14. Marah

249 30 1
                                    

"Oke, Singa akhirnya bangun," ucap Xander memperhatikan Zion yang masih berada di lapangan basket. Ke lima anggota inti berderet di pembatas koridor menonton sang ketua.

"Aldo, Bimo atut," rengek Bimo memeluk lengan Aldo erat.

"Minggir sebelum gue lempar ke Zion sekarang lo," ancam Aldo geli ketika Bimo semakin memeluknya erat.

"Ih, jangan galak dong. Bimo kan masih takut," rengek nya lagi membuat Aldo menepis tangan Bimo kasar. Aldo geli tauuk.

"Anto..." Bimo beralih ke Anto yang lebih dulu menjaga jarak.

"Jangan sentuh aku, aku suci." Anto menolak cepat.

"Jahat banget lo, kayak gue haram aja."

"Lo bukan haram Bim, tapi lo jelek. Udah-udah, diem aja, jangan banyak tingkah," celetuk Bintang duduk di pembatas koridor.

"Punya hak apa lo ngatain gue jelek? Sejurus muka gue ini mirip Adipati Dolken, ntar jangan kaget ya kalau dia tiba-tiba bilang ke publik kalau dia sebenernya punya kembaran yang hilang dan jangan tambah kaget kalau ternyata kembaran yang dia maksud itu gue," cerocos Bimo mulai halu.

"Adipati Dolken siapa sih? Adek kelas? Kelas berapa?" tanya Xander tiba-tiba penasaran.

"Tumben lo kepo, biasanya diem-diem bae, santuy gitu." Bimo menyahut.

"Ulululu.. Kender ga tau Adipati Dolken ternyata, oh.. kasihan, oh.. kasihan, aduh... kasihan," ledek Anto sambil bernyanyi riang.

"Gue serius, bangsat." Xander menggeram.

"Adipati Dolken itu pacarnya Milea, der." Aldo memberi informasi.

"Bukannya pacar Vanessa Angel ya?" Bimo menyahut, "Milea kan punya Dilan."

"Lah, tolol. Kok malah Vanessa Angel? Orang dia udah nikah," celetuk Bintang.

"Yaudah, jadi Vanessa apa?" tanya Bimo, "gue kenalnya Vanessa Angel doang."

"Gue bukan nanya pacarnya, gue nanya orangnya itu siapa. Itu benda yang ada di dalam kepala lo pada jalan ga sih?" Xander kembali berbicara dengan geram. Pembicaraan teman-temannya itu tak jelas mengarah kemana. "Terus, dia kelas berapa?"

"Orang udah tua kok, udah kagak sekolah anying. Udah jadi artis noh, punya tipi kagak dirumah?" Bimo menyeletuk.

"Punya lah," balas Xander.
"Tidak seperti anda yang mau nonton bola aja kudu nebeng ke rumah temen," celetuk Aldo.

"Ya mau gimana lagi, prinsip ane tuh orang tua nomor satu. Kalau remote udah dipegang sang emak yang kerjaannya nonton Istri Kedua terus Samudra Cinta, gue bisa apa?"

"Eh, soal yang ribut-ribut tadi karena wali murid protes ke kepala sekolah itu gimana? Zion masih aman?" tanya Aldo ketika ia teringat akan sesuatu.

"Kalau udah emak Rania yang turun sih kayaknya emang sulit buat di tolak apalagi sebagian wali murid yang gabung tadi, ntar tunggu kabar dari Zion aja. Dia udah dipanggil ke ruang kepsek," jelas Bintang menginformasikan informasi yang ia ketahui.

"Rania yang mana sih? Yang rambutnya gimbal itu?" tanya Aldo penasaran.

"Mbahmu noh gimbal," sembur Anto.

"Jahat bat sih mulut lu, orang nenek gua ga ngapa-ngapain malah disebut. Dia kan jadi keselek," protes Bimo tak terima.

"Dahlah, gue ke kelas dulu. Yok, Nto. Kita kudu ngelukis hari ini," ajak Bintang pada Anto yang mana adalah teman sekelasnya sedangkan anggota ini Aveonid sisanya pun ikut membubarkan diri.

ZIONID. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang