19. Dendam

1K 177 8
                                    

Di rumah Kim, Lee Sooman dan Yerim banyak membahas tentang ayahnya. Mengetahui bahwa sebelum ia menghela napas terakhir, dia sudah mengungkapkan bahwa Lee Sooman akan datang untuk meminta bantuan setelah dua tahun, dan alasan Lee Sooman meminta bantuan itu karena seorang perempuan yang bukan berasal dari dunia ini.

Lee Sooman juga ingat saat berpisah dengan temannya waktu masih muda, dia pernah memberikan dirinya sebuah surat:

"Kebaikan akan datang di tengah tiga dan lima, kehidupan ini ditakdirkan ada rintangan yang tak bisa engkau melarikan diri, ingatlah untuk selalu bertanya jika ada kesulitan, hindarilah serangan pisau di belakang pohon beringin."

"Kawan, aku tahu kamu selalu menjadi orang yang baik hati dan suka menolong, tapi kamu juga tidak boleh memaksakan dirimu!" Kim Dongbin menepuk bahu Lee Sooman.
"Hahaha! Tenang saja! Aku punya batas kok. Dongbin, jangan lupa bertemu lagi denganku ya!" Waktu itu, Lee Sooman tidak melihat ekspresi tak berdaya melintas di wajahnya Kim Dongbin.
Ketika teringat lagi, mungkin Dongbin yang lihai meramal sudah tahu, hari itu adalah pertemuan terakhir mereka.

Untung masih ada surat itu. 'Kebaikan akan datang di tengah tiga dan lima.' Hari mereka ketemu dengan Joohyun adalah pada tanggal 15, bulan purnama. Sedangkan angka di tengah tiga dan lima adalah empat. Bukankah juga berarti Joohyun adalah 'kebaikan' keempat yang Lee Sooman ketemu, perempuan keempat? Kim Dongbin juga berkata, bertanyalah dengan dia jika ada kesulitan. Dia pasti sudah meramal Lee Sooman akan datang ke sini meminta bantuan anak perempuannya untuk menyelesaikan masalah Joohyun.
Semua kalimat pada surat itu pas dengan keadaan Lee Sooman sekarang, tapi dia masih kurang paham dengan kalimat terakhir. Meskipun begitu, dia juga sudah sangat berterima kasih kepada temannya.

"Jadi, tunggu mereka pulang dulu baru lanjut membahas masalah Joohyun!" Lee Sooman menuangkan teh ke dalam gelas, berkata pelan. Yerim juga mengangguk kepala tanda setuju.

Tiba-tiba, penjaga pintu bergegas datang dan berkata, "Nona, menteri susah menunggu di luar."
"Cepat menyuruhnya masuk," Yerim merapikan bajunya, dan menjelaskan kepada Lee Sooman tadi pagi menolak tamu karena dirinya akan bertemu dengan menteri.

Kedua orang berdiri dan menyapa dengan menteri yang datang. Yerim Memperkenalkan Lee Sooman kepadanya, kemudian mulai membahas masalah inti.
Dari percakapan mereka, Lee Sooman kira-kira sudah mengerti bahwa Yerim sedang membantu pemerintahan kota dalam masalah peramalan. Karena ini buka keahliannya, jadi dia juga tidak terlalu mendengarkannya.
Namun, tiba-tiba ada sebuah sorotan dingin tertuju pada Lee Sooman, mengandung sedikit rasa tidak bersahabat.
Tatapan ini membuat Lee Sooman merasa tidak nyaman, tapi dia juga tidak tahu itu siapa. Di sini semua adalah orang rumah Kim dan orang yang dibawa datang menteri, siapa yang akan menatap dirinya seperti itu?

Tatapan ini baru hilang setelah menteri pergi. Lee Sooman menjadi lebih bingung lagi. Ketika ingin bertanya Yerim, keempat anak gadis sudah balik.

"Tuan, apakah orang-orang di luar sana adalah pejabat? Kenapa banyak sekali?" Seungwan langsung bertanya. Tapi belum mendapatkan jawaban, tiba-tiba ada angin melewati telinganya. Bulu kuduknya berdiri, dia buru-buru berbalik, melihat ada sebuah panah. Belum sempat menghindarinya, panah itu terbang ke arah Lee Sooman.

"Tuan! Hati-hati!" Seungwan dan Seulgi berteriak sama-sama. Lee Sooman juga bukan orang biasa. Dia menyampingkan kepala, tangannya langsung meraih panah itu.
"Sial! Siapa yang mau membunuh tuan!"
"Seungwan, jangan kejar, mereka pasti sudah kabur."
Lee Sooman menenangkan hatinya perlahan-lahan, melihat ada catatan yang diikat pada panah, ia segera mengambilnya.

"Di malam purnama, kupasti mendapatkan nyawamu! -Park Jihyun"

Setelah melihat kalimat ini, Lee Sooman yang biasa bersikap lembut juga mulai serius.
"Park Jihyun! Apa dendam kamu terhadapku? Sudah bertahun-tahun, kamu masih belum melupakan masalah itu?" Mengandung rasa marah yang jarang terlihat, Lee Sooman meremas kertas itu dengan kuat.
"Tuan kenal dengan orang itu?" Mereka pada bingung dan bertanya.
Setelah sekian lama Lee Sooman juga tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia menarik napas dalam-dalam baru mulai berbicara.

"Dua puluh tahun lebih yang lalu, waktu saya masih muda, saya memiliki dua orang sahabat. Satunya Kim Dongbin, dan yang satunya Park Jihyun. Kami sudah saling kenal dari kecil. Tidak peduli apa yang terjadi, kami selalu menghadapinya sama-sama. Tapi kemudian saya dan Park Jihyun jatuh cinta kepada seorang wanita yang sama, dan terus bertengkar karena hal ini, sampai pertemanan kami pun putus. Akhirnya wanita ini memilih menikah dengan saya, dan Park Jihyun juga hilang, tidak pernah muncul lagi. Kami pikir dia tidak akan kembali lagi. Tapi pada suatu hari ketika saya sedang merebus obat, istri saya takut obatnya terlalu panas, jadi dia mencobanya lebih dulu. Siapa yang bisa sangka dia meninggal karena diracuni obat itu. Keesokan harinya saat Park Jihyun datang lagi menemui saya, saya baru tahu dialah yang memberi racun ke dalam obat itu. Waktu itu dia malah berpikir saya yang telah membunuhnya, dan dia sangat marah sampai ingin membunuh saya. Saya dan Dongbin menghentikannya sementara, kemudian pergi dari kota itu, tidak menemuinya lagi. Sampai akhirnya saya juga berpisah dengan Dongbin, menempuh jalan kami masing-masing," pertama kali mendengar ceritanya Lee Sooman, semuanya sedikit terkejut karena ia memiliki masa lalu seperti ini.

"Setelah bertahun-tahun, saya tentu sudah lupa dengan dendam itu, tapi Jihyun masih...."
"Omong-omong, di bawah menteri juga ada seorang jenderal yang bermarga Park, pasti itu adalah Park Jihyun," Yerim berkata. Tak terpikir orang yang dulunya menjadi gila sekarang bisa menjadi jenderal. Dan kebetulan hari ini menteri datang, membuat kedua orang yang bermusuhan ketemu lagi.

"Apakah Park Jihyun akan ada tindakan selanjutnya?" Seulgi bertanya. Lee Sooman menggelengkan kepala tanda tidak pasti.
"Meskipun di sana tulisnya malam purnama, tapi saya tidak bisa menjamin dia tidak ada jebakan lain karena saya tahu betul sifatnya seperti apa."
"Meskipun malam purnama masih tiga hari, sebaiknya kita juga berhati-hati dari sekarang," Yerim juga berkata.
"Setelah tiga hari, kita juga harus mempersiapkan urusan Nona Bae," semua orang melihat ke arah Yerim karena terkejut.
"Malam purnama adalah waktu yang paling mudah untuk membuka pintu ruang waktu," Yerim berkata, tatapan matanya sangat dalam seperti lubang hitam yang tidak ada ujungnya menyerap semua cahaya.

Seulgi sementara belum bisa menerima informasi ini, bengong dan tidak berbicara. Tiba-tiba dia merasa tangan kirinya digenggam erat. Dia melihat ke arah itu, ternyata adalah Joohyun.
Sejak Joohyun datang ke sini, ternyata sudah hampir satu bulan berlalu. Selama hari-hari ini ada juga senyuman maupun air mata. Bagi Seulgi dan Joohyun, ini adalah buah kebahagiaan yang tumbuh setelah melewati berbagai rintangan. Tapi tidak terasa waktu sudah berlalu begitu cepat, buah cinta yang baru saja tumbuh beberapa hari sekarang sudah dapat melihat ujungnya.

Mata mereka bertemu, dan mereka sama-sama menemukan kebingungan yang sama di mata mereka masing-masing.

TBC

SeulRene | Seribu Tahun (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang