Kiliw terbikti ni biring pinyi gie li hiris ngibilin tigi permintiin gue—HALAH NGOMONG APAAN DAH.
Ingin saja Airy berteriak di depan muka Zion tadi, GA JELAS LO! ya, tapi Airy takut juga sih langsung di tampol bolak balik sejurus teman pria itu sudah memperingatkannya tadi jikalau Zion itu memukul wanita juga.
"Assalamualaikum," salam Airy ketika memasuki kelas dimana pak Sukiman sudah hadir untuk mengajar.
"Siapa bilang kamu boleh masuk?" Pak Sulaiman bertanya sarkas.
"Ma—maaf pak saya tadi terlambat gara-gara ke toilet. Bab saya kurang lanca—"
"Bukannya lo ngebacot dari tadi sama gue?" tiba-tiba Zion berdiri di sebelahnya dan berbicara dengan santai seolah sengaja ingin memojokkan Airy.
"Dia nyuri boneka saya pak, jadi kita berantem tadi gara-gara dia ngotot kalau itu punya dia," adu Airy balik.
Karena Zion tak kunjung menyahut akhirnya pak Sukiman pun bertanya, "benar, Zion?"
"Dituduh, tepatnya."
Airy mendelik kesal, MULAI LAGI NIH?!
"Ya sudah. Kalian keluar sana, saya tidak bisa kasi toleransi buat masuk," usir pak Sukiman kemudian. "Jangan ke kantin ya. Berdiri aja sana di luar, kalau rajin sikat lantai wc atau apa lah, bersihin atap sekolah juga boleh."
Airy pun keluar dengan lesu. Ia melirik Zion yang tampak santai-santai saja dengan kesal.
Airy berdiri di luar kelas dan bersandar di dinding sembari mengusap lembut bulu boneka gantungan snorlax nya.
Zion ikut bersandar di pembatas balkon, tepatnya nyaris berhadapan dengan Airy. Pria itu fokus memainkan hpnya. Airy menoleh, ia tak dapat melihat eskpresi pria itu karena tertutup oleh kepala hoodie nya.
Ga panas apa make hoodie tengah hari begini? Airy jadi penasaran seputih apa badannya. Eh, tunggu.. Airy pernah lihat kan?
Merasa diperhatikan Zion pun balas menoleh membuat Airy langsung menyembunyikan boneka nya di belakang badan—takut Zion merampasnya kembali dan terjadi lah adu bacot versi dua.
"Eh, mau kemana?" tanya Airy melihat Zion hendak melangkah pergi.
"Kantin," jawabnya santai kemudian melanjutkan langkah kakinya, namun terhenti lagi. "Jangan ngikut. Capek seharian liat muka lo."
Airy menepuk dadanya berulang-ulang karena sesak. Apa katanya? Capek? Capek seharian melihat mukanya? Oke. Mungkin Airy tidak secantik Jennie black pink, tidak seimut Lisa black pink, tidak se sexy Hwasa, tapi apa kalian tidak berpikir jika pria itu sudah keterlaluan meledeknya?
Mulut Zion dua kali lebih tajam seperti silet semenjak Airy menutut barangnya di halaman tadi. Kenapa dia harus se kesal itu sih? Lagipula ini miliknya. Aneh.
"Airy, ngapain?" itu Dita. Gadis itu terlihat menggendong beberapa buku di lengannya.
"Kena hukum," kekeh Airy membuat Dita tertawa kecil.
"Mau ke rumah gak nanti? Gue lagi gak ada jadwal les. Ajak Varo sama Rose juga gapapa," ajaknya dengan lembut.
"Oke, nanti gue ajak."
"Ya udah. Gue duluan ya," pamitnya kemudian berlalu menelusuri koridor panjang menuju kelas IPA nya.
____________
Setelah menunggu selama 45 menit akhirnya bel pulang berbunyi bersamaan dengan berkumandangnya azan ashar di mushola sekolah.
"Jangan diulangi," pesan pak Sukiman ketika keluar membuat Airy hanya bisa mengangguk pelan. Koridor mulai penuh karena murid mulai berdesak-desakan untuk pulang.
