Feira takut akan dingin.
Ketika berumur tujuh belas, ia pernah menggagalkan acara liburan keluarganya. Saat itu mereka pergi berlibur ke villa yang berada di dataran tinggi, jauh dari pemukiman warga, jauh dari manapun. Namun tiba-tiba saja pada jam tiga pagi, perempuan itu menggigil kedinginan sampai merepotkan seluruh anggota keluarganya. Keesokannya ia demam tinggi dan rencana berlibur selama lima hari yang didamba-dambakan sejak jauh-jauh hari tiba-tiba saja gagal. Momen itu kekal tercetak di benak Feira karena ia merasakan dingin yang sangat gila, membuat Radhi—abangnya, seorang dokter—sangat panik, dan sejak saat itu ia selalu bersiap siaga ketika musim hujan tiba karena dirinya tidak bisa kedinginan.
Maka ketika semua orang setuju bahwa melaksanakan camping untuk pembubaran kepanitiaan acara kemarin adalah ide yang bagus, Feira mengernyitkan dahi. Ide yang sedikit buruk baginya. Namun ketika dirinya meminta saran pada Kiran dan kedua kakaknya, mereka menyuruh perempuan itu untuk ikut saja, hitung-hitung liburan, katanya. Dengan catatan ia harus membawa banyak baju tebal serta sleeping bag yang mampu menahan dingin untuk tubuhnya. Ketika ia bercerita kepada Dio perihal ini, laki-laki itu, dengan jemawanya berkata; "tenang, ada gue!" sambil mengangguk-ngangguk dan menunjuk dadanya. Feira hanya mendelik padanya.
Feira mendengarkan saran-saran mereka, dan di sinilah ia sedang berkutat dengan baju-baju dan tas yang perlu dirinya bawa untuk kemah tiga hari ke depan dengan Kiran yang malah sibuk memakan mie goreng sambil menonton drama Korea kesukaannya di pojok kamarnya, padahal ia yang menawarkan diri untuk membantu perempuan itu packing. Feira tidak berkomentar dan membiarkannya karena ini adalah akhir bulan dan ia tidak mau mengganggu kenikmatan sepiring makanan mewah yang ada di tangannya sekarang.
"Kaus kakinya tuh, jangan lupa." Katanya dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Bawa satu aja deh gue sekalian buat dipake pas pergi."
Kiran mendengus lalu menekan tombol pause di laptop yang ada di pangkuannya. "Bawa semua gak! Nurut sama gue. Gue nggak mau ya dengar kabar ada mahasiswa yang mati di bukit gara-gara kedinginan pas lagi pembubaran panitia."
"Daripada mati gara-gara kebanyakan makan mie instan," timpal Feira, lalu Kiran memutarkan bola mata dan kembali sibuk dengan aktivitasnya.
Jika tidak jadi sosok sahabat yang luar biasa baik hati, terkadang ya Kiran kebalikannya, galak. Ia sangat blak-blakan sedang Feira hidup dengan santai-santai saja, skill leadershipnya tidak usah ditanya, perempuan itu beberapa kali melakukan penelitian di prodinya dan dialah yang menjadi ketuanya. Kiran juga pernah menjadi ketua divisi di himpunan fakultasnya namun dan tidak lagi berminat berurusan dengan organisasi kampus setelah satu periode, isinya orang gila semua, ujarnya. Tadinya Feira setuju, namun setelah takdir mempertemukan dirinya dengan sosok cowok urakan yang asbunnya minta ampun di kepanitiaan kampus, maaf, Feira harus berkata bahwa perspektifnya berubah. Kasihan Kiran, ia hanya kurang beruntung.
Feira tidak berbohong ketika ia berkata bahwa dirinya menjadi lebih banyak tertawa ketika sedang bersama Dio, laki-laki dengan bicara-bicaranya yang konyol dan nggak terpikirkan oleh siapapun itu dengan herannya bisa dengan mudah mengambil hati perempuan itu, padahal tak ada hal spesial yang Dio lakukan selama ini, ia menjadi dirinya sendiri dan Feira tertarik. Sangat amat tertarik. Apapun yang berkaitan tentang Dio sekarang sudah menjadi bagian dari hari-harinya, tak jarang laki-laki itu out of sudden mengirim pesan pada Feira saat lewat tengah malam bahwa ia ingin berinvestasi di toko roti yang ada di dekat kampus hanya karena Feira bercerita bahwa ia baru saja membeli roti di sana dan sangat menyukainya karena rasanya enak. Atau, mencibir "yaelah gimana sih ini yang desain tangganya!" ketika Feira hampir jatuh karena tidak sengaja tersandung saat dirinya sedang menuruni tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sticky Notes: Past Midnight Cupcakes
FanfictionBegitulah kami datang dari pendekatan paling tidak masuk akal satu dunia, kardus-kardus dekorasi yang membisu di sudut ruangan (jangan pernah beri tahu semua orang bahwa ruangan itu adalah sekretariat organisasi karena Dio malu untuk mengakui bahwa...