Tadinya, toko bunga menjadi salah satu pelariannya ketika ia sedang sedih atau membutuhkan sesuatu untuk membuat hidupnya setidaknya lebih menarik untuk dilanjutkan. Tetapi, itu dahulu. Sampai ia benar-benar mengerti bahwa tidak semua hal harus dilihat dari sisi yang paling buruk; lama kelamaan, bunga menjadi simbol bagi perempuan itu untuk mengapresiasi apa yang telah ia lakukan. Mungkin terdengar sepele, tetapi baginya itu hal yang amat besar.
Floriography; the language of flowers for communicating messages of love, friendship and appreciation.
Terkesima dengan prinsip tersebut, sebagai orang yang sulit untuk mengekspresikan perasaan—yang mungkin hal itu juga membuatnya hanya memiliki satu teman dekat—maka memberi hadiah menjadi sebaik-baiknya pilihan yang ia buat. Meski tidak selalu tentang hal-hal yang baik, seperti Bunga Marigold—yang berwarna oranye terang—namun dipercaya memiliki arti kematian bagi segelintir orang, bunga itu akan selalu terlihat indah. Maka yang dapat ia petik adalah; tutup rapat rapat yang hitam dengan menunjukkan yang putih.
Apapun itu, namanya adalah Feira Ananta dan bunga Amaryllis menjadi pilihannya siang ini. Amaryllis merepresentasikan kekuatan, kebanggaan dan kesuksesan, begitu ujar pemilik toko bunga yang ia kunjungi tadi. Wangi bunganya sedikit menyeruak di dalam kamar ketika perempuan itu telah selesai memindahkan beberapa tangkai bunga tersebut ke vas yang airnya baru saja ia ganti. Agenda mingguan yang begitu menyenangkan. Ia melakukan hal ini setiap satu minggu sekali, yang selalu dicibir Kiran—sahabatnya—karena dengan raut wajahnya yang menyebalkan dia selalu berkata "Ngapain sih Ra, PR banget harus ngurusin vas bunga tiap minggu." begitu katanya, or she just did not romanticize life the way her friend did.
Feira merebahkan diri di kasur, ada pesan yang belum dibalasnya ketika ia sedang di perjalanan tadi. Hal yang mudah ditebak, pasti mengenai festival dan tetek bengeknya itu. Ia terdiam sebentar ketika melihat apa pesan yang gue dapat, nyaris melempar ponsel, namun sedetik kemudian perempuan itu terpingkal sendirian menyadari apa yang dilihatnya di layar ponsel.
Seharusnya, orang waras manapun tahu apa yang harus mereka lakukan untuk menyapa orang melewati pesan singkat; memberi salam atau langsung berbicara mengenai apa tujuan mereka mengirim pesan. Semacam bridging.
Seharusnya.
TETAPI INI ADALAH DIO.
Dio. D-i-o. Katanya, kalau dekat-dekat Dio, minimal harus punya seratus sepuluh ribu kalimat nggak masuk akal untuk mengimbangi ucapan-ucapan dia yang sama sekali tidak bisa terpikirkan oleh lawan bicara, dan sekarang Feira setuju. Don't let them know your next move, mungkin begitu prinsip hidupnya. Tetapi ini sudah jauh, di luar nalar, bahkan mungkin sampai luar angkasa, mengorbit, melintas galaksi—bercanda, itu berlebihan.
Alih-alih melakukan dua hal yang disebutkan tadi, laki-laki itu malah mengirim foto dirinya sedang membuat peace sign sembari memamerkan deretan giginya untuk mengawali obrolan mereka, tanpa basa-basi. Out of nowhere, out of sudden. Yang Feira tidak tahu apa maksudnya. Orang... gila. Sekarang ia paham mengapa semua orang dibuat geleng-geleng kepala ketika berada di sekitarnya, perangai yang sama sekali tidak pernah bisa ditebak oleh siapapun.
Ternyata Dio hendak memberi tahu perihal barang-barang yang Feira butuhkan untuk festival nanti. Ketika perempuan itu membalas, lumayan nih buat dicetak dan nakut-nakutin cicak di kamar, Dio mengirim banyak sekali pesan menggunakan capslock, tak terima. Ia terkekeh.
"Wow, bunga baru! Pasti lo habis dari florist lagi ya—dih, ngapain lo cengengesan? Lagi ngobrol sama siapa?"
Entah kapan pintu kamarnya tiba-tiba terbuka dan muncul Kiran yang menyaksikan Feira tersenyum sendirian sembari menatap layar ponsel seperti anak kelas tiga SMP yang sedang kasmaran, padahal dirinya sedang mengobrol dengan orang yang kewarasannya ia ragukan.
![](https://img.wattpad.com/cover/211355635-288-k44868.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sticky Notes: Past Midnight Cupcakes
FanfictionBegitulah kami datang dari pendekatan paling tidak masuk akal satu dunia, kardus-kardus dekorasi yang membisu di sudut ruangan (jangan pernah beri tahu semua orang bahwa ruangan itu adalah sekretariat organisasi karena Dio malu untuk mengakui bahwa...