18. Perempuan

1.1K 199 16
                                    

Akhirnya, Joohyun dkk tiba di tujuan akhir.
Seperti beberapa kali sebelumnya, mereka menempatkan kereta kuda ke dalam kandang kuda yang sudah disediakan, kemudian berjalan kaki pergi mencari teman Lee Sooman. Ketika berangkat, Seulgi terus menggenggam erat tangan Joohyun berjalan sama-sama.

Semua orang diam, tidak ada yang berbicara, karena mereka semuanya tahu, tiba di kota ini, mungkin adalah saatnya berpisah dengan Joohyun.

"Sepertinya di sini," langkah kaki berhenti di depan sebuah rumah besar. Semua orang diam menunggu penjaga pintu menyampaikan pesan bahwa mereka sudah datang kepada tuan rumah. Awalnya penjaga pintu masih menolak, bilang hari ini tuan rumah tidak melayani tamu. Tetapi setelah Lee Sooman mengeluarkan sebuah surat, penjaga pintu langsung membawa surat itu masuk dengan sedikit terkejut.

"Silakan ikut saya masuk," tidak lama kemudian penjaga pintu kembali, membuka pintu dan mengundang mereka masuk.
Setelah melewati sebuah taman bunga, mereka masuk ke ruang tamu, ada aroma bunga di dalam ruangan. Seorang perempuan kira-kira berumur 20 tahun duduk di kursi.
Penjaga pintu langsung pergi setelah membawa mereka ke ruang tamu, sedangkan perempuan itu berdiri menyapa mereka.

"Annyeong haseyo, saya Kim Yerim, anak perempuan mantan hakim provinsi ini. Saya mendengar bahwa kalian adalah teman mendiang ayah saya yang akan datang hari ini. Tadi karena ada sesuatu, jadi penjaga pintu menolak tamu. Saya mohon maaf jika ada yang kurang berkenan di hati kalian."
Semua orang juga memperkenalkan diri satu per satu, dan Lee Sooman langsung mengajukan pertanyaan di dalam hatinya.
"Nona Kim, jangan-jangan beliau sudah...."
"Iya, ayah saya sudah meninggal tahun lalu karena sakit. Tetapi beliau ada pesankan saya jika ketemu dengan Tuan Lee, maka saya harus melayani Anda. Dan ada sebuah batu giok sebagai benda bukti, katanya saya harus membantu Tuan Lee sebisa mungkin."
Yerim tampak sedih ketika berbicara tentang mendiang ayahnya. Lee Sooman yang mendengar kabar duka temannya juga sangat sakit hati.
"Ternyata kamu sudah meramal sejak bertahun-tahun yang lalu...." Dia memejamkan mata, menghela napas panjang.

Seulgi dkk yang kebingungan juga tidak tahu harus bertanya atau tidak tentang kondisi mereka. Setelah perintah dari Lee Sooman, mereka meninggalkan rumah dan keluar satu per satu, tinggalkan mereka berdua ruangan untuk berbicara.

"Jadi Nona Bae yang memakai kalung merah adalah orang yang Tuan Lee ingin meminta bantuan ayah?" Setelah keduanya duduk, Yerim langsung bertanya.
Lee Sooman sedikit heran. Padahal dulu Yerim tidak pernah bertemu dengan mereka, tapi dia bisa langsung mengetahui Joohyun adalah orang yang memerlukan bantuan. Dia juga sangat mengagumi kelihaian temannya dalam mendidik anak.
"Iya, berarti Nona Kim juga sudah tahu kalau Joohyun berasal dari masa depan?" Sejak memastikan hubungan Seulgi dengan Joohyun, di bawah pertahanan mereka berdua, Lee Sooman tidak lagi memanggil Joohyun dengan sebutan Nona Bae, dan menganggap dia seperti anaknya sendiri.

Setelah beberapa saat Yerim baru berbicara lagi.
"Kondisi Nona Bae sedikit unik, tapi saya juga bukan tidak punya cara untuk membantunya. Hanya saja, apakah dia sekarang masih mau kembali ke tempat asalnya?"
"Haha, Nona Kim sungguh hebat. Mungkin, jawaban ini hanya bisa ditentukan Joohyun sendiri," Lee Sooman sangat mengagumi ketelitiannya Yerim, dan akhirnya hanya mengatakan ini.

Pergi atau tinggal, hanya dapat ditentukan Joohyun sendiri.

"Seulgi-ah! Sini!" Joohyun berteriak penuh semangat.
Saat ini tentu saja dua pasangan muda berjalan terpisah dan menikmati dunia berdua masing-masing. Seulgi dan Joohyun berjalan ke sebuah hutan dekat rumah Kim. Joohyun melihat di semak-semak ada seekor kelinci yang melompat-lompat, dan langsung memanggil Seulgi ke sini.
"Kamu lihat! Kelinci ini lucu sekali!" Dia tersenyum dan berkata kepada Seulgi, kemudian Joohyun berbalik lagi memperhatikan kelinci yang sedang makan rumput.

Sedangkan Seulgi memperhatikan wajah gadis cantik dengan tatapan lembut, menyimpan semua gerak-gerik Joohyun ke dalam hati.

Segera setelah itu Joohyun berlari lagi ke semak di depan. Menari-nari seperti kupu-kupu yang mengepakkan sayapnya, senyuman indah mekar di wajahnya. Cahaya matahari berwarna kuning emas menyelimuti seluruh badannya, membuat dia yang memakai gaun putih semakin bersinar.

Semua ini terlihat di mata Seulgi seperti melihat bidadari datang dan bermain, menjadi pemandangan yang sangat indah.

Dia mengangkat kedua tangannya, menunjukkan dua angka 'tujuh', kemudian menyatukan dan meletakkan di depan mata.
Joohyun berputar-putar, tiba-tiba melihat gerakan Seulgi, hatinya bergetar, lalu berhenti bergerak dan berdiri melihat Seulgi.

"Seulgi, kamu...."
Melihat orang di depannya berhenti bermain, Seulgi juga menurunkan tangannya perlahan, menunjukkan senyuman yang selalu membuat Joohyun ingin menyembunyikan Seulgi agar tidak dilihat oleh orang lain.
"Joohyun, kamu pernah bilang, di masa depan ada sebuah alat yang dapat mengambil semua pemandangan yang ingin disimpan, iya tidak?" Seulgi berkata. Joohyun baru tahu, ternyata dia sedang meniru dirinya yang dulu pura-pura berforo.
Entah kenapa, ada perasaan ingin menangis di hati Joohyun.
"Aku ingin menyimpan semua darimu ke dalam hati," dia berkata dengan nada yang datar, sorotan kesedihan muncul di matanya.
Sejak datang ke kota ini, mereka berdua tidak berani menghadapi perpisahan yang sudah dekat di depan mata. Tapi, hati mereka masing-masing mengerti.

"Seulgi, aku...."
"Oh, iya. Terus masih ada apa itu yang bisa menghubungkan orang yang terpisah jauh.... Tel-telepon. Bentuknya kayak apa sih?" Seketika, Seulgi yang ceria dan nakal kembali lagi. Joohyun tahu, dia tidak ingin dirinya sedih, jadi dia tidak akan menunjukkan kesedihannya.
Diam-diam menerima lagi perhatiannya, Joohyun berjalan ke arahnya, mengangkat tangannya dan membuat angka 'enam'(jari jempol dan kelingking), kemudian meletakkan di samping telinga.

Dua orang, gerakan yang sama, sedikit kekanak-kanakan.

"Haha, ada tujuh, ada enam, ada tidak lima?" Seulgi berusaha membuat suasana kembali normal, dan bertanya seperti main-main.
Joohyun tersenyum, benar-benar mengambil tangan Seulgi, membuka telapak tangan menunjukkan angka 'lima', kemudian meletakkan telapak tangan dirinya ke atas milik Seulgi, menguncinya rapat-rapat.
"Ada, ini adalah janji kita, jangan pernah lepaskan."
Air mata perlahan mengumpul. Alasan yang membuat Joohyun tahan nangis adalah dia tidak ingin air mata membuat pandangannya kabur, dan juga mengaburkan senyuman cantik di depannya.

Seulgi yang melihat juga ingin menangis, tapi masih bercanda dengan suara yang gemetar.
"Kalau empat...."
Belum selesai berbicara, Joohyun sudah maju mencium bibirnya Seulgi.
Ini adalah ciuman kedua kalinya di antara mereka, dan juga pertama kali Joohyun mengambil inisiatif.

Ciumannya tidak terlalu lama, karena mereka sama-sama merasakan rasa pahit air mata dari bibir satu sama lain.

TBC

Tinggal hitung mundur....😔

SeulRene | Seribu Tahun (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang