24. kill me

193 27 14
                                    

Airy mencoba untuk menghubungi Dika segera, namun tidak aktif. Sial. 

Bodohnya ia malah bingung harus melakukan apa pun. Ia tidak tahu. Otak nya seolah berhenti beroperasi sejenak. 

Airy tersenyum sinis, mentertawakan dirinya sendiri. 

Sekarang bagaimana ia harus menjelaskan permasalahan ini pada tante nya? Ingin mengajak Dika berbicara pun pastinya ia yang akan pria itu omeli balik. Iya, se egois itu memang sosok Dika. 

Di tendang dari sekolah? Ya Tuhan... mimpi buruk apa lagi ini?

Airy kembali menuju area panggung, namun ia tidak menemukan sosok Zion di sana juga para pengikutnya. 

"Airy, lo kemana si!" Omel Rose datang menghampiri Airy yang masih mencoba keberadaan Zion. 

"Lo liat Zion ga?" Tanya Airy masih dengan pandangan yang berkeliaran. 

"Paling ke tongkrongan—" Mendengar ucapan Rose Airy langsung beranjak pergi takut pria itu sudah beranjak dari area sekolah. 

Jalanan menuju tongkrongan luar cukup sepi, namun untung saja ada banyak siswa siswi yang berkeliaran. 

"Wessssssssssss, target datang," suara Erpan terdengar menyapa. 

Tanpa memperdulikan pria itu Airy melongos saja dan menghampiri Zion yang tengah duduk santai sambil melihat hpnya. Tanpa pikir panjang Airy menarik bagian leher hoodie milik pria  itu hingga membuat seisi tongkrongan kaget bukan main. 

"Hari pembalasan yang lo maksud itu, hari ini?" kecam Airy tak bisa menahan diri lagi. Ia gila lama-lama jika harus seperti ini. Ia ingin mengakhirinya, namun bagaimana? Ia kehilangan akal sehat.

Zion menepis tangan Airy namun karena tenaga Airy cukup kuat ia tak bisa menepisnya dalam satu hentakkan, ia mengeluarkan lebih banyak tenaga membuat Airy menyingkir.

"Fuck, whats wrong with you?!" Bentak Zion mulai emosi.

"Apa lo harus sejauh ini?"

"APA?!" Bentak Zion murka. 

"Lo ngaduin abang gue ke sekolahnya terus sampai dia dikeluarkan dari sekolah gara-gara laporan itu, lo kan?" Tuduh Airy. "Atas nama abang gue kalo perlu gue berlutut, gue bakal lakuin. Tolong, jangan sampe main-main ke akses pendidikannya. Oke, anggap gue norak dan bodoh. Tapi gue ga bisa diem aja." 

Zion seketika mengedarkan pandangannya ke sekeliling tongkorongan dimana dipenuhi oleh anggota Aveonid yang sedang menonton keduanya. 

"Gue ga bakal ikut campur lagi dalam perkelahian kalian, tapi untuk kali ini gue mohon, jangan kacau kehidupan sekolahnya," pinta Airy yang benar-benar merasa pasrah. 

"Itu namanya konsekuensi, sekolah abang lo emang udah ngelarang Denox buat kumpul dan kalo ketahuan masih ngeyel bakal dikeluarin dari sekolah, jadi? Apa lagi yang perlu dipermasalahkan. Apa yang lo tanam, itu yang bakal lo tuai. Right?" Zion membalas. "Berhenti bela abang lo yang ga guna itu." 

Airy sempat merasa skak mat tadi, namun kalimat terakir Zion berhasil membuatnya tersenyum sinis. 

"Lo ngatain hidup abang gue ga berguna seolah lo uda ngejalanin hidup yang amat berguna, padahal engga," ucap Airy. 

"Oke, gue setuju. Hidup Zion ini menganut paham santuy, jadi dia bakal tetep hidup walaupun hidupnya ga guna." Erpan masuk ke dalam pembicaraan. 

"Diam, Pan. Sebelum gue ratain gigi lo," kecam Zion risih dengan Erpan yang selalu mencoba untuk mengadu domba.

"Airy, mending lo diem juga. Ntar gigi lo rata dibuatnya," ucap Erpan cengengesan sambil meneguk minuman golda nya. 

Zion tiba-tiba mendekat ke arah Airy, "emang lo udah kenal gue seberapa jauh sih? Lo cuma kenal nama sama tampang doang. Sisanya lo ga tau apa-apa." 

ZIONID. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang