Part 24

295 21 0
                                    


-Tzuyu POV-

Aku menatap ragu bangunan kampus yang sudah gelap, aku menoleh ke kanan dan kiri, tapi tidak ada siapa pun. Aku menggigit bibir, lalu memberanikan diri melangkah masuk.

Aku mengutuk dalam hati diriku sendiri yang lupa meletakkan diary. Kalau bukan karena isinya yang sangat privacy itu, aku tidak akan repot-repot menantang maut seperti ini. Tadi, aku bahkan harus menunggu setengah jam untuk subway terakhir.

Aku mengintip kelas yang gelap, lalu meraba-raba dinding untuk mencari saklar.

Setelah lima menit


meraba dinding, aku menemukannya juga. Aku cepat-cepat menyalakan lampu, lalu melesat ke bangkuku. Aku merogoh laci meja dan menghela napas lega saat diaryku masih ada di sana.

Aku berbalik bermaksud untuk cepat-cepat pergi, tapi aku tidak sengaja melihat sesuatu di pojok belakang kelas.

"Huaaa!" jeritku, refleks menutup mata dan telinga, menyangka yang aku lihat adalah sejenis makhluk


gaib.

"Hei," kata makhluk itu, membuatku mau tidak mau mengintip. Tidak ada makhluk gaib yang menyapa.

Aku langsung melongo saat melihat makhluk yang aku sangka gaib ternyata Mingyu.

Aku tak berkedip untuk beberapa saat, bingung dengan apa yang dilakukan Mingyu di kelas yang gelap seperi ini.

"S-sunbae?" aku memicing.

"Sedang apa?"Dia tak menjawab. Ia hanya menatapku datar, lalu tersenyum lelah.

"Bertapa," jawabnya singkat.

Aku tak langsung mempercayai. "Kau sendiri?"

"Ada yang ketinggalan," aku menunjukkan bukuku. Dia hanya mengangguk-angguk. Aku menatapnya yang tampak kacau, lalu menghampirinya. "Ada apa?"

"Kau serius mau tau?" tanyanya, tidak terdengar marah. Aku menggigit bibir.

Mingyu kadang ramah, tapi ia juga sering hanya menggodaku. Tapi di luar kesadaranku, aku mengangguk. Dia tersenyum


simpul. "Aku mau cerita, tapi setelah itu kau harus ku bunuh."

Dia mengatakannya dengan sangat serius, membuatku refleks menutup kedua telinga. Dia lantas terbahak melihatku yang ketakutan.

"Bercanda," katanya di sela tawanya, membuatku menatapnya sengit.

"Bagaimana aku bisa tahu kalau sunbae hanya bercanda?" kataku kesal, membuatnya berhenti tertawa.

"Kau tidak perlu tau," katanya tajam. Aku sadar kalau aku tidak boleh membuatnya kesal sekarang.

Dia tampak begitu labil.

"Oke, aku juga tidak mau tau," kataku kemudian. "Ayo kita pulang."

Dia menatapku tak percaya, lalu terkekeh.

"Kenapa ketawa? Udah malam, tuan muda," aku melihat sekeliling waspada. "Kalau ada makhluk gaib gimana?"

Tawanya semakin menjadi-jadi mendengar kata-kataku. Baru kali ini aku melihatnya tertawa lepas. Aku sendiri menatapnya bingung, dia lantas berusaha menghentikan tawanya.

"Duduk sini, temani aku," dia menepuk-nepuk meja di sebelahnya. Aku menatap meja itu ragu, lalu akhirnya duduk di sebelahnya. Dia tampak tersenyum-senyum simpul, membuatku merinding.

"Mau... apa?" tanyaku pelan saat dia mencondongkan tubuhnya padaku.

"Kau tidak paham?" dia balas bertanya. Aku tau jantungku sudah berdegub kencang. Aku sering melihat adegan semacam ini serial drama.

"Jangan!" aku segera mencengkram bajuku sendiri.

Aku belum siap untuk ini. Tahu-tahu aku mendengar


dia terpingkal-pingkal. Aku menatap anak laki-laki itu sebal. "Sunbae, suka sekali menggodaku!"

"Salah sendiri kau cantik," katanya setelah puas tertawa.

Ia lalu menatapku lekat-lekat. "Entah apa kau


pintar akting atau kau benar-benar polos, sampai sekarang aku tidak tau."

"Saya belum pernah pacaran," kataku membuatnya tak berkedip.

"Kita sama berarti," timpalnya, lalu terbahak. Aku sendiri hanya menatapnya tanpa reaksi, membuat


tawanya terhenti. Dia berdeham sebentar, kemudian menatapku serius. "Kau serius?"

Aku mengangguk, membuatnya menatapku tak percaya.

"Jadi, sunbae sudah pernah?" tanyaku, sementara dia masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Yha, siapa juga di kampus ini yang sama sepertimu?" jawabnya cuek, membuatku menggigit bibir, tidak

F4 REBORN✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang