Part 27

266 24 0
                                    


-Eunwoo POV-

Aku melihat dari ekor mataku Dahyun berlari kecil mengikuti langkahku yang besar-besar. Saat ini
sedang jam istirahat dan seperti biasa aku berada di perpustakaan. Sudah beberapa menit, aku menghindarinya dengan berjalan berkeliling dengan modus mencari buku.

Namun, anak perempuan itu
tampak bersikeras mengekoriku.

Aku berhenti mendadak, membuatnya menabrak punggungku pelan. Aku lantas berbalik badan. “Mau
apa sebenarnya?”

“Mau ngomong,” jawabnya, membuatku menghela napas.

“Aku tidak peduli kau mau bicara apa.”

“Tapi, aku peduli.” Dia tampak keras kepala. “Aku mau bilang, kalau aku suka sama Oppa, aku mencintai Oppa.”

“Sssst!” aku segera mendesis. Aku menoleh ke sekeliling, namun perpustakaan tampak sesepi biasanya.

“Kau itu kenapa, sih?”

“Oppa yang kenapa,” dia mengerucutkan bibir. “Kenapa menghindar terus?”

Memang, semenjak dia kembali dari London, aku selalu berusaha menghindarinya.

Aku membasahi bibir. “Dengar, kita ini saudara dan kita tidak akan pernah bisa cocok.”

Dahyun menatapku tak mengertinya. “Maksudnya?”
“Kau dan aku. Air dan api. Langit dan bumi. Bumi dan Bulan, Paham?”

Selama beberapa saat, dia hanya bisa menatapku. Aku sendiri sudah berbalik badan, berusaha pergi.

Selama obrolanku dan dia tidak menyangkut ke arah itu, ia masih bisa berada di dekatku. Namun, dari
tadi, anak itu sudah menerorku melalui tatapan, meminta jawaban atas pernyataan cintanya barusan.

Dan sekarang, aku sudah membuatnya jelas.

“Apa kita begitu berbeda?” tanyanya, membuat langkahku terhenti.

Aku berbalik, lalu menatapnya yang bergeming di tempatnya tadi.

“Apa kita begitu berbeda?” ulangnya, matanya menatapku nanar. “Bagaimanapun kita tidak akan bisa bersatu, begitu?”

Aku mengangguk. “Iya.”

“Itu kata siapa? Otakmu atau hatimu?”

Mataku melebar saat mendengar pertanyaannya. Sebelumnya, dahyun tidak pernah bertanya hal-hal seperti ini. Dahyun yang aku tahu adalah Dahyun yang pemikirannya simple, cenderung bodoh dan tidak
pernah rumit.

“Aku…” aku meneguk ludah.

“Aku harus fokus dengan kuliahku. Aku tidak ada waktu untuk pacaran.”

Aku ingin segera menyudahi pembicaraan ini. “Kalaupun aku mau pacaran, aku mau dengan wanita mandiri. Yang tidak manja sepertimu.”
dia menggigit bibir, menahan tangis. Aku sendiri tahu aku sudah keterlaluan, namun aku harus melakukannya. Aku tidak bisa terus terbawa suasana.

Ada banyak hal yang membuatku tidak bisa berpacaran dengan Dahyun.

“Aku… paham sekarang,” gumamnya lirik. “Kenapa ada tiket penerbangan ke Jerman di kamar Oppa pagi tadi, kalau itu alasannya, aku paham.”

Aku menatapnya yang seperti hendak menangis. “Sorry.”

Dia segera menggeleng. “Bukan salah Oppa.”

Kalau mau jujur, Dahyun membuatku tersenyum di antara kepenatan belajar. Hanya dengan melihatnya, aku merasakan energi baru. Aku jadi terpacu untuk memperlihatkan yang lebih baik lagi supaya Dahyun
bisa kagum. Setiap malam, aku membaca lebih banyak buku agar mendapat lebih banyak pengetahuan untuk dibagi padanya.

F4 REBORN✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang