Suasana perpustakaan yang sangat damai membuat hati merasa nyaman. Kenyamanan di ruang perpustakaan membuat Dini ingin terus berlama-lama di sana, tidak ada kebisingan atau keributan apapun menambah kesan betapa damainya ruangan itu. Yang Dini lakukan daritadi hanya-lah berbolak-balik di antara rak buku, memutari rak buku sekadar hanya untuk menikmati kenyamanan ruangan perpustakaan.
Meraba buku-buku yang tersusun rapih pada rak buku. Dini terkagum pada penjaga perpustakaan di sekolahnya, dari banyak nya buku yang berada dalam perpustakaan tidak satu pun yang berdebu, buku pun terususun dengan rapih dan sesuai dengan aturannya. Saat sedang meraba buku-buku Dini terpaku pada buku fisika, dia baru ingat bahwa ada tugas fisika yang belum di selesaikan nya. Langsung saja Dinu mencari-cari buku fisika yang pas dengan materi pembelajaran nya.
Dini menemukan buku yang di carinya, lalu mengambil dan membuka buku itu untuk membacanya terlebih dahulu. Dari balik rak yang sedang menghadapnya terdapat sedikit celah yang dapat melihat ada orang atau tidaknya ternyata ada sesosok laki-laki juga yang menghadap ke arah rak dengan arah yang berlawanan dengan dirinya. Tak sengaja laki-laki itu menjatuhkan buku yang di pegangnya membuat Dini menghentikan membacanya dan melihat siapa yang berada di balik rak buku itu.
Sosok laki-laki itu kembali berdiri setelah mengambil buku yang terjatuh tadi. Dini menatapnya dengan datar begitupun dengan laki-laki itu. Tatapan mereka bertemu namun tanpa ekspresi yang bisa dijelaskan. Tiba-tiba Eza datang menghampiri Dini dan merangkulnya, Dini agak tersentak dan menengok ke arah Eza dan di berikan senyuman manis oleh Eza.
"lagi liatin apa sih, serius banget kayanya" wajah Eza mengarah pada Dini dan tangannya yang masih setia merangkul Dini
"nggak ada" jawab Dini sambil melepaskan rangkulan Eza dari pundaknya
"kok di lepas?" Eza bertanya dengan sedikit membungkukan badannya agar sejajar dengan Dini "nggak enak di liatin orang" Eza yang bertanya Eza sendiri pula yang menjawab.
Dini tertawa mendengar ucapan Eza disusul oleh Eza yang juga ikut tertawa. Segitu pahamnya Eza apa yang di pikiran Dini. Akhirnya Dini bisa merasakan keuwuwan lagi bersama dengan Eza di dalam perpustakaan, untungnya di perpustakaan tidak ada cctv jadi pengawas tidak tahu.
Dini kembali teringat dengan sosok laki-laki itu, kembali Dini melihat ke arah rak tadi namun celahnya sudah tertutup oleh buku. "udah nyari bukunya?" tanya Eza
"udah yuk" ajak Dini
"buru-buru banget, kan aku masih mau berdua sama kamu" ucap Eza dengan nada godaan nya
"di kelas kan bisa"
"banyak setan" celetuk Eza
Dini terkekeh mendengar ucapan laki-laki itu, Eza yang melihat Dini terkekeh merasa bingung, "mangkannya biar nggak ada setan jangan berduaan terus" setelah mengucapkan itu Dini berjalan mendahului Eza sambil terkekeh.
Buugghhh
Saat ingin menghampiri penjaga perpustakaan tiba-tiba Dini tidak sengaja menabrak dengan sosok laki-laki di balik celah rak tadi, itu Vian. Buku yang dibawa Vian jatuh berserakan di lantai, langsung saja Dini membantu Vian untuk merapihkan kembali buku-buku itu. "sorry nggak sengaja" ucap Dini sambil terus membantu Vian.
Vian tidak menggubris ucapan Dini, setelah semuanya rapih ia langsung berdiri dan pergi keluar perpustakaan dengan buku-buku yang di pinjamnya. Dini menatapnya agak bingung, tidak biasanya Vian membiarkan Dini lolos sebelum berdebat terlebih dahulu. Tapi tak ingin ambil pusing Dini langsung saja mengambil buku yang di pegangnya tadi di lantai karena tadi ikut terjatuh.
Dini melihat selembar kertas yang di lipat tergeletak di dekat bukunya itu, ia tahu itu pasti punya Vian, mungkin saja catatan yang di catatnya tadi. Dini mengambil kertas tersebut dan berniat mengembalikan nya namun Vian sudah keluar dari perpustakaan, akhirnya Dini memutuskan untuk memberikannya nanti.
"udah belum laporan pinjaman bukunya?" tanya Eza yang tiba-tiba di samping Dini
"ini baru mau laporan"
"yaudah aku tunggu luar yaa" ucap Eza diangguki kepala oleh Dini.
Dini memasukan kertas milik Vian ke saku bajunya dan berjalan ke arah penjaga perpustakaan untuk mendata bahwa dirinya hari ini meminjam buku dari perpustakaan.
********
"MAH DINI PULANG" teriakan Dini menggema di dalam ruangan yang di masukinya
"iya mamah tau, nggak usah teriak-teriak gitu ah" Dini menyengir ketika mendengar ucapan mamahnya, "di anter Eza?" Dini mengangguk
"yaudah sana masuk kamar, mamah mau lanjut bersihin gudang dulu" Dini mengacungkan kedua jempolnya di hadapan mamah nya, lalu tersenyum dan pergi ke kamarnya.
Dirinya menaiku anak tangga menuju ke kamarnya, membuka pintu lalu masuk dan menutup kembali pintu kamarnya. Dini meletakan tas yang di gembloknya pada tempat tasnya, lalu menuju ke depan meja rias untuk bercermin. Ia membersihkan wajah yang penuh penuh dengan keringat menggunakan tissue, sambil bersenandung kecil.
Dini merogoh saku seragamnya untuk mengambil jepit rambut yang tadi sempat di lepas. Tiba-tiba ada benda asing dalam sakunya dan kemudian di ambilnya. Selembar kertas yang belum sempat Dini kembalikan pada sang pemilik. Di letakannya kertas tersebut di atas meja riasnya dan Dini kembali membersihkan wajahnya.
Kertas yang di letakan di atas meja riasnya itu tiba-tiba tertiup angin dan jatuh ke bawah. Dengan segera Dini mengambil kertas itu, karena takut kertas itu sangat penting untuk Vian. Meskipun Vian sering kali menjengkelkan Dini, tapi tidak baik jika Dini harus membalaskan dendam dengan menghilangkan sesuatu yang penting bagi Vian. Karena penasaran dengan isi tulisannya, Dini akhirnya memutuskan untuk melihat apa tulisan yang ada pada kertas itu.
Betapa terkejutnya Dini ketika mengetahui isi tulisan pada kertas itu. Tulisan itu mengatakan sesuatu tentang perasaan Vian pada seseorang, "oh jadi dia lagi suka sama cewe" ucap Dini lalu melanjutkan kembali untuk membaca tulisan tersebut.
Dini terbuai dalam setiap kata yang di tulis Vian, dirinya bisa merasakan betapa tulusnya Vian menulis pesan ini, dalam sekali dari hati. Terlebih lagi di situ tertulis seperti ada sebuah penyesalan pada diri Vian karena membuat seseorang itu menjauh darinya, "lagian sih jadi orang sok banget" dan masih sempatnya Dini mengomentari itu.
'masih wajarkah jika aku menginginkan mu?
seharusnya aku sadar diri, menyuruhmu menjauh tapi kini menginginkan kembali dirimu.'"kok gua ngerasa ini pesan buat gua" ucap Dini dengan pede sambil tertawa
'aku membuat celah di antara kita. manaruh dinding pembatas antara kamu dan aku.
dan sekarang, rasanya ingin ku hancurkan pembatas itu'"yee capek-capek bikin dinding, terus mau diancurin gitu aja—butuh semen sama pasir"
'melihat kamu bersama dia, sesak rasanya.
bisakah aku dan kamu bersama?
bisakah semuanya dari awal lagi?
aku ingin kembali bersamamu Andini Fraeska.'Mata Dini melebar, sontak saja dirinya kaget saat melihat ada nama lengkapnya tertera pada kertas itu. Dini tercengang membacanya, mengingat-ingat kembali kejadian-kejadian yang tidak di sengaja bersama Vian. Apakah itu sebuah kebetulan atau memang rencana Vian? Perpustakaan, kantin, lapangan, semuanya terputar kembali di otak Dini.
"ENGGAK!" teriak Dini dengan lantang
Dengan emosi yang memburu-buru Dini melemparkan kertas itu ke atas ranjangnya, perasaannya saat ini campur aduk. Karena mungkin bisa saja dirinya salah baca, jadi di raihnya kembali kertas itu untuk membaca benar atau tidak itu nama dia. Dini kembali membaca bagian akhir surat itu, dan hasilnya tidak berubah tetap nama lengkapnya yang di tulis dalam pesan itu.
"AARRGGH! BISA-BISANYA DIA NUDUH GUA YANG GAGAL MOVE ON PADAHAL DIA SENDIRI YANG MASIH SUKA SAMA GUA!!"
Dini menjatuhkan tubuhnya pada ranjang tidurnya, dirinya masih tidak bisa membayangkan semuanya. Vian yang sering membuatnya jengkel itu, ternyata menaruh perasaan kepada dirinya. Astaga, mantannya itu sangat meresahkan sekali.
/************\
Next? Nextt bund wkwkwk
Jangan lupa vote and comment.
Tolonglah yah apapun yang kalian rasakan tolong komen walaupun cuma satu kata author sangat berterimakasih.
Tetap semangat :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Andini (TAMAT)
Fiksi RemajaWarna-warni pelangi selalu menghiasi hidupnya ketika ia berkenalan dengan sosok laki-laki sederhana. Banyak cara yang dilakukan laki-laki itu untuk membuat dirinya selalu tersenyum. Perlakuan yang diberikan laki-laki itu kepadanya ternyata ada maksu...