Chapter 1

4.1K 301 1
                                    

Namun saat ditengah jalan menuju kuil dia dikejar oleh pembunuh suruhan Selir Yin, Selir kesayangan ayahnya.

Semua rombongannya mati dan dia dibuang dihutan oleh pelayannya sendiri ketika dia kehilangan kesadaran.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Mei mendengus pelan melihat kejadian-kejadian yang dialami pemilik tubuh.

"Yah kau dan aku memiliku nasib yang hampir sama. Oke, karena kau sudah meminjamkan tubuhmu, aku tidak bisa tidak peduli dengan apa yang kau alami dan tak akan kubiarkan kau mati sia-sia"~ Mei

Kepalanya tertunduk mengamati tubuh gadis yang sekarang di tempatinya.Tubuh itu sangat kurus dan ketika berdiri seakan-akan bisa tertiup angin kapan saja.

"Apakah mereka memberi ku makanan babi. Bahkan anjing kelaparan lebih gemuk dariku. Cih". ~Mei

Tatapannya tertuju pada pergelangan tangan kiri nya. Ada tato rubah yang dulu diberikan kakeknya di kehidupan masa lalunya saat masih menjadi pembunuh bayaran.

"Pakaianku hilang, luka tembakku hilang, dan mungkin saja mukaku hilang. Tapi gambar rubah ini masih disini? Hehh" ucap Mei tersenyum getir sambil mengingat masa-masa bersama kakeknya.

Dia menyentuh gambar itu perlahan untuk memastikan dia berhalusinasi atau tidak. Ketika dia menyentuh tato, kesadaran nya seakan ditarik dan betapa terkejutnya dia sekarang berada dirumah nya yang dulu ia miliki di ujung kota B. 'Apakah ini Sihir?'pikirnya.

Kondisi rumahnya masih sama seperti terakhir kali dia datang. Rumah mungil itu memiliki 2 lantai.

Lantai 1 ada area gym,dapur beserta bahan masakan lengkap karena dulu dia suka berlama-lama dirumah ketika libur makanya banyak stok makanan di dapurnya. Dia hanya punya satu set bangku dan meja kecil di area ini karena dia tidak pernah menerima tamu dan memang tidak ada yang berkunjung selain Yuan er. Memikirkan Yuan er jejak kesedihan muncul dimatanya, namun dengan cepat dia menepis pikiran itu.

Sedangkan di lantai 2 adalah area pribadinya, ada kamar serba putih biru yang nyaman, ruang kerja/ ruang rahasia, ada juga kamar mandi dan ruang koleksi barang-barang branded.
Mei tidak pernah kekurangan uang sedikitpun jadi rumah mungil itu ada banyak sekali barang-barang mahal.

Mei mengalihkan kesadaran nya ketubuh nya yang asli. Dan dia kembali ke lingkungan gelap sebelumnya. Dia meletakkan tangan kanannya pada pergelangan tangan kirinya. Dia membayangkan sosis dan seketika sosis itu langsung berada di tangannya

"Wah. Ini benar-benar nyata. Aku memiliki rumahku di tanganku." ucap Mei sambil tertawa bahagia dan sejenak melupakan penderitaan dan rasa sakitnya.

Dia menengok ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada orang. Bisa gawat nanti kalau ada orang yang melihatnya tiba-tiba menghilang. Dia menyentuh pergelangan tangannya dan kesadarannya kembali ke rumahnya.

Mei langsung berjalan ke lantai 2. Tubuhnya kotor dan terkena sayatan pisau. Dia harus membereskan nya secepat mungkin.

Mei mengetuk pelan dinding kamarnya dengan irama tertentu. Dia langsung melangkah ke ruang rahasia nya.
Dan dinding terbuka, Mei masuk keruangannya dan dia langsung melepaskan bajunya. Dia menjahit dan memberi obat di lukanya tanpa ekspresi kesakitan sedikitpun. Setelah 5 menit lukanya sudah bersih dan dibalut perban, malam ini tidak mungkin dia mandi.

Dia mengambil baju tidur tipis di almari nya, dan menyisir rambutnya yang lepek di depan kaca, alangkah terkejutnya dia melihat wajah tubuh yang ditempatinya sekarang, banyak sekali jerawat besar dan melepuh, dan banyak bercak-bercak kemerahan. Pantas saja dia terkenal jelek.

"Apa yang dimakan gadis ini sebenarnya. Keracunan pun tidak sadar. Hahh, sudahlah besok saja akan ku oles krim, sekarang aku lelaah.. ohh astaga ngantuknya" ucap Mei sambil menguap.

Dia masih punya waktu beberapa jam lagi sebelum fajar tiba dan dia memutuskan untuk tidur.

😴😴😴
*Eh anjay ngiler 😂

Sebelum fajar Mei bangun dan membersihkan tubuhnya. Dan menyiapkan sarapan untuknya sendiri. Sebenarnya banyak bahan masakan di dapurnya tapi dia malas untuk masak jadi dia hanya membuat mi instant. Dia sarapan dengan tenang.

"Kuil,pulang,pergi kuil,pulang,pergi,kuil......" Mei mengulangi kata-kata itu berulang kali sambil memainkan sendok ditangannya.

Tanpa basa basi dia mengganti bajunya dengan pakaian tradisional yang ada di almarinya. Tidak mungkin menggunakan baju semalam yang sudah berdarah-darah dan lusuh.

"Untung aku memiliki beberapa baju seperti ini. Terakhir kali kugunakan saat kakek masih hidup dulu. Ya semoga saja muat" Mei mengambil hanfu sederhana berwarna mint dan memakainya.

Mei menggerai rambut sepinggang nya dan tidak lupa ia mengoleskan krim di wajahnya,dan mengoleskan sedikit bedak untuk menutupi bintik merahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mei menggerai rambut sepinggang nya dan tidak lupa ia mengoleskan krim di wajahnya,dan mengoleskan sedikit bedak untuk menutupi bintik merahnya.

Mei mengalihkan kesadarannya ke tubuh aslinya.

Hangat matahari menyambutnya. Dia menghirup udara dalam-dalam. Jarang sekali dulu ia bisa menikmati hawa sejuk setiap pagi, apalagi sekarang dia ada di hutan.

Dia melangkahkan kakinya ke arah dimana kemarin ia sadar pertama kali. Bekas pertarungannya dengan serigala masih ada disana. Dia tidak tahu harus kearah mana, karena terakhir kali ingatan tubuh ini adalah pembunuh mengarahkan pisaunya ke perutnya dan dia pingsan. Dan samar-samar dia ingat pelayannya Ming er menyeretnya menjauh dari area pertempuran dan meninggalkannya disana. Dia meninggalkan beberapa kata sejenis menyuruh untuk bertahan beberapa hari dengan caranya sendiri dan dia akan kembali menjemputnya setelah semua masalah selesai.

"Dia pasti anjing Selir Yin. Setiap hari dia memaksaku untuk minum bubur, pasti dia yang meletakkan racun di dalamnya dan membuat wajahku jadi seperti ini. Dan dia bilang apa? Menjemputku? Pantatku! Bahkan dia masih bisa berakting padahal dia pasti sudah tau kalau aku akan mati. Yahh walaupun aku hidup lagi. Tapi aku bukan Bai Linxi yang lemah."

Mei melihat ke kiri dan kekanan. Ada jejak darah dirumput. Ia yakin ini darahnya semalam. Karena itu dia mengikuti jejak darah dirumput dan ditanah. Walau tidak banyak namun ada beberapa rumput yang terinjak,memungkinkan seseorang untuk melajak jejaknya.

Setelah kurang lebih berjalan 3 kilo, dia belum menemukan ciri-ciri akan keluar dari hutan.

'Apakah semalam aku berada di tengah hutan?atau ini hutan ilusi seperti di novel-novel? Hei apa yang kau pikirkan Mei, tentu saja tidak' pikirnya dalam hati.

Dia melangkah lagi mengikuti jejak. Namun, baru beberapa langkah dia menemukan bekas darah di batu. Dan darah itu sepertinya masih segar, tidak mungkin kalau itu darahnya! . Dia ingin segera mencapai pinggir hutan, tapi dia tidak bisa meyurutkan rasa penasarannya.

Mei mengikuti bekas darah ditanah. Darah yang keluar sangat banyak, tidak seperti darahnya. Apakah mungkin orang ini terluka sangat parah?. Dia mempercepat langkahnya. Dan setelah 5 menit dia berjalan, jejak itu sekarang hilang. Sekarang dia sadar, saat ini bebatuan besar mengelilinginya. Dia mengamati segala arah dan dia tidak menemukan apapun.

"Apakah orang itu sudah diselamatkan orang lain? Ah sudahlah, aku kembali saja"~ucap Mei mengacak rambutnya pelan.

Ketika ia hendak pergi tiba-tiba ia mendengar suara, sangat pelan, tapi Mei bisa mendengarnya. Dan setelah menajamkan pendengarannya dia mendengar suara pria mengerang kesakitan.

Typo bertebaran!

Transmigration Fox Killer Bai LinxiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang