24. Perpisahan

1K 188 17
                                    

"Tolong bukakan pintu ruangan waktu dan kembalikan Joohyun ke masa depan."
Jika di sini mereka tidak bisa selamanya, biarkan saja satu orang pergi dan membawa impian ini agar terwujud di masa depan.

"Seulgi aku tidak mau! Aku tidak mau pergi sendirian!" Air mata mengalir dari mata Joohyun. Kenapa air mata malam ini tidak bisa berhenti?
"Nona Kim, tolonglah!"
Yerim melihat dua orang yang menangis di depannya, satu memegang baju satunya dengan erat, tubuhnya gemetar dan menangis keras, satunya lagi melihat ke depan dengan datar, menyembunyikan ketidakrelaan dan kesedihan di dalam hatinya, tetapi air mata mengalir melewati sudut mulutnya dan jatuh ke bawah.

Tanya kepada Tuhan, kenapa cinta bisa membuat orang tidak peduli terhadap nyawa dan bahaya? Kenapa cinta bisa membuat orang merasa sedih dan senang dengan tak terbatas, tapi tetap membuat orang berdiam diri menantikannya?

Yerim melangkah perlahan dan mendekati patung itu. Mata Buddha masih menatap ke depan dengan tatapan lembut, melihat semua suka dan duka di dunia. Apakah kali ini juga harus melihat dua orang ini berpisah?
Tangannya mengusap bawah patung itu untuk menyapu debu yang tebal, memperlihatkan sederet mantra yang terukir di bawahnya.
"Mantra, bulan purnama, kalungnya Nona Bae, semuanya sudah ada, sekarang tinggal membukanya saja," setelah bicara, Yerim mengambil sekantong pasir merah dari sakunya, kemudian mengigit jarinya dan mencampurkan darah ke dalam pasir merah.
"Kalung? Apa hubungannya dengan kalungku?" Joohyun bertanya sambil menangis. Meskipun dia tidak ingin pulang, tapi hatinya masih penasaran bagaimana dirinya bisa datang ke sini.
"Kalung itu adalah barang kuno yang diturunkan selama ribuan tahun dari zamanmu, dan ini berkaitan dengan mantra kuil ini. Saya pikir, Nona Bae bisa datang ke sini mungkin karena di masa depan kamu datang ke tempat yang terukir mantra yang sama dengan mantra kuil ini pada hari bulan purnama, dan melakukan sesuatu yang mungkin mirip dengan baca mantra sehingga pintu ruang waktu terbuka," Yerim menggambarkan formasi sihir di atas tanah sambil menjelaskan.

Joohyun mendengar dan melihat kalung di lehernya, benar-benar ada sebuah tulisan kecil terukir di tengah-tengah emas, tapi tulisan itu sangat asing dan tidak bisa dibaca.
"Ini?"
"Sanskerta," mengetahui apa yang ditanyakan, Yerim menjawab. "Kalungmu ini mungkin ditinggalkan oleh seseorang yang membantu membangun kuil ini, jadi tulisan di atasnya bisa berkaitan dengan patung tadi."
Banyak misteri telah dipecahkan satu per satu, tetapi Joohyun masih ada hal yang belum paham.

Kenapa bilang dia melakukan sesuatu yang mirip dengan baca mantra?
Joohyun mencoba untuk mengingat, dan tiba-tiba teringat bahwa dia pernah berdoa kepada Tuhan untuk memberikan dirinya kebahagiaan, mungkinkah ini alasannya?
Dia melihat Seulgi yang sedari tadi ada di sampingnya, mungkinkah kebahagiaannya hanya bisa diberikan oleh Seulgi, jadi dirinya didatangkan ke zaman kuno ini?

"Baik, formasinya sudah selesai saya buat, Nona Bae silakan berdiri di tengah lingkaran."
Saat Joohyun masih tengah berpikir, Yerim sudah selesai menggambarkan formasinya, dan Seulgi dengan lembut mendorong orang itu jauh dari pelukannya, memintanya untuk maju melakukan pekerjaan terakhir.
"Seulgi, aku tidak mau pergi! Aku mau tinggal di sini denganmu!"
"Joohyun," akhirnya Seulgi melihat Joohyun, tatapan mereka bertemu. Mereka membaca kesedihan yang sama di mata satu sama lain, "Dengar, kembali ke masa depan, dan menjauhlah dari tempat bahaya ini."
Karena tidak ingin membuat dirinya menyesal, jadi dia memilih untuk melepaskan tangan, agar dia tidak terjatuh ke dalam bahaya.

"Kang Seulgi! Kamu egois sekali! Bukannya kamu yang bilang tidak akan melepaskan tanganku? Kenapa kamu ingin aku menghadapi masa depan tanpa kamu?" Nangis, sakit hati, hanya air mata yang bisa membakar hatinya mengingatkan bahwa ini bukanlah mimpi.
"Bae Joohyun!" Dia tidak bisa menahan air matanya lagi, Seulgi lagi-lagi memeluknya ke dalam pelukan.
Kenapa orang ini selalu membuat hatinya merasa tidak rela?
"Pabo! Aku tidak ada bilang mau lepaskan tanganmu! Cuma kali ini kamu harus kembali ke zamanmu, kemudian mencari aku yang hidup di sana, membantu aku mengingatkan kembali semua ini, atau pacaran denganku lagi!"
Karena keyakinan bahwa mereka dapat menemukan satu sama lain di masa depan, jadi hari ini harus berani menghadapi perpisahan.

"Gimana.... Gimana kalau kamu tidak bisa ingat?"
"Sebelum reinkarnasi aku pasti akan kasih tahu Tuhan jangan hilangkan terlalu banyak ingatanku!" Tersenyum sambil menangis, Joohyun menertawakan pikiran Seulgi yang aneh ini, dan juga tidak tega melihat dia masih bersikap lembut seperti ini.

Ada sesuatu yang tidak akan hilang di kehidupan sebelumnya dan masa depan, itulah takdir.
Di kehidupan ini dan kehidupan selanjutnya ada sebuah perasaan yang tidak akan bisa dilupakan, itulah cinta.

"Bodoh, ini kan sama aja kamu harus mati juga!" Hidup dan mati sudah ditakdirkan. Jika mereka bertemu lagi setelah ribuan tahun, mereka pasti akan mengalami kematian, tapi Joohyun tetap merasa sakit hati karena Seulgi akan meghadapi dunia kematian yang dingin.

Melihat dua orang di depannya yang sulit berpisah, mata Yerim juga memerah. Dia mengangkat kepalanya berusaha agar air mata tidak jatuh. Dia punya keinginan untuk merusak formasi ini, agar mereka tidak perlu berpisah. Tapi Yerim tahu bahwa semua ini sudah direncanakan oleh Tuhan, dan keputusan Seulgi detik itu sudah membuat timbangan mereka tidak seimbang lagi, dan sekarang mereka hanya bisa terus berjalan di jalur pilihan mereka.

"Cinta dan benci seribu tahun, janganlah memikirkan suka dan duka di depanmu. Suara lagu masih tersisa, tinggalkan untuk dilanjutkan masa depan."
Seperti dulu ayahnya memberi nasihat kepada temannya, kali ini Yerim juga memberi nasihat kepada mereka berdua.
"Nona Bae, kamu harus memberanikan diri untuk kali ini!"
Semuanya sudah siap, tinggal Joohyun memilih sendiri.

Joohyun lagi-lagi memeluk Seulgi dengan erat, membenamkan kepala di bahunya, mencium dalam-dalam wangi khasnya, berharap bisa mengingat ini seumur hidup. Mendorong lembut dengan tangannya, dia meninggalkan pelukan hangat itu sebelum berubah pikiran, berdiri di tengah formasi dengan mata berkaca-kaca, dan mencoba tersenyum ke Seulgi.
Semoga senyuman ini di ribuan tahun ke depan masih dapat menemukan jejak cinta pada zaman ini.

"Selanjutnya saya akan membukakan pintu ruang waktu, tapi pembatasnya mungkin akan semakin lemah," Yerim berkata, dan Seulgi langsung berdiri di depan pintu.
"Tidak apa-apa, kamu fokus saja sama urusan Joohyun, saya akan menjaga pintunya."
"Seulgi!" Dia memanggil lagi, melihat Seulgi menghalang pisau yang masuk dari pintu dengan tangan.
Berawal dari kalung, seluruh badan Joohyun memancarkan sinar, kemudian berubah menjadi titik-titik kecil.

"Pintu ruang waktu kali ini kurang stabil, akan ada resiko!" Yerim berteriak, "Kalau Nona Bae dipulangkan ke waktu setelah datang ke sini, tidak akan terjadi masalah, tetapi jika dipulangkan ke waktu sebelum datang ke sini, semua ingatan di sini akan hilang!"
Kalimat yang begitu kejam mengejutkan hati kedua orang.
Mungkin menghadapi takdir yang campur aduk, cinta masih harus menundukkan kepalanya untuk menghadapi percobaan.

"Seulgi...." Mengulurkan tangan, ingin menyentuh sekali lagi wajah itu, tapi dihalangi oleh angin.
"Joohyun," Seulgi tersenyum saat melihat orang yang sudah hampir menghilang. "Aku sangat senang bisa bertemu denganmu. Jika kamu masih mengingat Kang Seulgi di masa depan, tolonglah menemukanku secepat mungkin, jangan membuatku lama menunggu, tahu?"
Kesadaran Joohyun semakin memudar, tapi dia masih berjuang untuk melihat Seulgi walaupun hanya sedetik. Dia ingin menyimpan cintanya dengan baik di dalam hati sebelum menghadapi jalan percabangan yang penuh dengan ketidakpastian.
"Walaupun kamu mengunci ingatan ini di tempat yang tidak bisa kamu temukan, kamu juga harus hidup dengan bahagia."
Tersenyum, tapi pipinya sudah dibasahi lagi oleh air mata. Siapa yang lupa membawa payung untuk matahari, sehingga dia menjadi basah kuyup di bawah hujan?
Seulgi mengangkat tangan kanannya dan menunjukkan ibu jari dan kelingking, kemudian letakkan di samping telinga.
Pada saat yang sama, pintu kuil dipecahkan oleh tabrakan dari luar, pecahan terbang ke mana-mana.

Sebelum kesadaran terakhirnya hilang, yang dilihat Joohyun adalah gerakannya dan mulutnya yang bergerak.
Walaupun dia sudah tidak bisa mendengarkan apa-apa, Joohyun tetap mengerti.

Titik cahaya hilang, setetes air mata jatuh di udara setelah Joohyun menghilang.
Jejak kerinduan terakhir tertinggal di zaman ini, sedangkan perjanjian yang tidak akan berubah selama beribu tahun akan terbawa bersamanya untuk waktu yang sangat sangat lama.



"Aku cinta kamu."

TBC

SeulRene | Seribu Tahun (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang