25. Terpisah Ribuan Tahun

1.2K 182 23
                                    

Setelah melewati tautan antara ruang waktu, dalam kegelapan, ada cahaya yang memanggilnya ke depan. Dia berlari ke depan, tetapi saat dia menoleh ke belakang sebelum menyebrang, siapa yang bergumam dalam ingatannya yang samar-samar?
"Ingatlah aku, bangunkan ingatanku," tersenyum, lebih indah dari segalanya. Ah! Ternyata senyuman lembut itu.
Dalam sekejap, semua ingatan kembali ke pikirannya. Setelah membuka mata, dapatkah dia melihat mata jernih itu lagi?

"Seulgi!" Joohyun melambaikan tangan, berteriak.
Di tengah hutan, burung berkicau. Di luar rumah, matahari bersinar. Joohyun membuka mata seperti sudah tertidur lama, memperhatikan sekeliling.
Dia sedang berada di sebuah kuil kuno.
Apakah itu mimpi? Apakah ini mimpi yang sangat sangat panjang? Tapi kenapa semua ini terasa begitu nyata, sampai membuat dirinya masih bisa merasakan sakit hati sekaligus bahagia?

Berdiri, Joohyun berjalan sana-sini melihat tidak ada pasir merah di lantai, pintu kuil juga masih utuh, dan patung Buddha juga tidak ada jejak habis diusap pakai sapu tangan.
Joohyun tahu, dia bukan berada di kuil zaman dulu, dia sudah pulang ke zaman sekarang.

"Seulgi...." Dia bergumam. Ternyata semua masa indah itu bukanlah mimpi, karena Joohyun sekarang masih memakai baju zaman kuno dan gelang yang terikat di tangannya, satu lagi ada di tangan Seulgi.
"Kenapa.... Kebahagiaan sudah datang padaku, tetapi aku masih belum sempat menghargainya, engkau sudah membuatku kembali sendirian lagi."
Joohyun berlutut di depan patung Buddha, berpikir sebelumnya dia pernah memohon kebahagiaan, dan kebahagiaan itu benar-benar datang dari ribuan tahun yang lalu. Jika dia masih bisa membuat satu permintaan lagi, dapatkah dia merasakan lagi pelukan hangat itu?
Air mata yang jatuh perlahan mengingatkan Joohyun bahwa dia menangis lagi, atau mungkin sebenarnya air matanya tidak pernah berhenti, bukan?

Apakah suara kerinduan dapat melewati ruang dan waktu sampai ke telinga orang yang dia harapkan?

Pada saat ini, mata Buddha masih melihat seluruh makhluk ciptaannya dengan lembut.

Seseorang bisa tidak takut mati, itu karena dia sudah tidak punya apa-apa lagi, dan juga tidak ada yang perlu dikhawatirkannya lagi.
Seseorang bisa tidak takut mati, itu karena dia tahu orang yang tidak bisa dilepaskannya masih menunggu di ruang waktu yang jauh di sana.

Berdiri di tepi tebing gunung yang tinggi, kegelapan yang tak berujung terlihat di depannya, dan sejumlah besar pembunuh mengejarnya dari belakang. Seulgi melihat ke depan yang sudah tidak ada jalan mundur tanpa ketakutan.
Bulan akan segera pergi, dan fajar akan segera datang. Begitu Joohyun pergi, Seulgi langsung bertempur dengan para pembunuh yang mengejar dari belakang. Meskipun terluka, dia juga tidak berniat mundur. Dia mencoba membuat kesempatan untuk Yerim pergi dari sini dan melaporkan hal ini kepada menteri, dan kemudian memancing sejumlah besar pembunuh yang mengejarnya menuju ke gunung yang lebih tinggi.
Sebenarnya sebelum masuk ke hutan ini, Seulgi sudah tahu dirinya akan berada dalam situasi seperti ini, tapi dia tidak mengubah pilihannya, karena dia tidak akan bisa kabur dari kematian, lebih baik dia menempuh jalur kematian yang dia pilih sendiri.

Para pembunuh mengejar di semak-semak dan tidak ada yang  berani maju duluan. Meskipun mereka sudah melihat Seulgi tidak ada jalan mundur lagi, mereka tetap tidak berani maju duluan, karena mereka takut akan ada jebakan. Jika tidak ada jebakan, kenapa dia bisa tersenyum begitu santai?
Melihat langit yang berangsur memutih, bintang-bintang masih bersinar dengan keras kepala dan menolak untuk tidur.
Membelakangi tebing, perlahan Seulgi jalan mundur dan melompat ke belakang, matanya tidak pernah meninggalkan langit yang pernah dia lihat bersama Joohyun. Sedetik sebelum hidupnya berakhir, Seulgi ingin mengingat semua pandangan malam ini di dalam otak, sehingga setelah beribu tahun, dia baru bisa menceritakan betapa indahnya langit malam ini kepada Joohyun.

Langit dan tanah terbalik dalam sekejap, sebuah badan kurus jatuh tinggi dari tepi tebing sampai ke lembah yang gelap.
Ketika akan mati, reinkarnasi juga mendekat. Berharap setelah seribu tahun, dirinya masih dapat mengingat wajah cantik yang terus terbawa dalam mimpinya.

"Ne, masih ingat denganku?"

Sudah sebulan berlalu sejak Joohyun kembali ke sini dari zaman dulu.
Pada hari dia kembali, Joohyun memanfaatkan waktu pagi yang tidak ada banyak pejalan kaki untuk pulang mengganti pakaian. Dengan tanggal yang terpapar pada televisi, dia baru sadar bahwa hanya tiga hari berlalu sejak dia pergi ke zaman dulu sampai pulang. Cinta yang tak terlupakan seperti itu hanya melalui pergantian matahari dan bulan sebanyak tiga kali?
Bagaimana dengan sekarang? Dalam sebulan di sini, sudah berapa lama waktu yang berlalu di zaman dulu?

Selama satu bulan ini, Joohyun menyimpan rasa sedihnya, mengemas tas, dan mengambil semua uang yang ada di dalam rekeningnya, hanya untuk berkeliling ke mana-mana mencari kekasihnya di ribuan tahun yang lalu.
Tetapi sangat sulit untuk menemukan seseorang yang tepat di tengah kerumunan orang ini.
Nasib selalu mempermainkan manusia. Siapa yang bisa menjamin bahwa setelah beberapa kali reinkarnasi, Seulgi tidak akan lahir di negara yang berbeda dengan Joohyun? Mungkin juga Seulgi sudah menjadi nenek tua yang sudah punya banyak pengalaman hidup, dan sekarang sedang menikmati kegembiraan berkumpul dengan anak dan cucu-cucunya. Atau dia hanya seorang bayi baru lahir yang masih ingin tahu tentang dunia ini dan menunggu perjalanan yang masih panjang.
Berbagai tidak kepastian telah menambah kesulitan Joohyun dalam perjalanan menemukan seseorang.
Selain itu, setelah seribu tahun, apakah Seulgi bisa mengingat cintanya di kehidupan sebelumnya? Apakah dia bisa menerima hubungan di masa lalu?

Air mata sudah jatuh dan jatuh lagi, pipi juga sudah kering dan basah lagi, tapi Joohyun tetap pantang menyerah, memegang gelang itu erat-erat di tangannya, percaya bahwa mereka bisa bertemu lagi suatu hari nanti.
Betapa pun sulitnya jalan ini, cinta di antara mereka berdua kini ada di tangan mereka sendiri. Jika dia juga menyerah, cinta ini tidak akan bisa dilanjutkan lagi.

Dini hari, meskipun baru pulang dari tempat yang jauh, Joohyun tetap bangun pagi, karena ketika dia tidak lagi memiliki pelukan hangat seperti biasanya, bagaimana dia masih bisa menyukai tempat tidur ini?
Dia berjalan ke dapur dan menuangkan segelas air untuk dirinya. Joohyun sudah tidak lagi memiliki kebiasaan minum kopi. Dia melihat ke mesin kopi yang ditinggalkan lama setelah kembali dari zaman dulu. Joohyun tiba-tiba ingin pergi lagi ke kuil kuno hari ini.
Mengambil beberapa barang yang diperlukan, Joohyun berjalan keluar rumah menuju gunung tanpa sepatah kata pun.

Orang asing yang dia kejar waktu itu menghilang di sini, Joohyun pikir. Tapi akhir-akhir ini sudah jarang bertemu dengannya, karena sebulan ini dia terus fokus mencari Seulgi. Tidak hanya sering keluar rumah, tapi juga tidak terlalu memperhatikan sekelilingnya.

Tanpa sadar dia sudah sampai di depan kuil, dia bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, Joohyun berhenti dan melihat ke kuil. Tiba-tiba seekor kupu-kupu terbang melewati sampingnya dan menarik seluruh perhatiannya. Apakah itu mungkin adalah orang yang berada di dalam mimpinya?

Dia mengikuti kupu-kupu itu, melewati pohon, melintasi jalan kecil, tanpa peringatan dia menginjak sebuah lubang dan terjatuh. Langit dan tanah terus berputar, tangan, kaki, dan tubuhnya tergores oleh batu.
Sebelum kehilangan kesadaran, dia memanggil, "Seulgi...."

TBC

Tinggal 2 chapter lagi...

SeulRene | Seribu Tahun (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang