16. Sadar

1.1K 222 12
                                    

Darah menembus pakaian Seulgi, tapi tangannya tidak pernah bergetar, tetap memeluk Joohyun dengan kuat.
"Seulgi, sudah, lepaskan aku," baru saja menghentikan air mata dengan susah payah, Joohyun pasti tahu luka di tangan Seulgi sangat parah. Dia sekarang masih memeluknya dengan kuat, bukan kah lukanya akan makin parah?
Saat dia meminta begitu, dia malah menerima tatapan dingin Seulgi, seperti sedang menahan marah.
"Tidak mau," kalimat ini mengandung perasaan teguh saat menarik tangan Joohyun di tebing, dan juga keras kepala tidak ingin melepaskan Joohyun sekarang.

Joohyun juga tidak bisa megatakan apa-apa. Sepertinya dia sedang marah karena sesuatu. Dirinya juga tidak bisa menggoyahkan keputusannya lagi. Jadi, akhirnya Joohyun digendong oleh Seulgi sampai tiba di penginapan.

"Joohyun eonnie! Kamu kenapa? Kakimu terluka?"
Sooyoung dan Seungwan yang kembali lebih awal untuk menunggu mereka sudah tidak sabar lagi. Saat melihat Seulgi menggendong Joohyun kembali, dia langsung lari ke sana, kemudian baru tahu kalau kaki Joohyun keseleo.
Hatinya belum tenang, Sooyoung sudah melihat lagi lengan baju Seulgi yang berwarna merah gelap.
"Seulgi eonnie! Ken-Kenapa tanganmu banyak darah!" Serunya. Seungwan yang mendengar juga bergegas pergi periksa, tapi mereka hanya menerima jawaban tidak apa-apa dari Seulgi, kemudian melihat dia menggendong Joohyun masuk ke kamar.

Canggung dan diam.
Seulgi dengan lembut meletakkan orang di dalam pelukannya ke atas kasur. Saat berbalik ingin mengambil air panas untuk mengompres kakinya, malah ditarik oleh sebuah tangan ramping.
Satunya ingin mengurus luka di kakinya dulu, satunya ingin mengurus luka di tangannya dulu. Kedua orang saling berhadapan, tidak ada yang mau mengalah.
"Dengarkan aku kali ini, kamu tidak boleh menolak! Duduk!" Joohyun berbicara dengan sedikit gusar. Melihat luka Seulgi walaupun sudah tidak berdarah lagi, tapi wajahnya sudah pucat, apa yang dia tahankan lagi!

Seulgi tidak berbicara, membiarkan Joohyun menekan dirinya kembali duduk di atas kasur. Atau mungkin dia sudah tidak memiliki tenaga untuk melawan lagi. Dia melihat Joohyun melompat-lompat di kamar untuk mencari kotak obat dan membawa sebaskom air panas, kemudian kembali duduk di sampingnya.
Merobek lengan baju kiri Seulgi, tampaklah tangan Seulgi yang penuh dengan darah. Dengan tangan yang bergetar, Joohyun menyeka luka Seulgi menggunakan kain yang sudah dibasahi air, kemudian mengoleskan obat dan membalut luka. Joohyun terus menundukkan kepala sepanjang proses, tidak menampakkan matanya yang memerah dan bibir bawah yang digigit kuat.

"Apa kamu marah karena aku suruh kamu lepaskan aku?" Joohyun bertanya setelah menenangkan emosi dirinya.
Kepalanya tetap menunduk, tapi matanya terus melihat ke tangan kiri Seulgi yang sudah dibalut. Ada sedikit rasa sakit di hatinya, tapi Seulgi tidak menjawab.

Keheningan perlahan mengisi waktu kosong. Ketika Joohyun mengira Seulgi sudah marah sampai tidak ingin berbicara dengan dirinya, dia tiba-tiba berbalik, mendorong Joohyun kembali ke kasur, kemudian melepaskan sepatu pada kakinya yang keseleo, kompres dengan air panas baru pijat dengan salep.

"Hiss.... Sakit," walaupun suaranya kecil, Seulgi juga mendengarnya dengan jelas.
"Lain kali jangan menyuruhku lepaskan kamu lagi," akhirnya Seulgi berbicara. Garakan tangannya tidak berhenti, tetapi menjadi lebih lembut.
Joohyun tidak salah, dia benar-benar marah karena hal ini.
"Ummm.... Maaf, tapi aku... Takut kamu terluka karena menolongku," Joohyun berbicara, tapi kaget karena suara Seulgi yang tiba-tiba mengeras.
"Tidak apa-apa!" Dia mendongak, alis matanya mengkerut. Tatapan teguhnya berhadapan dengan mata Joohyun yang sedikit terkejut.
"Kamu tahu tidak betapa takutnya aku kehilangan kamu! Jantungku hampir berhenti saat lihat kamu akan jatuh dari tebing! Susah payah aku menangkapmu, mana mungkin aku bisa lepaskan begitu saja!"
Melihat badan Joohyun yang jatuh ke belakang, semuanya seperti di-slow-motion. Kenangan dirinya bersama Joohyun melintas di benaknya. Senyumannya, air matanya, keteguhannya, kekanakannya. Tampaknya pada saat ini dan detik ini, Seulgi menyadari bahwa dirinya tidak bisa melepaskan gadis itu. Tidak peduli seberapa cuek saat pertama kali bertemu dan suka berantam dengannya. Saat ini, jantungnya berdetak untuk dia.

Joohyun menatap Seulgi yang hampir tidak terkendali di depan matanya. Otaknya masih sedang mencerna apa yang dia katakan tadi, berpikir jangan-jangan perasaan mereka sama?
Tangan itu tanpa sadar menyentuh alisnya yang mengerut, ingin meratakannya.
Apakah kejernihan di matanya adalah air mata?

"Maaf," Joohyun bergumam, tapi bibirnya langsung terkunci.
Tidak menolak, tidak terkejut. Kedua bibir itu saling menyentuh, tidak lama kemudian terpisah lagi.

"Bae Joohyun, aku suka kamu," sepasang mata itu memancarkan cahaya akan kepastian. Meskipun sudah reinkarnasi ke seribu tahun kemudian juga sulit dilupakan.
"Aku juga, Seulgi," mengulurkan tangan menarik orang itu lebih dekat, kepalanya bersandar ke bahu yang dapat ia andalkan. Kedua tangan melingkari lehernya, Joohyum berkata dengan lembut, "Aku sangat menyukaimu."

Sebenarnya, jawaban sudah ada di hati masing-masing. Pada pandangan pertama, cinta sudah melewati rintangan waktu dan ruang, diam-diam datang, kemudian berulang kali disempurnakan, berubah menjadi janji pada hari ini.

TBC

Aku ada bikin lagi satu akun buat nulis cerita Michaeng blacklemon02
Bagi yang tertarik boleh difollow ya.
Belum pasti kapan aku akan mengupload cerita di sana, yg mau boleh follow dulu biar bs dpt notif klo aku dh upload cerita

SeulRene | Seribu Tahun (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang