15. Denox

211 23 2
                                    

Zion tidak menepati janjinya untuk datang dalam jangka waktu 1 menit. Ia hanya membutuhkan 59 detik untuk sampai menemui Dika yang sudah tak sabar menunggu kedatangannya sambil memegang sebuah tongkat bisbol dengan bersandar di motor hitam nya.

Ingin rasanya langsung menabrak tubuh pria itu hingga terpental, namun ia tidak segila itu. Membuat Dika mati begitu saja tidak akan menyenangkan.

"Tangan kosong kalo berani," ucap Zion melepaskan helm nya dan turun dari motor.

Dika tersenyum miring sembari melemparkan pegangannya, "lo ga bawa antek-antek lo kan? Jangan jadi pengecut."

Sekedar informasi, Zion tidak menginformasikan hal ini kepada anak Aveonid yang lain. Dika mengajaknya datang sendiri, artinya ia harus sendiri.

"Ingat, one by one, not squad by squad. Lo kalau tanpa anak Aveonid yang lain ga ada apa-apanya, menang wajah sangar sama tatto doang, ga guna," kata Dika merendahkan.

"Bacot," balas Zion.

"Ingat perjanjian kita, siapa yang kalah harus menanggung resiko. Kalau gue yang kalah gue berhenti ganggu Aveonid, dan kalau lo yang kalah lo harus bubarin Aveonid. Lo harus kehilangan Aveonid kayak kita yang udah kehilangan Denox," tegas Dika memasang wajah sangar. "Ga mau tau."

"Gue ga bisa bubarin Aveonid, sebagai gantinya, kalau gue kalah gue bakal mengundurkan diri dari Aveonid."

"Fuck.. ga seimbang, anjing."

"Lo mau gue bubarin Aveonid gitu aja? Cuma dengan nyawa lo? Ga semudah itu, babi."

Dika mendekat, "oke. Lo kalah, lo keluar dari Aveonid. Lo juga harus minta maaf secara resmi sama anak Denox, dan yang terakhir, lo harus jauhin Airy."

"Kenapa lo berlagak seolah lo bakal menang padahal kita mulai aja belum? Ga usah narsis, lo tuh cuma modal bacot doang."

"Gue ga selemah itu. Ga usah sok kuat cuma gara-gara Aveonid selalu unggul dibanding Denox, itu cuma karena anak-anak Aveonid hoki aja, dan ketuanya selalu kena sial, lepasin aja Aveonid. Tanpa Aveonid, lo tuh ga guna."

"See? Lo cuma bisa bacot."

Dan Brukk.

Dika memukul Zion lebih dulu dengan kuat, ketika Dika melayangkan pukulan kedua tiba-tiba tubuh Zion terhuyung. Dika menjatuhkan tubuh Zion ke aspal dan melakukan perlawanan dengan menendang perut pria itu. Dika mundur dua langkah membuat Zion langsung mengambil waktu emasnya untuk balik memukul pria tersebut namun Dika masih mencoba menangkis dan membalasnya dengan pukulan.

Dari arah Dika tiba-tiba datang segerombolan orang membawa kayu. Zion yang menyadari kondisi langsung menjaga jarak, tak perlu berpikir panjang lagi ia sudah dapat menebak siapa mereka, memangnya siapa lagi kalau bukan anak-anak Denox?

Dika membawa anggota lain ternyata.

Yah, Zion belum siap mati hari ini. Detik ini tepatnya.

Ia tidak bisa mati konyol seperti ini.

Masih ada beberapa hal yang harus ia lakukan.

Ia juga harus menghapus folder di laptopnya berisikan titipan dari Aldo dan Bimo.

Ia harus membayar hutang gorengannya seribu di kantin.

Memperlihatkan pada keluarga julidnya, bahwa ia bisa.

Membelikan bu Hanna cermin yang bisa berbicara.

Melihat Bintang mengenakan pakaian mini.

Melihat Aldo menikah dengan Kekeyi.

ZIONID. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang