Part 63

256 12 0
                                    


-Eunha POV-

“Hhh..” aku mengembuskan napas panjang dan berat. Sejak seminggu yang lalu kami menjalani ujian akhir semester. Setiap hari rasanya lama sekali. Kegiatan setiap hari selalu sama. Pagi bangun tidur, mengerjakan tes di kampus, mampir ke kafe, pulang saat sore, belajar sampai larut, tidur, lalu bangun pagi lagi. menjenuhkan! Ini namanya ‘bersakit-sakit dahulu, mati kemudian.’

To: eunha

Eonni, siang ini aku belajar di rumah bersama Tzuyu, mungkin aku tidak sempat mampir ke kafe. Tolong
sampaikan ke Chaeyeon eonni, ya. Biar dia tidak kebingungan cari aku. Thanks

From: umji

Aku mengetik balasan pesan Umji, lalu memasukkan ponsel k etas. Lagi-lagi aku mengembuskan napas panjang.

Aku mendongak menatap langit. Siang itu begitu terik, matahari sama sekali tidak bermaksud berlindung di belakang awan. Aku menarik napas dalam-dalam lalu memutuskan berjalan menuju parkiran mobil lalu segera meluncur ke kafe. Jungkook menghilang entah ke mana sejak selesai tes tadi. dia sibukmembantu ayahnya di kantor, jadi tidak selalu ada waktu untukku. Tapi anehnya, kapan pun aku benar-benar membutuhkan bantuan, dia selalu ada. Aku mulai curiga dia memasang kamera CCTV di mana-mana untuk mengawasiku.

Selama menjalani hubungan dengan Jungkook, aku merasakan ada yang aneh.

Seharusnya kami sering
bertengkar karena emosi yang belum stabil dan PMS ku setiap bulan. Tapi nyatanya tidak sama sekali.

Setiap kali aku hampir meledak enatah karena dirundung tugas dan kelelahan, Jungkook selalu bisa mengalah dan mengerti keadaanku.

Begitu pula saat dia sedang ‘gila’ dengan bisnis ayahnya yang tidak kumengerti.

Sampai sekarang, aku belum bercerita pada orang tuaku tentang hubunganku dengan Jungkook. Aku belum siap dengan semua pertanyaan yang akan mereka ajukan dan harus kujawab. Jungkook sudah
beberapa kali menyarankan padaku untuk segera memberitahu orang tuaku, tapi aku benar-benar belum ingin melakukannya. Beruntung Jungkook bisa memahaminya.

Dia bilang akan menunggu sampai aku siap. Sempat terlintas dalam pikiranku untuk membawanya menemui orang tuaku.

Seseorang menutup mataku dari belakang. Langkahku terhenti. Aku sempat panik, tapi ketika instingku menemukan aroma yang familiar, aku tersenyum.

“Mungkin kamu perlu ganti parfum sebelum melakukan ini, Jeon Jungkook.” Aku tertawa kecil.

Jungkook pun tertawa lalu melepas tangannya. Dia mengambil dua langkah dan kini berdiri di hadapanku.

“Kamu lelah?” Jungkook menatapku, dia tersenyum.
Aku mendongak dan menatapnya. Terkadang aku bisa sangat merindukan senyum itu, padahal baru dua hari yang lalu aku bertemu dengannya.

Terkadang hal ini kuanggap berita baik, tapi lebih sering kabar buruk, karena aku merindukan orang yang kesibukannya luar biasa.

“Tidak,” aku tersenyum dan menggeleng sedikit,berbohong.

Jungkook tertawa, menyadari kebohonganku tentu saja. Dia kemudian menarik tangan kiriku, meletakkan sesuatu di dalamnya. Ketika aku mengecek apa yang kini di tanganku, aku melihat dua bungkus cokelat kesukaanku di sana.

“Thanks.” Aku tersenyum lalu segera membuka satu bungkus dan melahapnya.

“Besok statiska of business. Butuh bantuan?” Jungkook bertanya padaku setelah aku menghabiskan cokelat pertamaku dan mulai membuka yang kedua.

Aku berpikir sejenak. “Indeed, tapi aku perlu izin kerja dulu sama Chaeyeon.”

Aku tersenyum sambil
memasukkan cokelat itu ke mulutku.

“Semoga kamu tidak bosan dengan rumahku.” Jungkook tertawa lagi lalu berbalik menarik tanganku
menuju mobilnya.

***

“Jungkook-ah, istirahat sebentar, aku lelah.” Aku menarik napas panjang lalu bersandar di kursi. Mataku
lelah sekali melihat angka-angka itu. aku melepas kacamataku lalu memijit-mijit tulang hidungku.

“Pusing?” Jungkook juga melepas kacamatanya.

Aku mengangguk, mengakui kepalaku yang berdenyut-denyut. Kemudian Jungkook meraih tangan
kananku dan memijit bagian yang rendah antara ibu jari dan telunjukku. Sakit sekali ketika pertama kali
Jungkook menekannya, saraf-sarafku langsung menolak. Tapi setelah pikitan kesekian, aku merasakan
keadaan kepalaku mulai membaik. Saraf di wajah dan pundakku yang tadi menegang karena nyeri juga perlahan mengendur.

“Better?” Jungkook bertanya lagi. aku langsung menyadari sudah membuatnya khawatir, terlihat sekali dari matanya.

“Don’t worry,” Aku mengibaskan tangan,mengangkat poniku ke atas, lalu seperti biasa melepaskan dan
membiarkannya berantakan.

“Hmm… setelah tes ini, aku punya banyak kejutan untukmu. Yah, aku tahu sekarang bukan kejutan lagi karena aku mengatakannya. Tapi melihatmu tersiksa seperti ini bukan pemandangan enak untukku.”

Jungkook mengangkat bahu lalu menghela napas.

Aku tertawa kecil lalu melihatnya terpaksa membuka salah satu kartu As-nya.

F4 REBORN✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang