bagian 23.

24 10 1
                                    

Seperti hari-hari biasa, sebelum pergi ke kantin Dini dan kawan-kawan berkumpul dulu di dalam ruang kelas 10 Mipa 3. Ketiga temannya Kiya, Syifa, dan Kayla sedang asik bergosip tentang ketua osis mereka yang katanya sedang pdkt dengan salah satu anak kelas 10 dari kelas Ips 1. Karena tidak tertarik dengan gosip, Dini memilih untuk mengotak-atik ponselnya, karena menurutnya itu hanya membuang-buang tenaga saja.

Dini membuka aplikasi instagram di ponselnya, melihat foto-foto yang terpapar dalam beranda instagram-nya, menonton video-video lucu, dan lain-lainnya, Dini tertawa sendiri melihat video-video lucu tersebut, ketiga temannya yang terheran itu menengok satu sama lain dan hanya menggelengkan kepalanya masing-masing.

"ye bocah ketawa sendiri" ucap Kayla sambil menimpuk gagang permen dari genggaman tangannya.

"ih jorok lu kay, itu kan bekas dari mulut" ucap Kiya, yang bergedik jijik melihat tingkah Kayla.

"mangapa? Dini yang gua timpuk juga b aja, yakan din?" jawab Kayla dengan songongnya, dan yang ditanya hanya mengangkat kedua bahunya dan melanjutkan mengotak-atik ponselnya.
Saat sedang asik-asiknya, tiba-tiba muncul notifikasi pesan di ponselnya, langsung saja Dini keluar dari aplikasi instagram dan membaca pesan tersebut.

'Kak Eza'
Hey, nggak lupa kan sama jawabannya?

Sontak saja Dini terkejut, " kak eza" ucapnya lirih

'Kak Eza'
Kok dibaca doang sih?

Dini meneguk salivanya lalu langsung saja mematikan ponselnya, Dini hanya membaca pesan dari Eza tanpa membalasnya, menghindari Eza untuk sementara. Dia benar-benar bingung, pasalnya belum tau jawaban apa yang akan ia berikan untuk pertanyaan Eza malam minggu lalu.

"yuk ah kantin" ajak Syifa dan bangkit dari duduknya disusul oleh Kiya dan kayla.

Syifa melihat Dini masih duduk dengan muka kecemasannya, sedangkan Kiya dan kayla sudah siap untuk pergi ke kantin, "din kenapa? Kantin nggak?" tanyanya.

"eh—iya" Dini bangkit dari duduknya memasukan ponsel dalam saku bajunya, menyusul Ketiga temannya yang sudah berjalan duluan keluar kelas.

Selama diperjalan menuju kantin pikiran Dini masih tertuju pada Eza, dia benar-benar bingung akan menjawab apa perihal pertanyaan Eza. Karna pasalnya Dini masih takut untuk memulai hubungan baru, takut akan patahnya hati, takut akan sakitnya hati, intinya Dini hanya takut.

Dini menuruni anak tangga dan tanpa sengaja pandangan matanya langsung tertuju pada Eza, sontak jantung Dini berdetak lebih kencang dan kelihatan gugup serta salah tingkah bingung ingin berbuat apa. "eemmm gaes, gua ke toilet dulu ya" pamit Dini pada ketiga temannya.

"lah bocah bukannya daritadi ke toilet" ucap Kayla yang direspon sengiran oleh Dini.

"yaudah kita duluan ke kantin" kata Syifa

Dini berlari menuju toilet yang berada dilantai tiga. Toilet adalah salah satu alasan Dini untuk menghindari pertanyaan Eza. Dini belum mempersiapkan jawaban apa yang akan diberikan karna dirinya masih sangat ragu.

Dini memandangi wajahnya di kaca toilet sekolah, wajah yang merah, panik, serta takut. Dipejamkan matanya sebentar lalu membuka kembali. Dibasuhnya muka yang merah karena takut itu. "kenapa din?" mendengar suara sontak Dini langsung menengok, ternyata itu Ara teman satu kelas Dini yang sedang berdiri disamping nya, Dini tersenyum lalu menggelengkan kepala.

"gua duluan ya" ucap Dini pada Ara dan dibalas senyuman.

Dini keluar dari toilet, menarik nafas dan membuangnya secara perlahan, berjalan menelusuri koridor sekolah. "harus banget yah ke toilet buat nyari jawaban?" suara yang tidak asing lagi bagi Dini, tepat di belakang dia pasti Eza ada disitu, Dini menyerngit dan menggit bibir bawahnya. Eza jalan dan berdiri tepat di depan Dini dan yang di depannya hanya bisa menunduk pasrah.

"kenapa?"

"eh itu anu kak—"

"anu apa?" ucapan yg belum sempat Dini selesaikan dipotong langsung oleh Eza, "bilang sama aku kalo emang kamu nggak mau. Nggak perlu menghindar gini" mendengar ucapan Eza langsung saja Dini mendangahkan kepalanya ke arah Eza.

"nggak. Bukan gitu" Dini benar-benar gugup saat ini terlihat sudah pasti wajah Dini saat ini memerah seperti kepiting rebus, menahan malu di hadapan Eza.

"terus?" tanya Eza mencari keyakinan pada Dini, alisnya terangkat satu membuat Dini semakin malu dan salah tingkah.

"aku mau,—" ucap Dini lirih

"yes!" mendengar jawaban Dini langsung saja Eza bersorak riang, "aku belum selesai ngomong" potong Dini ditengah kegirangan Eza, "yaudah apa?" tanya Eza lembut

"tapi aku takut" lanjut Dini

"kenapa harus takut?"

"sama kayak kasus perempuan-perempuan lainnya. Laki-laki cuma berjuang di awal, ambisi mereka buat dapetin perempuan yg di mau itu besar tapi setelah mereka dapetin itu semua yaudah sifat aslinya mereka keluar." ucap Dini cepat, Eza yang mendengar itu menatap Dini dengan mulut sedikit agak terbuka, "dan aku cuma nggak mau kak eza ninggalin aku, aku nggak mau patah dan aku juga nggak mau sakit tapi disisi lain sebenernya aku juga suka sama kakak dan aku nggak bisa nolak kakak, aku takut kalo kakak sakit hati." kali ini nada bicara Dini lebih lembut dan diiringi tempo bicara yang agak lambat.

Eza mencerna perkataan Dini, dipegangnya kedua pundak Dini dan ditatapnya dengan lekat sehingga Dini terkunci dalam tatapan Eza, "dengerin aku baik-baik. Aku nggak maksa kamu buat kasih jawaban 'iya' tapi kalo kamu mau kita bisa mulai semuanya dengan cara kamu kasih kesempatan buat aku dan aku bakal berusaha supaya kamu enggak ngerasain semua sakit itu." ucap Eza "aku emang nggak bisa janjiin kamu kebahagiaan, tapi aku bakal berusaha sebisa aku buat bikin kamu terus bahagia sekalipun kamu nangis itu karna tangis bahagia." lanjutnya meyakini hati Dini yang sedang di landa kebingungan.

"kenapa kamu nggak bisa kasih aku janji?"

"karna janji sering kali ingkar. Aku nggak mau janjiin sesuatu ke orang, kalo aku bisa, aku bakal langsung kasih buat orang itu tanpa harus umbar janji, termasuk ke kamu."

Dini menatap Eza dalam diam lalu tersenyum, "jadi?" tanya Eza

"iya aku mau" jawabnya spontan sambil terus menatap Eza dan yang ditatap pun tersenyum, "kantin?" tanya Eza yang masih tetap tatap-menatap dengan Dini, "iya" jawab Dini.

"jadi jadian nih?" tanya Eza dengan nada menggoda, Dini hanya tertunduk malu menyembunyikan wajahnya yang merah seperti kepiting rebus.

Eza menjauhkan kedua tangannya dari pundak Dini lalu satu tangannya meraih tangan Dini dan digenggamnya, namun langsung saja ditepis halus oleh Dini. Eza yang mendapat perlakuan itu langsung saja bertanya dengan isyarat mengkerutkan keningnya, "malu diliat orang banyak nanti" ucap Dini menahan malu.

Eza paham maksud Dini, langsung saja ia menyodorkan baju yg dipakainya pada Dini, "apa?" tanya Dini bingung

"pegang baju aku aja, kita pegangan lewat sini, pegang erat terus yah jangan pernah dilepas." Dini tersenyum lalu meraih baju Eza dan dipegang nya dan mengangguk tanda 'iya' atas ucapan Eza tadi.

Eza dan Dini jalan berdampingan melewati koridor, entah apa pandangan orang-orang yang berada disana karena yang terpenting saat ini adalah hari yang bahagia untuk mereka berdua. Eza yang berhasil meyakini hati Dini untuk coba membuka hati untuk dirinya dan Dini yang terlepas dari rasa bingungnya selama sehari semalam.

❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜🔜

Next? Nextt dund wkwkwk

Jangan lupa vote and comment.

Tolonglah yah apapun yang kalian rasakan tolong komen walaupun cuma satu kata author sangat berterimakasih.

Story of Andini (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang