, sampai lo bisa lupain 'DIA' dan nerima kehadiran g...