Please, vote nya.
_______
"OMONAAA!" Seru Varo kaget kala sebuah balon air tiba-tiba terhempas di punggung Airy membuat baju belakangnya langsung basah. Airy kaget bukan main hingga ia sampai membeku di tempat."Sori, ga keliatan. Badan lo kurus sih," ucap Erpan menghampiri dengan santai sambil memainkan balon berisi Air lainnya, "udah gitu rata lagi."
Airy menatap pria itu sinis. Entah kenapa seketika bibirnya kelu, ia tak dapat memikirkan kata yang pas untuk menampar pria itu.
"Gimana Yon? seru gak liatnya? gue balesin nih dendam lo," ucap Erpan pada Zion yang memperhatikan mereka dengan santai.
Airy menatap Zion, "oke, gue paham kalau lo gak terima malam itu. Kalau emang gini caranya biar lo dan temen-temen lo berhenti ganggu gue silakan, lempar bola satunya lagi ke gue, biar lo puas." Airy menantang pria itu. Ia lelah jika harus terus seperti ini. Ia menyesal selalu mencoba halu hidup di dalam sebuah drama, seseorang sepertinya memang lebih cocok menjalani kehidupan yang normal dan biasa-biasa saja.
"Gue suka nih, bau-bau muncul perkelahian," celetuk Erpan.
"Kenapa lo diem aja?" Airy kembali berucap karena Zion tak kunjung menyahut.
Zion mengedikkan bahu, "emangnya gue harus ngomong apa?"
Erpan melemparkan bola air pada Zion yang langsung menangkapnya dengan baik, "disuruh lempar katanya, biar lo puas."
"Udah gila lo pada." Rose berbicara, "Airy, mending—"
"Gue ga papa, Rose. Biarin aja," kata Airy pada Rose yang langsung ditarik oleh Varo agar menyingkir.
Dingin. Itu yang Airy rasakan saat ini, ia baru sadar jika air yang ada di dalam balon tersebut adalah air es.
"Apa lo bakalan diam gitu aja disana sampe dinosaurus idup lagi?" Airy benar-benar tidak tahan.
"Emang dinosaurus kapan idup lagi?"
"Lo bercanda?"
"Lo yang mulai."
"Terus mau lo apa? buat gue malu kayak gini? Apa segini aja belum cukup? harus sampai berapa lama?" kesal Airy.
"Siapa suruh lu berdiri di situ, gaada kan?"
"Udah gue duga, niat lo emang mau mempermalukan gue. Selamat, lo sukses." Airy berniat untuk pergi namun ucapan Zion menghentikannya.
"Diam disitu," titahnya sembari memainkan bola air yang berada ditangannya. "Putar badan lo," lanjutnya membuat Airy hanya dapat menuruti perintah pria itu agar ia bisa cepat pergi dari sini. Zion benar-benar ingin membalaskan dendamnya dengan menyuruh Airy mengambil posisi membelakangi nya.
Beberapa murid menyaksikan mereka mulai mengeluarkan hpnya masing-masing untuk mengabadikan momen tersebut. "Yang ngeluarin hp siap-siap gue banting," tegas Zion dengan mata yang menatap lurus ke arah punggung Airy. Perlahan mereka yang mencoba untuk mengambil video dan foto pun menyembunyikan hp mereka. Peringatan Zion benar-benar membuat mereka merasa seolah pria itu akan mendatangi mereka satu persatu sekarang juga dan membanting hp mereka sampai hancur.
"Siap-siap, gue hitung satu sampai tiga," ucap Zion pada Airy yang masih setia di posisinya.
"Heh, Zion! lo udah gil—" nyali Rose seketika ciut karena Zion melemparkan tatapan tajam ke arahnya, saking tajamnya sampai membuat bulu kuduknya tiba-tiba meremang. Seram.
"Satu...." Zion mulai mengitung. Tubuh Airy tiba-tiba menegang. Pandangannya hanya ke tertuju ke bawah.
"Dua...." Zion masih memainkan bola air itu dengan santai sambil menatap punggu Airy tajam.
