7. Anak Aveonid

285 30 1
                                    

"Gue kayaknya harus ngadu ke bunda deh, minta buat dia dipindahin darikelas. Serem ih, ga bisa fokus selama pelajaran."

"Sama. Ntar gue ngadu juga, biar ortu kita datengnya bisa barengan."

"Kalau perlu sih ga usah pindah kelas, pindah sekolah aja langsung."

"Lah, bener banget. Setuju! Ga pantes loh masuk ke sekolah lagi."

"Ga punya urat malu sih lebih tepatnya. Masih muda udah disandang sebagai mantan napi, terus masih punya muka buat sekolah."

Sepanjangan jam pelajaran sampai bel pulang sekolah tak henti-hentinya 50 persen dari isi kelas membicarakan sosok pria berhoodie hitam itu. Jujur saja, Airy juga jadi ikut takut—belum lagi mengingat apa yang dikatakan Dika tempo hari—bahwa pria itu danger. Bahaya.

Airy ingin bodo amat, selagi dia tidak dekat-dekat tidak apa kan?

Setelah kelas bubar, seisi kelas mengemaskan buku mereka secepat mungkin seperti dikejar oleh setan.

"Piket dulu wei!" seru Airy pada Rose dan Varo yang ikut seperti kesetanan ingin cepat-cepat keluar dari kelas.

Airy memang punya kebiasaan untuk piket sebelum hari H, jadi dia dijadwalkan untuk piket hari selasa dan dia sudah mulai membersihkan kelas pada hari senin—tepatnya setelah pulang sekolah.

Dan Airy baru ingat akan sesuatu—tepatnya pada ucapan pak Sukiman tadi pagi dimana pria itu juga piket di hari selasa yang berarti satu jadwal dengan Airy.

Ketika melihat pria itu hendak beranjak dari bangkunya Airy menegakkan tubuh seolah bersiap-siap, entah untuk apa.

"Anu..." mulutnya spontan berbicara membuat Rose dan Varo menganga dibelakangnya.

"Zozo.. lu harus angkat bangku dulu baru pulang, soalnya besok jadwal lo piket," ucap Airy mencoba untuk memberanikan diri. Ya tidak salah 'kan?

"Gue?" pria itu menunjuk dirinya.

"Iya. Siapa lagi?"

"Gue bukan Zozo."

"Oalah, oke. Zoin kan? Lupa gue hehe. Maklum aja, udah berumur."

"Itu si Airy punya nyawa berapa dah? Kok masih bisa ketawa-ketiwi sih." gerutu Rose terdengar di dekat pintu.

"Zion," ucapnya pelan kemudian berbalik badan dan mulai mengangkat kursi satu persatu ke atas meja.

"Airy, kita berdua buang sampah dulu ke belakang." pamit Varo bergegas bersama Rose untuk pergi, meninggalkannya sendiri—ralat, bersama Zion.

Airy berdiri tegang ditempatnya, tak tahu harus melakukan apa.

"Lu ga berhubungan sama Abang gue lagi kan?" tanya Airy membuka pembicaraan.

"Kenapa harus?" Zion bertanya balik tanpa menoleh.

"Kalian berantem tuh sebenernya gara-gara apa sih? Jawab coba. Nanti gue kasi permen." Airy mencoba untuk menyogok.

"Lo kasi ganja baru gue mau." YAMOLIII, mata Airy langsung melotot. Ini seriusan?

"Lu kok ngeselin ya lama-lama, tinggal jawab apa susah."

Zion membalikkan badannya. "Males aja buat bahas tu anak. Eneg."

"Tu anak maksud lo Abang gue gitu?"

Zion tidak menjawab dan Airy dapat menyimpulkan bahwa jawabannya adalah iya.

Setelah Zion selesai dengan aktivitasnya Airy kemudian mengambil penyapu di belakang pintu. Airy menyapu bersih dari ujung ke ujung sedangkan Zion sudah melenggang pergi meninggalkan kelas.

ZIONID. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang