Part 7

496 34 0
                                    


-Author POV-

Tzuyu yang sedang belajar di kamarnya, seketika mendongak mendengar ada yang membuka pintu kamarnya, ternyata Bibi Kang.

“Kenapa, bi?”

Bibi tersenyum lalu berkata, “Kamu dipanggil sama tuan Mingyu.”

“Hah?” kata Tzuyu spontan.

“Tuan Mingyu sudah pulang?”

“Iya,” Bibi mengangguk, “Baru saja dia telepon ke dapur.”

Tzuyu menelan ludah.

Mengira-ngira apa salahnya.

***

Perlahan, sambil menghela napas dalam-dalam Tzuyu memberanikan diri mengetuk pintu kamar Mingyu,ia menunggu dengan cemas lalu meringis saat suara bariton nan tajam Mingyu terdengar.

“Masuk,” katanya samar.

Setelah melantukan harapan yang isinya kira-kira semoga ia bisa keluar dengan selamat nantinya. Tzuyu pun memutar kenop lalu melangkah ke dalam. “Permisi, Tuan.”

Mingyu yang sedang berdiri di depan meja komputernya ternyata masih mengenakan baju kuliahnya walau sudah berantakan, tangannya menelusuri permukaan kertas di tangannya. Tiba-tiba menoleh kearah Tzuyu dan menatap tajam. “Hei, kau bisa mengetik di komputer, kan?” tanyanya, sambil menunjuk
komputer di depannya.

“Iya, bisa tuan” jawab Tzuyu seadanya.

“Yaudah, sekarang kau ketik bagian di buku yang udah gua tandain ini, aku tidak punya waktu untuk
mengerjakannya” Perintahnya.

Tak bisa di ganggu gugat. Ia  menebar pandangan galaknya, lalu melangkah menjauhi meja komputer menuju kamar mandi.

“Tapi…,”

Mingyu berbalik seketika, “Ngebantah? Mau di pecat?”

Gadis itu menghela napas, menahan keinginan mencakar Mingyu lalu melangkahkan kakinya ke kursi di
meja komputer.

“Hei, siapa yang menyuruhmu duduk di situ? Duduk di lantai, pakai laptop bukan komputer” kata Mingyu, masih memperhatikan Tzuyu.

Gadis itu tersenyum paksa kearah tuan mudanya, lalu mengambil laptop di dekat meja itu dan duduk di
lantai.

Mingyu mengangguk-angguk sendiri lalu berkata lagi, “Aku tinggal mandi dulu, awas kalau kau berani
menyentuh barang-barangku,” pesannya.

Tzuyu mengangguk, lalu menjulurkan lidah saat punggung Mingyu menghilang di balik pintu. Ia mencibir
lalu mengalihkan pandangan dan mulai membuka lembar demi lembar buku yang diberikan Mingyu.

Tak lama kemudian, mingyu keluar dari kamar mandi, memakai kaus oblong dan boxer polos namun bermerek. Tzuyu merasakan pipinya memerah. Malu, sepertinya. Tidak tahu kenapa. Tanpa sadar ia
memperhatikan pemuda itu, diam-diam mengakui Mingyu selalu terlihat tampan mengenakan pakaian
apa pun.

“Kenapa melamun?” mingyu tiba-tiba membentak. “Suka? Sayang sekali, tipe saya bukan pembantu,”
lanjutnya tenang sambil mematut diri di cermin panjang.

Tzuyu tersadar lalu mencibir, lalu kembali mengalihkan perhatian pada laptop.

Mingyu menahan senyum lalu menjauhi cermin dan melangkah melewati Tzuyu, mengambil majalah otomotif yang juga tergeletak di meja komputer lalu menaiki udakan dan merebahkan diri di tempat
tidurnya.

Hah? Tzuyu berpikir kesal lagi. Jadi begini yang dibilang tidak punya waktu?
Mingyu menyunggingkan senyum miring. Tak habis pikir kenapa ia malah terhibur dengan ketidakmampuan pelayan baru itu menutupi kekesalannya, bukannya marah-marah seperti pada
bawahan lain yang bersikap menjurus ke kurang ajar.

F4 REBORN✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang