23. Kebersamaan Terakhir

1K 174 8
                                    

Setelah mengalami penyesalan, kita baru tahu bagaimana mengubah pilihan pada kesempatan berikutnya.
Seulgi berdiri di samping pohon beringin menutup jenazah Lee Sooman dengan kain, kemudian berjalan ke arah sungai bersama Yerim yang sedari tadi melihat semua ini.
Di tengah perjalanan mereka melihat ada satu laki-laki dan satu perempuan sedang bertarung. Oh, tidak, lebih tepatnya laki-laki itu sedang menggoda wanita itu dengan pedangnya, karena meskipun wanita itu ada memegang pisau, tapi dari gerakannya dapat mengetahui bahwa dia bukan orang yang belajar ilmu bela diri.
"Jeng!" Senjata perempuan itu terbang jauh, sedangkan pedang laki-laki itu sudah hampir mengenai lehernya.

"Brengsek!" Sebuah teriakan terdengar dari samping mereka, hanya terlihat sebuah bayangan pisau melayang, pisau yang tadi jatuh ke bawah sudah berada di tangan orang lain. Dia memaksa masuk ke celah antara mereka berdua dan menjatuhkan pedang laki-laki.
"Seulgi!" Perempuan yang hampir tewas itu adalah Joohyun yang kembali dari sungai.
Tadi di perjalanan dia bertemu dengan seorang laki-laki memegang pedang. Joohyun segera megambil senjata yang tertinggal di tanah untuk jaga aman, tapi sepertinya orang itu tahu kalau dia tidak bisa bela diri dan bermaksud memainkannya, hingga Seulgi dan Yerim datang.

"Nona Kim, tolong bantu saya jagain Joohyun," Seulgi menyerahkan Joohyun kepada Yerim, menatap dingin lawannya yang sudah menyiapkan posisi, di sekujur tubuhnya mengeluarkan aura kemarahan. Dia melihat bagaimana laki-laki itu mempermainkan Joohyun dan juga hampir mengambil nyawanya.
Tangan kanan memegang erat pisau, tangan kirinya juga sedikit mengalirkan tenaga dalam. Seulgi sekarang  mengeluarkan aura yang mengerikan, seperti seorang pembunuh yang berhati dingin, sama sekali tidak sama dengan Seulgi yang memperlakukan Joohyun dengan lembut dan kekanak-kanakan.

"Seulgi, hati-hati!" Sebuah pertarungan dimulai. Pertama kali melihat Seulgi bertarung benaran dengan orang lain, Joohyun sudah gugup sampai napasnya terasa hampir berhenti, Yerim di sampingnya juga merasakan gemetaran yang ia tahankan. Saat ini, tidak peduli kita seberapa percaya dengan orang itu, tapi kita juga tidak dapat menghindari rasa takut akan kehilangan.

Senjata saling bertabrakan, cahaya bulan di atas langit menyinari dua senjata tajam yang bersilangan, seperti ada dua ular putih menari di udara. Dengan kekuatan seolah-olah bisa memecahkan langit, cahaya dingin menyinari wajah kedua saingan itu.
Seulgi memanfaatkan waktu ketika musuh menahankan diri dengan pedang ingin melompat dari atas ke bawah, tangan kirinya didorong ke depan dan menepuk dada laki-laki itu dengan keras, tapi lawannya itu sudah mengetahui rencananya, segera mundur ke belakang untuk mengurangi kesakitan, tapi juga tidak dapat menghindari luka dalam dan memuntahkan darah. Dia berdiri, melihat mata Seulgi yang memancarkn haus darah membuatnya ngeri, tapi dirinya juga termasuk pembunuh yang hebat di dunia ini, bagaimana dia bisa mundur begitu saja?

Dengan pedang di tangan kanan diangkat ke samping telinga, dengan sigap dia terbang ke arah Seulgi. Ketika sudah mendekat, dia segera menyamping menghindari elakan pisau Seulgi, kemudian menusuk pedang ke area jantungnya.
Seulgi dengan cepat menghindari serangan itu, tapi saat itu juga dia kehilangan keseimbangan. Dia telat beberapa detik membalikkan badan, sedangkan laki-laki itu langsung bertumpu pada pohon setelah melewati samping Seulgi, dan berniat menyerang punggung Seulgi lagi. Kali ini Seulgi tidak sempat menghindari serangannya, jadi dia hanya bisa mengelak dengan pisau, samping badan serta lengan kirinya tetap terluka.

"Seulgi!" Melihat situasi seperti ini, Joohyun berteriak.
Mendengar teriakan kekhawatiran Joohyun, Seulgi teringat pesan Lee Sooman sebelumnya. Hatinya kembali kukuh, fokus kepada serangan musuh, kemudian melempar pisau di tangannya dengan kuat. Ketika musuhnya mengelak lemparan pisau itu dengan senjatanya, Seulgi langsung mengepalkan kedua tangannya dan terbang ke depan dia. Pertama-tama Seulgi menendang kepalanya, kemudian menahan pedangnya dengan tangan kiri, mendarat dengan kaki kiri, lalu memutarkan pinggang sekaligus mengeluarkan tinjuan yang dari tadi dia simpan di samping pinggang meninju dada laki-laki itu. Tinjuan itu mematahkan tulang rusuk menyebabkan organ dalamnya pecah mengeluarkan darah dan langsung mati.

"Seulgi, apa kamu baik-baik saja?" Pertarungan sudah selesai. Setelah melihat laki-laki itu sudah tidak bernyawa lagi, mereka langsung berlari ke Seulgi yang masih terengah-engah.
"Tidak apa, lukanya tidak dalam," saat berbicara, Joohyun mengoyak pakaiannya untuk membalut luka Seulgi.
"Omong-omong, kok kamu balik sendiri? Di mana Seungwan dan Sooyoung?"
"Tadi perahunya bocor, walaupun sudah disumbat pakai kain juga tetap tidak bisa dipakai tiga orang, jadi aku suruh Seungwan bawa Sooyoung nyebrang dulu," Joohyun langsung menjelaskan, takut Seulgi akan salah paham. Tapi mana mungkin Seulgi begitu? Dia malah khawatir dengan keselamatan mereka yang sudah menyebrang.
"Kita sudah berpisah sekitar satu jam, mungkin mereka sekarang sudah pergi, jadi jangan khawatir! Lagipula Seungwan kan hebat, dia pasti bisa melindungi dirinya dan juga Sooyoung!" Joohyun tersenyum berusaha menghidupkan suasana.
"Kok tidak nampak Tuan Lee?" Sekarang giliran Joohyun bertanya, tapi melihat wajah kedua orang itu langsung berubah menjadi sedih, dia juga langsung memahami maksudnya. Matanya terasa panas, air mata yang sudah berhenti kini menetes lagi.
Joohyun memeluk Seulgi dengan erat.

Di bawah cahaya bulan, tengah malam yang sunyi, di dalam hutan masih terjadi permasalahan yang kacau. Seulgi langsung menyimpan rasa sedihnya, memperhatikan sekeliling dengan tajam.
"Masih ada banyak yang mengejar kita dari belakang," ucapnya dingin.

Tapi mereka bertiga sama-sama tidak tahu sekarang harus bagaimana. Seulgi tidak bisa lama bertarung karena terluka, sedangkan Yerim tidak bisa melawan terlalu banyak orang, apalagi Joohyun yang sama sekali tidak bisa bela diri. Kekuatan mereka sekarang sama dengan nol!
"Di depan ada sebuah kuil, kita ngungsi di sana dulu," Yerim menunjuk ke kuil yang hanya terlihat sedikit di tengah hutan, kemudian membantu Joohyun membawa Seulgi berjalan.
Ketiganya menetap, Joohyun membawa Seulgi duduk di samping patung dewa, kemudian melihat Yerim membuat pembatas dengan ilmu sihir di sekeliling kuil, katanya bisa menahan sebentar serangan dari luar.

"Seulgi," Joohyun jongkok dan masuk ke pelukan Seulgi, "Aku memutuskan untuk tetap tinggal di sini. Aku ingin tetap berada di sini, menghadapi hidup dan mati bersamamu."
Matanya yang bening memancarkan jiwa yang berada di paling dalam. Bersama dalam suka maupun duka.
Seulgi tidak menjawab, dia hanya mengeratkan lengannya, ingin memasukan lawan bicaranya ke dalam hatinya, sama-sama merasakan kehangatan ini, dan saling menyemangati selamanya.

Pintunya tiba-tiba ditabrak mengagetkan tiga orang di dalamnya. Melihat situasi ini, sepertinya pembunuh lain sudah menemukan mereka, namun karena ada halangan di luar jadi mereka tidak bisa masuk. Tetapi pintunya tetap akan berhasil didobrak dan pembatasnya tetap akan hilang seiring waktu.
Joohyun mengatup bibir ketakutan, semakin mendekati pelukan Seulgi, air mata tanpa suara bersembunyi ke dalam lehernya.
Seulgi menatap kosong ke pintu yang ditabrak, bahkan sudah menimbulkan beberapa retakan. Matanya bertemu dengan Yerim, Seulgi lagi-lagi teringat pesan Lee Sooman.

"Nona Kim, apakah di sini juga bisa membuka pintu ruangan waktu?" Satu kalimat ini mengejutkan dua orang.
"Seulgi, kenapa kamu tanya ini?" Joohyun menarik baju Seulgi dengan kuat, berusaha membuat mata mereka bertemu, tapi Seulgi tidak, matanya tetap melihat ke Yerim yang sama-sama terkejut. Dia takut, takut kalau dia melihat Joohyun, tekadnya akan tergoyahkan.

"Tolong bukakan pintu ruangan waktu, kembalikan Joohyun ke masa depan."

TBC

Tinggal bbrp chapter lagi...

SeulRene | Seribu Tahun (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang