"Mah, Dini berangkat yah!?" teriak Dini dari ruang tamu
Sari yang semula berada di dapur menghampiri anak nya yang ingin berangkat sekolah, "hati-hati dijalan ya"
"iya mamah——byeee" ucap nya langsung keluar rumah sambil melambaikan tangan kepada Sari.
Dini mulai keluar dari gang rumah nya, Dini melewati beberapa rumah seperti perkampungan dulu sebelum dirinya keluar dari gang. Disana banyak anak kecil yang pergi kesekolah bersama dengan teman-temannya. Jujur, jika waktu bisa di putar Dini juga ingin seperti itu berangkat dan pulang sekolah bersama dengan teman-teman kebersamaan itu memang asik. Bermain bersama, permainan tradisional dulu yang lebih asik dan seru dibanding permainan yang sekarang yang dimana anak kecil sudah memegang gadget dan orang tua sudah membiarkannya.
Tiiiinn..tiiinnn..tiiinnn
Suara klakson motor dan mobil dari orang yang tak sabaran karena macet berhasil membuyarkan lamunan Dini, dan menyadarkan lamunannya yang ternyata dirinya sudah berada di luar gang.
Dini celingak-celingukan menunggu angkot, angkot hari ini sungguh penuh dengan penumpang. Mungkin dikarenakan hari ini adalah hari kerja jadi banyak angkot yang sudah penuh oleh penumpang.
Sedikit-dikit diliriknya jam tangan yang ada di tangan nya, sudah sepuluh menit Dini menunggu angkot tapi tetap saja angkot selalu penuh sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 06.45. Masih ada waktu lima belas menit Dini untuk tidak terlambat, tapi bagaimana sedangkan angkot yang lewat daritadi semuanya penuh.
Muka Dini sudah pucat, waktu tinggal sepuluh menit lagi agar dia tidak terlambat dan sebelum pintu gerbang ditutup tapi tetap saja belum ada angkot yang kosong untuk di tumpanginya. Dini benar-benar harus pasrah jika nanti terlambat dan harus ber-urusan dengan guru kesiswaan, pasalnya dia tidak pernah terlambat seperti ini. Mungkin jika orang-orang yang sering datang terlambat atau sering melanggar peraturan sekolah hal seperti ini sudah dianggap biasa, tapi Dini bukan orang seperti itu.
"Pucet banget neng."
Sontak Dini menengok saat seseorang berada di samping nya, "Kak Eza?" gumam Dini saat melihat orang yang berada disampingnya. Eza berada disamping Dini dan masih duduk di atas motor matic-nya, Dini tercengo melihat Eza yang tiba-tiba berada di sampingnya.
"nggak ada angkot?" Saat Eza bertanya, Dini hanya menggelengkan kepalanya sambil matanya terus menatap Eza, entah setan darimana yang membuat lidahnya kelu tidak bisa berbicara di hadapan Eza.
"ayok naik!"
"hah?" deg-deg-deg. Jantung Dini berdegup lebih kencang dari biasanya saat Eza menyuruh nya untuk naik ke motornya.
"kok 'hah' sih Din? Cepet naik aja, lu nggak mau terlambat kan?"
Dini menganggukkan kepalanya dan berusaha untuk menetralkan jantungnya seperti semula lalu naik ke atas motor Eza. Eza memberikan helm yang dibawanya kepada Dini.
Dini mengambil helm yang diberikan oleh Eza lalu memasangkan ke kepalanya, Eza melirik ke arah spion dan melihat Dini yang sedang memasangkan helm di kepalanya "pake yang bener helm-nya, biar rambut lu yang bagus itu ga acak-acakkan, hehehe"
Dini memukul pundak Eza, karena kesal dengan ucapan Eza yang masih pagi tapi sudah berusaha ngegombal.
"ihh apaan sih" pundung Dini"di puji kok ngambek si eneng mah"
"Kita masih punya waktu delapan menit sebelum pintu gerbang di tutup" Ucap Dini sambil melihat ke arah jam tangan, dan tanda kode kapada Eza agar ia melajukan motornya.
"Ashiiiaapppp" Eza mengacungkan jempol nya sambil berbicara menirukan gaya atta halilintar, "pegangan yah——roket mau meluncurrr, ashiiiiiappp" Eza mulai melajukkan motornya dan membelah kota Jakarta, bukan Jakarta namanya kalo tidak macet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Andini (TAMAT)
Teen FictionWarna-warni pelangi selalu menghiasi hidupnya ketika ia berkenalan dengan sosok laki-laki sederhana. Banyak cara yang dilakukan laki-laki itu untuk membuat dirinya selalu tersenyum. Perlakuan yang diberikan laki-laki itu kepadanya ternyata ada maksu...