Part 65

283 16 0
                                    


-Author POV-

Mingyu menoleh ke kanan dan ke kiri. Siapa C? pikirnya.

Terdengar gemerisik semak-semak, lalu tampaklah sosok yang selama ini selalu ia anggap rivalnya. Chanwoo.

Dia sedang memegang ponsel
Tzuyu. Chanwoo menatapnya dengan ketenangan semu, yang siap meledak kapan saja.

“Serahkan dia kepadaku,” kata Chanwoo

“Memang aku terlihat seperti menculik seseorang?” tanya Mingyu, kini dia dan Chanwoo berjalan berputar, mengelilingi lingkaran tak kasatmata, dengan jarak sempurna yang sama, terlalu berbahaya untuk dirubah
Chanwoo tertawa sinis, “Tidak usah pura-pura bodoh.”

Mingyu mendesah pelan, menghentikan langkah berputar ala film-film action. “Oke, ini semua tidak seperti yang Tzuyu atau kau lihat..”

“Oh ya?”

Mingyu mengangkat bahu. “Buat apa juga kau minta aku menyerahkan dia? Dia belum dan mungkin tidak akan pernah menjadi milikku? She totally has a crush on you, anyway…”

Chanwoo berdecak, “Kau tidak tahu apa yang baru saja akan kau dapatkan kalau kau tidak brengsek seperti tadi.. dia mau memberiku jawaban, seperti yang kau harapkan…” chanwoo berjalan mundur, tersenyum sarkatis pada Mingyu.

“Tunggu,” ucap Mingyu.

***

Tzuyu berjalan tersaruk-saruk seperti zombie. Buta arah.

Entah dia sedang berjalan ke mana, yang jelas belum begitu jauh dari kampusnya. Ia tidak percaya, Mingyu ternyata… tzuyu memejamkan mata,
berusaha menyangkal sakit di dadanya. Puzzle yang sudah terpasang semua itu kini hancur.

Bukan hanya satu keping.

Semua keping puzzle itu terserak berantakan dan ia harus menatanya lagi,
suatu hari nanti.

Tin.. tin..

Tzuyu mendesah, menepikan dirinya ke trotoar agar mobil berisik itu bisa lewat

Tin… tin…

Tzuyu mendengus lalu menoleh ke samping, melihat mobil hitam yang ternyata sumber suara berisik itu.

kepala Chanwoo muncul dari jendela mobil. “Tzuyu-ah…”

Tzuyu membuang muka dan berjalan lagi. chanwoo turun dari mobilnya lalu mengejar Tzuyu. Ia meraih pundak gadis itu dan membalikkan tubuhnya.

“A… aku Cuma…” Tzuyu mencoba merangkai kata Chanwoo berkata, “Ssshh… sshh..”

Tzuyu akhirnya membiarkan air matanya berbicara. Chanwoo tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan tangis Tzuyu pecah dalam dekapannya.

***

“Kenapa kamu mengajakku ke sini ?” tanya Tzuyu Chanwoo hanya diam, menatap Tzuyu sebentar, mengangkat bahu lalu mulai meneruskan pekerjaannya yang kurang penting, melempari kerikil ke pantai. Mereka pergi ke pantai Muchangpo. chanwoo mengajak Tzuyu duduk di sana setelah air mata Tzuyu dinilainya sudah cukup banyak untuk memberi minum orang sekampung

“Chanwoo…”

Chanwoo menghela napas, memberikan sekaleng teh hijau yang dikeluarkannya dari saku bajunya pada Tzuyu. “Minum itu…”

Tzuyu mengambil kaleng itu dan mengernyitkan dahi.
“Chanwoo…”

“Minum!” perintah Chanwoo

Tzuyu membuka penutup kaleng dan menyesap teh hijau di dalamnya. Sejuk rasanya, minum itu setelah menangis.

“Teh hijau bagus untukmu… ada antioksidannya… mungkin otakmu lagi kebanyakan karbondioksida atau apa,” racau Chanwoo

Tzuyu hanya tersenyum. “Thanks, Chanwoo…”

Chanwoo tersenyum akhirnya, mengusap kepala Tzuyu

“Anytime, mau sharing sama aku? Aku tidak keberatan ada adegan air mata ronde kedua…”

Gadis itu tersenyum lagi “Tidak, aku tidak mau menangis lagi… lelah.. hanya saja aku tidak menyangkan
kalau Mingyu seperti itu.”

“Don’t judge a book by the cover. Don’t until you know it’s content…” kata Chanwoo
“Kita tidak tahu apa yang dilakukan Mingyu sebenarnya tadi..”

Tzuyu mengerutkan kening kea rah Chanwoo. “Kamu membela dia?”

Chanwoo menjawab dengan mengangkat bahu

Tzyu tertawa kecil, “Padahal dulu kamu bilang mau mengutuk dia..” gadis itu lalu mengalihkan tatapan ke arah pantai, “Ombak itu akhirnya memukul karang lagi, kan? Meninggalkan lubang erosi lain di sana…”

“Tzuyu-ah…”

Tzuyu melemparkan tatapan memohon. “Please, jangan membela dia..”

Chanwoo memutuskan mengabaikan ucapan Tzuyu “Mungkin ombak itu terlihat jahat sama karang? Membuat karang berlubang, rapuh. Tapi, apa yang baru aku pelajari…” Chanwoo menuding seekor kepiting kecil, yang sedang berjalan miring memasuki lubang di salah satu batu karang di dekat mereka

“Ombak membuat tempat tinggal untuk kepiting-kepiting kecil ini berlindung. Ombak membuat karang bermanfaat. Tidak hanya diam manis tidak berguna seperti sekedar batu. Mereka saling membutuhkan,
karang membuat ombak tidak melewati batas saat ombak berlari ke tepi pantai…

“Pikirkan itu Tzuyu…” Chanwoo bangkit dari duduknya. “Aku pergi sebentar, kalau kau sudah berpikir baik-baik dan siap pulang, telepon aku. Tadi ponselku sudah aku charge di mobil.” Pemuda itu
menyerahkan ponsel Tzuyu pada pemilik aslinya

Tzuyu mengambil ponselnya, memandang Chanwoo yang kini berjalan menuju mobilnya. “Oh ya,” kata Chanwoo. “Kadang di sini ada penyanyi jalanan. Siapkan koin mu, hati-hati…”

Chanwoo memberikan senyuman terakhir pada Tzuyu

Gadis itu membalas senyum sekenanya. Lalu menatap ke arah laut. Kenapa harus selalu laut yang menjadi saksi bisu kegalauannya?

Laut itu begitu sepi. Membuat Tzuyu mendendar sesuatu lebih jelas. Suara hatinya. Tzuyu mulai menyelami hatinya. Siapa yang saat ini memenuhi pikirannya? Mingyu. Siapa yang saat ini menempati
hatinya? Mingyu, ternyata, sesakit apa pun hatinya hari ini, sosok itu masih bertahan di sana dan Tzuyu sesungguhnya tetap ingin memiliki Mingyu di sini.

Pikirannya terpecah suara petikan gitar dan suara serak-serak basah dari belakangnya. Tzuyu tidak perlu menoleh untuk tahu itu penyanyi jalanan.

Lagu itu dibawakan secara akustik. Tzuyu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Oke, suara penyanyi
jalanan itu tidak jelek.

Bagus, malah. Tapi apa harus sekarang? Saat ia sedang sibuk memastikan isi hatinya?

Tzuyu merogoh kantongnya, mencoba mencari uang koin
Tzuyu menoleh ke belakang, melihat siapa yang bernyanyi.

Sesosok tubuh tinggi yang masih di balut baju kuliahnya. Mingyu? Tzuyu membuang muka. Ternganga

“Sedang apa kamu di sini?” Tzuyu menoleh ke belakang lagi saat suara gitar itu berhenti.

Mingyu tersenyum miring, memetik gitarnya.

“Bernyanyi…”

Tzuyu memutar bola mata, lalu bangkit dan berjalan mendekati Mingyu, yang kelihatan sedang menyusun kata-kata

“Tzuyu-ah, aku… aku tau tadi mungkin aku sudah membuatmu sakit hati. Tapi, aku sayang sama kamu. Sumpah, aku sayang sama kamu. Ah, aku tidak bisa merangkai kata-kata yang bagus.”

Tzuyu mendengus. “Dari mana kamu tahu aku di sini? Oh, chanwoo? Sejak kapan kalian berkomplot?”

“Tzuyu-ah,” Mingyu menatap mata Tzuyu. “Sorry, soal yang tadi. tapi kalau kau memang sudah ilfill sama aku..”

Tzuyu membalas pandangan Mingyu tanpa reaksi apa-apa.

“ilfil? Memang sejak kapan aku ada feeling sama kamu?”

“Kau tahu… aku tidak akan pernah memaksamu menjawab…”

Mingyu mengangkat bahu, berbalik dan berjalan menjauhi Tzuyu

Mungkin si Chanwoo itu mengerjainya. Mingyu menghela napas, kalau memang takdirnya bukan dengan Tzuyu, dia mau berbuat apa. Yang jelas, Mingyu tidak akan mudah melupakan Tzuyu. Mungkin dia bisa mencoba mengurung diri di ruang bawah tanah dan membiarkan tikus-tikus menggerogotinya

Tzuyu berlari kecil menyusul Mingyu, lalu menyusupkan jemarinya ke jemari Mingyu yang tidak memegang gitar. Ia menyentak tubuh Mingyu hingga mereka berdua berpandangan.

Tzuyu menatap mata Mingyu. “Kamu benar-benar tidak mau tahu jawabanku?” tanyanya sambil tersenyum

Mingyu tersenyum “Sumpah, Tzuyu-ah… yang tadi aku sama Yeri…”

“Sssh..” Tzuyu tersenyum lagi, mempererat genggamannya. “Aku tahu dan percaya sama kamu..”

Pemuda itu melepaskan genggamannya lalu memeluk Tzuyu erat-erat, tidak berniat melepaskannya. Ia
mengacungkan jempol pada Chanwoo yang sedang memperhatikan dari mobilnya di ujung sana. Mingyu
memejamkan mata, menikmati saat itu dan mengecup puncak kepala Tzuyu, yang kini resmi menjadi kekasihnya

Chanwoo tersenyum melihat pemandangan di depannya. Tak lama ia menunduk dan menghela napas

Drrt.. drrt

I message received

Terima kasih untuk segalanya
:)
Sender: Tzuyu

Chanwoo melajukan mobilnya ke dalam keheningan petang.

Sayup-sayup mendengar lagu dari radio mobilnya.

TBC

F4 REBORN✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang