Chapter 3

3.5K 307 1
                                    

"Tidak ada orang yang membantu tanpa alasan. Katakan, apa yang kau inginkan".
Kata pria itu sambil memandangi Mei dari atas sampai bawah.

'Wajah nya tidak terlalu bagus tapi dia memiliki sepasang mata yang jernih dan terlihat sangat cerdas. Tapi apa yang dia lakukan di hutan seperti ini. Tersesat? Ah tidak mungkin. Lihat saja bajunya masih sangat bersih. Kalaupun memang tersesat bukankah seharusnya dia dikejar-kejar binatang buas. Kenapa dia membantuku tanpa alasan, sebenarnya apa yang diinginkan gadis ini dariku'

Mendengar pertanyaan pria itu Mei terseyum dan mengalihkan pandangannya ke langit.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Tidak ada alasan" ucap Mei yang masih setia memandang langit biru.

Dia teringat perkataan Yuan er kecil.
'Kakak, bantulah orang-orang yang membutuhkan bantuan. Kau tahu? Ketika kita butuh bantuan tapi tidak ada yang membantu itu rasanya sangat menyakitkan. Jika kakak membantu orang lain maka orang lain juga akan membantu kakak ketika kakak membutuhkan bantuan. Atau mungkin suatu hari nanti Yuan er juga akan dibantu orang karena kebaikan kakak'

Karena itulah selama dia menjadi pembunuh bayaran dia tidak akan membunuh orang yang bukan target nya dan membantu orang yang membutuhkan bantuannya. Dengan harapan ketika dia sudah tidak ada, akan ada orang yang mau membantu Yuan er. Seperti menanam dan memanen. Dia yang menanam dan biarkan Yuan er yang memanen.

Tapi bukankah semuanya sia-sia? Bahkan Yuan er pergi lebih dulu darinya.

"Tidak ada?" Pria itu heran dengan gadis didepannya.

"Ya. Apakah kau sanggup berjalan?"

"Mengejek hum?"

"Kalau kau bisa berjalan aku akan pergi"

"Kalau aku tidak bisa berjalan kau akan menggendong ku?" Kata pria itu sambil menaikkan satu alisnya.

"Enak saja. Kau saja setinggi tiang dan aku hanya setengah darimu!" Mei melotot tajam ke arah pria itu.

"Pergi lah"

"Lalu kau?"

"Aku masih punya urusan. Pergi lah"

"Yaaahh.. lagipula apa yang akan ku lakukan dihutan bersama pria sepertimu. Aku pergi. Jangan lupa membuka kain itu setelah satu hari, kalau tidak lukamu bisa terinfeksi dan bahkan mungkin di amputasi " Mei merogoh lengan bajunya dan menyerahkan satu gulung kain kasa.

"Ini. Aku masih punya beberapa, ganti dengan yang baru setelah satu hari. Dan ya, ini namanya kain kasa. Aku tidak bisa membiarkanmu mati karena rasa penasaran kan"

Pria itu tidak menjawab dan hanya menatap Mei dengan linglung.

Karena tidak mendengar tanggapan pria itu, Mei bersiap untuk pergi. Lagipula dia tidak mengharapkan ucapkan kata terima kasih.

Pria itu masih linglung dan mengamati kain kasa ditangan nya. Ketika dia mendongak Mei sudah pergi. Dia mengeryitkan alisnya.

"Dia benar-benar tidak meminta apapun?"

Pria itu melihat lagi kain kasa ditangan nya. Dan melihat tubuhnya.

"Dan apa tadi. Infeksi? Ampusi? Amputasi? Oh aku tidak pernah mendengar kata-kata seperti itu. Mengapa aku merasa sangat bodoh "

Setelah beberapa waktu berpikir kesana kemari tentang gadis itu dia segera menetralkan raut wajahnya.

"Keluarlah" kata pria itu sambil melihat kearah tertentu.
Setelah itu sosok berpakaian serba ungu keluar dari balik bebatuan.

"Aaaah sial aku harus terhimpit di bebatuan itu sangat lama. Apakah kau tidak apa-apa? Kenapa kau mau dibantu gadis itu. Bagaimana kalau dia berniat membunuhmu".

"Dia tidak membunuhku. Dimana Wu Tang?"

"Wu Tang mengikuti gadis itu. Setelah kita cari tahu ternyata dia tersesat. Bukan tersesat tapi seseorang mungkin membuangnya ke tengah hutan malam ini. Dan sebenarnya dia terluka. Ada pembunuh malam ini dan ternyata itu dari Gu Sheng Pavillion. Gadis itu tidak tahu arah keluar dari hutan dan Wu Tang berniat memberi beberapa petunjuk padanya"

" Selidiki siapa wanita itu. Dan kenapa dia ada disini. Bagaimana pun dia sudah menolongku" Ucap pria bertopeng kepada pria berbaju ungu yang bernama Wu Xiao.

"Dia tidak memberitahu mu?"

Pria bertopeng itu tidak menjawab dan malah tersenyum.

"Baiklah. Setelah kita sampai di kediaman aku akan menyelidikinya. Yang terpenting sekarang adalah membawamu pulang".

Ketika mereka berdua baru selangkah melangkah pergi, Wu Tang muncul dan menghampiri mereka.

"Dia sudah keluar hutan? Siapa gadis itu?" Tanya Wu Xiao.

"Aku mengikutinya dari awal sampai akhir, dan seperti yang kita duga, dia salah satu korban dari pembunuhan malam ini. Dia anak dari Menteri Bai Xuan, Bai Linxi. Dia diusir dari keluarga dan akan dikirim ke kuil tapi ditengah jalan orang-orang Gu Sheng Pavillion membunuh semua pengawal dan pelayannya. Entah bagaimana Gadis itu terlempar sampai ketengah hutan. Entah orang yang membawa nya itu mau menolong atau bagaimana" Ujar Wu Tang dengan sedikit terburu-buru.

"Lalu apa masalahnya? Kenapa kau gelagapan seperti ikan kurang air" Wu Xiao tertawa melihat saudara kembarnya ini. Wu Tang biasanya tenang, bahkan ketika kaki nya hampir terpotong dia tidak mengeluarkan muka sakit sedikitpun. Tapi apa ini. Ternyata saudaranya sudah banyak berubah.

"Sebenarnya aku tidak tahu dia sudah keluar dari hutan atau belum" Ujar Wu Tang cemas dan bingung.

"Bagaimana bisa? Kupikir tidak ada yang bisa lolos dari matamu" Wu Xiao lagi-lagi mengejek Wu Tang, dan masih tertawa puas, jarang sekali saudaranya ini gagal memantau orang.

"Apa yang terjadi" Pria bertopeng itu diam dari tadi, setelah mendengar gadis itu lolos dari mata Wu Tang dia mengerutkan kening dan rasa penasaran muncul.

"Dia.. gadis itu.. ah bagaimana aku menjelaskannya. Dia tiba-tiba hilang. Ketika mataku terbuka dia masih di depanku tapi setelah aku mengedipkan mata, orang itu hilang. Hilang! Jejaknya juga hilang, seakan-akan dia tertelan bumi. Oh aku tidak tahu" Wu Tang mengacak rambutnya. Dia frustasi!

Wu Xiao yang sedari tadi asik tertawa kini menatap Wu Tang dengan tidak percaya, matanya melotot hampir keluar. Dan pria bertopeng itu mengernyitkan alisnya.

"Ya. Aku pikir gadis itu sangat aneh. Ketika dia mengobatimu, dia mengeluarkan benda-benda dari lengannya. Akan biasa saja kalau dia hanya mengeluarkan kain atau jarum, tapi dia bisa mengeluarkan wadah berisi air. Apakah menurutmu itu tidak aneh?" Kata Wu Xiao ke pria bertopeng. Dan Wu Tang mengangguk mantap membenarkan ucapan saudaranya.

"Dan caranya mengobati lukamu sangat aneh. Dia memakai jarum dan benang. Ku kira dia akan menjahit tadi. Tapi dia memang menjahit dan dia... menjahit lukamu. Kau tahu? Kulitmu dijahit, dengan benang dan jarum. Tidakkah itu aneh" Wu Xiao makin semangat menceritakan yang dilihatnya tadi. Ludahnya keluar seirama dengan gerakan mulutnya dan matanya melotot.

" Ya itu benar, aku sempat berpikir dia akan menyiksamu dengan jarum itu. Dan ya, dia mengarahkan kain kearah hidungmu. Setelah beberapa saat kau memejamkan mata. Apakah kau merasakan sesuatu? Tidakkah kau merasa sakit ditusuk jarum seperti itu?" Ujar Wu Tang melihat tubuh Pria bertopeng itu dengan ngeri.

"Aku memejamkan mata dan setelah itu aku tidak merasakan apapun"

Mendengar pernyataan pria bertopeng itu Wu Xiao dan Wu Tang saling pandang.

Transmigration Fox Killer Bai LinxiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang