bagian 33.

11 7 0
                                    

Vian duduk termenung di dalam kelasnya, memikirkan kembali kejadian yang pernah dilihatnya saat itu. Kejadian dimana dirinya melihat Dini dan Eza berdua di atas rooftop dan mendengar semua percakapan mereka, tidak pernah di bayangkan oleh Vian wanita yang selama ini di sukainya itu ternyata hanya di jadikan sebagai bahan taruhan oleh laki-laki tersebut. Vian juga merasa bersalah, seharusnya saat itu ia tidak memutuskan Dini dengan tiba-tiba, hubungan yang terjalin hanya satu minggu itu sirna karena Vian yang terlalu percaya omongan orang lain.

Jika saja Vian tidak percaya pada orang yang mengatakan bahwa Dini punya kekasih lain, mungkin sampai sekarang Dini masih menjadi miliknya. Vian sempat ingin meminta Dini untuk kembali pada dirinya, tapi saat ingin mengajaknya kembali Vian malah melihat Dini dan Eza berdua dengan canda riang. Dan ketika dirinya mendengar percakapan mereka berdua di rooftop, Vian merasa bahwa kesempatan untuknya masih ada untuk kembali mendekati Dini.

Sejak hari itu Vian selalu memperhatikan gerak-gerik Dini, mengikuti kemana pun Dini melangkah saat di sekolah, bukan tanpa sengaja saat di perpustakaan dirinya mengobrol bersama Dini dan saat pengamatan tumbuhan dirinya yang memegang tangan Dini yang saat itu hampir terjatuh, karena itu semua adalah memang keinginan Vian.

"gua mau beli somay hari ini"

Suara yang tidak asing itu terdengar di telinga Vian, sontak saja ia melihat ke arah luar kelas dan mendapatkan Dini sedang berjalan bersama teman-temannya pergi ke kantin. Senyuman manis terukir di bibir Vian, langsung saja dirinya beranjak bangun dan keluar kelas mengikuti Dini ke kantin.

Vian berjalan di belakang Dini dan teman-temannya, mengikuti arah langkah Dini. Jarak yang tidak begitu dekat namun masih bisa terdengar apa yang sedang di bicarakan oleh Dini dan teman-temannya. Diam-diam Vian menguping pembicaraan mereka, Vian mendenger Dini yang bercerita bahwa kemarin Dini dan Eza bertemu dan Vian mendengar bahwa kini Dini dan Eza mulai membaik.

"jadi baikan nih?" goda Kiya pada Dini

"baikan doang, tapi dini belum kasih jawaban mau lanjutin atau enggak."

Awalnya Vian agak kesal karena mendengar Dini yang mulai berbaikan dengan Eza, tapi pada akhirnya perasaan Vian menjadi lega ketika tahu bahwa mereka hanya berbaikan bukan balikan, dan Vian merasa bahwa dirinya masih ada kesempatan untuk memiliki Dini lagi.

Vian menerobos di tengah-tengah ke empat perempuan itu dan berjalan ke depan mereka. Ke empat perempuan itu mengumpat kesal karena Vian yang memisahkan mereka menjadi dua bagian, "jalan lega woyy!!" teriak Kayla namun hanya di acungkan jempol oleh Vian.

"itu vian kan, mantan lo din?" tanya Syifa meyakinkan bahwa dirinya tidak salah lihat, Dini menjawab ucapan Syifa dengan menganggukan kepalanya dan mengangkat kedua alisnya.

Saat sampai kantin Dini melihat ke sekeliling kantin yang ramai itu di jam istirahat seperti ini. Tapi saat dirinya melihat ke kiri dan kanan, ia menemukan Eza yang sedang berkumpul bersama teman-temannya di pojokan kantin. Orang-orang yang seperti Eza adalah siswa yang tidak membeli makanan dan hanya memenuhi kantin saat jam istirahat seperti ini. Eza melihat ke arah Dini dan tersenyum lalu di balas dengan senyuman juga olehnya.

Dini menunjuk ke dirinya sendiri lalu menunjuk ke arah bangku yang kosong pada Eza menandakan bahwa dirinya akan duduk di bangku itu, Eza menangguk mengerti dan Dini langsung saja ke tempat duduk tersebut. Dini duduk membelakangi Eza dan tidak hentinya Eza memandangi Dini walau hanya belakang tubuh Dini yang di tatapnya.

"iyee tau iyee yang baek'an mah, di liatin mulu sambil senyum-senyum daritadi" Ucap Kiya karena melihat Eza yang terus-terusan melihat ke arah Dini, "lah gua boro digituin, noh liat sibuk terus sama gitarnya" lanjutnya sambil menunjuk ke arah Riski, dan Dini tertawa melihat Kiya seperti itu.

"somay sudah tiba" Ucap Kiya dengan dua piring somay di tangannya dan di susul oleh Syifa

"maaciw" ucap Kiya

Dini, Kayla, Syifa, dan Kiya memakan somay sambil sesekali bergosip-gosip. (Yah kalian para readers tau dong cewek kalo kumpul tuh gimana). Dan sesekali mereka saling melemparkan godaan satu sama lain, saling ngecengin, meledek dan yang lainnya. Eza yang melihat dari jarak yang tidak jauh itu ikut bahagia melihat Dini lebih terlihah ceria hari ini tidak seperti hari-hari sebelumnya.

Saat sedang asik-asik nya tertawa bersama, tiba-tiba Vian masuk ke dalam perkumpulan itu dan membuat mereka berempat menghentikan tawa masing-masing. Mereka berempat saling melemparkan pandangan masing-masing, dan menatap Vian yang tiba-tiba duduk diantara mereka dan tepat di depan Dini.

Vian yang merasa dirinya menjadi pusat perhatian ke-empat gadis itu, menengok dan melihat ke arah wajah mereka, "bangku lain penuh, cuma ini yang kosong" ucap Vian dengan santai

"huft"

"kenapa nggak suka?" tanya Vian kepada Dini ketika mendengar Dini berdengus

"apa sih, gua cuma buang nafas doang" Dini menjawab pertanyaan Vian dengan agak sewot, "soudzon terus" lanjutnya lalu memasuki potongan somay ke dalam mulutnya dengan kasar.

Eza yang melihat ada laki-laki diantara ke-empat itu merasa bingung, dirinya seperti tidak asing dengan laki-laki itu dan berusaha untuk mengingat-ngingat dimana dirinya pernah melihat wajah itu. Tidak butuh waktu lama akhirnya ia berhasil mengingat wajah itu, laki-laki itu orang yang menolong Dini pada saat hampir terjatuh karena bola basket yang menghantam kaki Dini dengan sangat keras.

Lalu Eza memperhatikan laki-laki itu dari arah situ, dan bertanya-tanya apakah mereka berempat menambah satu personil pria di dalam grup itu? Seberapa dekat mereka? Pertanyaan-pertanyaan itu terlintas di benak Eza. Dan Eza berfikir akan menanyainya kepada Kayla nanti saat di rumah.

Diam-diam Vian curi-curi pandang kepada Dini. Tanpa Dini sadari laki-laki itu menjadikan alasan tidak ada bangku kosong lainnya hanya untuk berdekatan dengannya. Vian melihat ada sisa bumbu somay di mulut Dini, lalu langsung saja ia mengeluarkan tissu yang ada pada saku celananya dan menyodorkan nya pada Dini.

Dini yang disodorkan tissu oleh Vian merasa kaget dan bingung, Vian mengangkat sebelah alisnya ketika Dini menatapnya dengan tatapan kosong, "ada bekas bumbu somay di mulut lo, bersihin nih" ucap Vian dengan memberi kode pada mata ke arah tissu, agar Dini membersihkan nya dengan tissu itu.

Tidak di gubris oleh Dini—Dini malah masih menatap Vian dengan bingung karena merasa aneh pada Vian, mengapa tiba-tiba Vian menjadi baik seperti itu, "ini bersihin—atau mau gua yang ngelapin?" tanya Vian sedikit menggoda Dini.

Kayla yang mendengar godaan Vian pada Dini itu merasa geli dan langsung saja mengambil alih tissu di tangan Vian dan memberikannya pada Dini, "bersihin din, jangan sampe tangan tuh orang menodai mulut lo" Dini membersihkan sisa bumbu somay yang ada pada mulutnya ketika Kayla menyuruhnya.

Makanan di piring Vian sudah habis, langsung saja Vian beranjak dari tempat duduk untuk mengembalikan piring pada pemilik warung. Dini masih tercengang karena tidak menyangka Vian ternyata bisa sebaik itu pada dirinya. Dini masih tetap menatap ke arah manapun Vian berjalan hingga Vian menghilang dari pandangan matanya.

/***************\

Next? Nextt bund wkwkwk

Jangan lupa vote and comment.

Tolonglah yah apapun yang kalian rasakan tolong komen walaupun cuma satu kata author sangat berterimakasih.

Story of Andini (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang