2. meet a leader

505 37 0
                                    

Airy pun menyusul Rose ke balkon, dan benar saja itu abangnya. Airy tak habis pikir, kenapa dia menyusul Airy semalam ini?!

Dengan gerakan cepat Airy meraih ransel dan hpnya laku turun ke bawah diikuti oleh kedua sahabatnya.

Mungkin kalian bertanya bagaimana Dika bisa tahu alamat rumah Varo, jawabannya karena kak Dika memang pernah datang kesini sebelumnya.

"Kak Dika, ngapai—"

"Naik," suruhnya tak terbantah.

"Aku udah izin mau tidur disini loh tadi, terus kenapa—"

"Emangnya gue ngizinin?" Dika berbicara dibalik helmnya, "ga, kan?"

"Tapi tadi kak Dika udah jawab."

"Emang hm bertandakan iya?"

"Udah malem kak, mending Airy tidur disini aja. Varo bukan cowok beneran kok, maksudnya—dia bukan cowok sejati gitu, jadi aman aja." Rose menyahut agar Airy tetap disini, berhubung sudah terlalu malam juga.

"Eh, gue berbatang ya!" sinis Varo berbisik kesal.

"Naik, cepetan." titah Dika kembali membuat Airy menghela nafas pasrah dan naik ke belakang motor Dika. Bahkan Airy tak sempat melambaikan tangan ke kedua temannya karena Dika sudah lebih dulu menancap gas motornya.

____________

"Aku ga suka kak Dika semaunya kayak gini," protes Airy sembari menghidupkan seluruh lampu ketika mereka sampai di rumah.

"Mulai sekarang jangan keluar malam lagi kalau ga ada urusan penting," ucap Dika sambil melepas jaket hitamnya lalu merebahkan tubuh di sofa panjang.

"Kak, aku ga suka terlalu dikekang begini—"

"Jangan membantah," tegas Dika memijit pelipisnya. "Mau malam libur sekalipun, jangan kelayapan."

"Kasi aku alasan yang jelas, aku ga pernah larang kakak buat kemana aja, bahkan sampai kak Dika pulang lewat dari jam 12 malam."

"Bisa ga sih nurut aja tanpa banyak nanya!" bentak Dika akhirnya menatap Airy marah, "dengerin aja perintah gue."

"Egois," cibir Airy.

"Memang." Dika membalas enteng.

Airy berjalan dengan menghentak-hentakkan kaki ke lantai menuju toilet untuk membersihkan kaki dan wajahnya.

Setelah keluar ia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 11.30, matanya beralih ke Dika yang memejamkan mata dengan posisi duduk menyandar di sofa panjang.

"Udah makan?" tanya Airy menuju dapur.

Dan Dika hanya bergumam.

"Mau aku masakin mie?"

"Ga perlu. Tidur aja sana," titahnya.

"Tadi guru kak Dika datang ke sekolah aku," ucapan Airy sontak membuat mata Dika kembali terbuka.

"Namanya pak Ardito." Airy melanjutkan, "dia bilang kak Dika sering ga masuk sekolah dan bolos terus."

"Jangan mau diajak ngobrol sama dia lagi."

"Kenapa?"

Dika menghela nafas malas, "karena ga penting."

"Kak Dika ada masalah?"

"Masalah apaan sih? Gue cuma lagi males sekolah, itu aja."

"Tante Diana nafkahin kita bukan biar kita bisa males-malesan. Kak Dika ga boleh seenaknya."

ZIONID. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang