Zion diam seribu bahasa selama 10 menit di parkiran sekolah. Jangankan buka mulut, bergerak saja tidak, hanya mata nya yang berkedip dan nafasnya memburu.
Sebagian anggota Aveonid pulang dan ada juga yang mengecek markas mereka dan sisanya sekarang menemani Zion yang tidak jelas kapan akan bergerak.
Luka di leher Zion terpampang nyata, bekas aliran darah di tangannya juga belum dibersihkan.
"AP, AP AP APENI?" Erpan buka suara sambil mengupas kulit jeruk yang ia pinta dari adik kelas. "Mulut lo kenape Yon?"
Zion diam.
"Lo mending pulang Pan, cuci kaki, sikat gigi, skinkeran terus tidur," sahut Xander.
"Ini kita kek orang tolol ya nungguin Zion ngomong." Erpan berucap. "Lu lagi mikirin ayam apa telor duluan ya? Udeh, kagak perlu. Jawabannya ayam, ciken kalo bahasa planet sebelah mah."
"Pan, cita-cita lo apa?" Tanya Bimo tiba-tiba.
"Ga ada, gelap." Erpan menjawab jujur.
"Pantesan ga jelas," sahut Anto. "Daripada bacot ga jelas mending lo jalan-jalan ke Singapur, lo kalo gabut kan suka ke luar negeri. Daripada jadi kuman di sini."
"Mulut anda kotor!" Erpan tidak terima. "eh, tapi ide lo boleh juga. Malming mau ke KL ah.."
"Iya kesana aja lo, biar langsung di klaim negara sebelah. Kita semua iklas." Zion tiba-tiba membuka mulut sambil beranjak berdiri dan meraih helmnya. "Gue pulang dulu, kalian juga bubar , jangan nyari masalah di jalanan."
"Kita ke rumah sakit dulu, leher lo ntar infeksi." xander ikut beranjak berdiri.
Zion menyentuh sayatan di leher nya, "ga perlu."
"Lu kalo pengen ngejar dia mah udah telat," celetuk Erpan membuat Zion menoleh.
"Ngomong apa sih, njing?"
"Itu adeknya si Dika, dia udah pulang, tadi gue ikutin."
"Kenapa tiba-tiba bahas dia?"
Erpan mengedikkan bahunya, "siapa tau lo penasaran."
Zion menaiki motornya dan menjawab, "kagak."
"Dia nangis sepanjangan jalan tadi," tambah Erpan sambil tersenyum menjengkelkan.
Zion menghela nafas kesal, "kenapa gue harus tahu?"
"Siapa tau lo penasaran," Erpan mengulangi kalimatnya tadi.
"Pan, lo pengen ngajak duel? Sekarang? Tulang lo siap patah?" Tantang Zion semakin kesal dengan tingkah Erpan.
"Aduin ke bapaknya aja Yon," celetuk Bimo. "Atau ngga, potong aja burungnya."
"Jangan bawa-bawa bapak gue lah tolol," kesal Erpan. "Dah lah, gue pulang dulu. Skuy gaes, kayak orang tolol aja kita nemenin Zion."
"Lo naik motor gue aja Yon, kita ke rumah sakit dulu," ucap Xander pada Zion yang hendak memasang helm.
"Gue bisa sendiri, lo pulang sama anak-anak aja, ga usah buat masalah di jalan, bawa motor yang bener," pesan Zion pada anggota Aveonid yang langsung mengangguk paham.
"Dih, lo siape? Nyuruh-nyuruh---"
BRUKKK
Erpan dan patrick yaitu motor kesayangannya jatuh karena ditendang oleh Zion yang benar-benar sudah tak dapat menahan emosinya.
____________________
Setelah anggota Aveonid yang di parkiran pulang Zion menyempatkan diri ke toilet sekolah untuk membersihkan darah di leher nya. Hpnya tiba-tiba bergetar dan menampilkan sebua panggilan masuk dari nomor yang tak di kenal, namun Zion tahu siapa yang mengubunginya dan tanpa pikir panjang ia menolak panggilan tersebut.