SEKOLAH BARU

32 10 1
                                    

Gadis itu menuruni tangga, dia baru saja berpamitan dengan mamanya yang masih tertidur pulas di kamar. Gadis itu membuka garden di setiap jendela besar di lantai satu rumahnya. Dari langkahnya yang lincah, tampak gadis itu sedang sangat bersemangat. Mungkin karena hari ini adalah hari pertamanya di sekolah baru.

Tampak seorang wanita setengah baya menghampirinya dan menyerahkan sebuah kotak makan. Gadis itu tersenyum dan beranjak duduk di sofa ruang tamu untuk mengenakan sepatunya. Susu dan sebuah roti isi dengan selai cokelat sudah tersedia di meja.

Gadis itu menenggak habis susu putih hangatnya dan menggigit roti isinya kemudian beranjak keluar rumah. Tak lupa gadis itu berpamitan dengan asisten rumah tangganya yang sudah bekerja kepada keluarganya lebih dari sepuluh tahun itu. beliau sudah seperti ibu sendiri.

‘Abi pasti bisa!’ Gumam gadis itu yang masih menggigit roti isinya. Meskipun semangatnya berkobar hebat, tapi tetap ada perasaan gugup dan cemas yang menyelimuti hatinya. Imajinasi imajinasi tentang seperti apa sekolah barunya nanti dan juga seperti apa teman temannya. Jujur saja, ini semua adalah hal yang baru untuknya.

Abigail menyalahkan motor maticnya dan membiarkan mesinnya panas terlebih dahulu sebelum memacunya ke jalanan. Sudah hampir satu tahun terakhir Abigail terpaksa untuk menggendarai motor sendirian ke sekolahnya, terlebih ke sekolah lamanya dimana semua anak diantar oleh supir pribadi. Tapi Abigail tidak banyak mengeluh, dia juga tidak memperdulikannya begitu juga teman temannya yang dulu.

Meskipun di dalam batin Abigail, dia masih penasaran kenapa supir lamanya berhenti begitu saja padahal sudah hampir dua tahun berkerja untuk keluarganya. Tapi gadis muda itu tidak ingin terlalu memikirkannya, mungkin saja supir lamanya mendapatkan tawaran yang lebih baik di tempat lain. Tapi semua itu menuntunnya ke pertanyaan yang lain, kenapa tidak ada penggantinya?

Dua menit kemudian, Abigail rasa mesin motornya sudah cukup panas. Papanya pernah bilang jika mesin motor atau mobil tidak dipanaskan terlebih dahulu, akan terjadi semacam gangguan aliran listrik dan juga akan menyebabkan aki cepat habis. Abigail tahu itu, dia sudah paham masalah seperti itu bahkan sebelum dia lulus dari sekolah dasar.

Selalu menjadi anak yang brilliant dan memiliki banyak teman, mengotak atik mesin motor bukanlah levelnya sekarang. Abigail jelas lebih tahu tentang mesin pesawat daripada papanya.

Abigail menarik gas motornya perlahan dan melaju dengan kecepatan normal di jalanan kompleks perumahan yang biasanya sepi itu. meskipun begitu, jika dipagi hari pastilah ramai karena banyak orang yang akan berangkat bekerja.

Abigail menyapa dan melambaikan tangannya ke arah rumah didepan rumahnya. Disana terlihat ada sepasang suami istri yang bersiap untuk berangkat bekerja. Meskipun banyak orang mengatakan para penghuni di perumahan mewah tidak mengenal para tetangganya, tetapi Abigail mengenal para tetangganya. Dia selalu jadi anak yang ceria dan pandai bergaul jadi tidak heran lingkungan di sekitar rumahnya, semua mengenal Abigail

“Hati-hati Abi!” Ucap sang suami membalas sapaan anak tetangganya itu. Abigail membalas dengan senyuman manis sambil mengangguk, kemudian menambah kecepatan motornya. Jelas gadis itu tidak ingin terlambat di hari pertamannya.

Sekolah barunya memang cukup jauh, sekitar dua puluh menit dari rumahnya dengan lalu lintas normal di kota itu, yang berarti antrian kendaraan panjang dan semrawut alias macet. Tapi dengan motor kecil ini, Abigail bisa meliuk liuk diantara mobil yang terjebak macet dan tentu saja memangkas waktu di perjalanan.

Sepertinya dia tidak ketinggalan, masih banyak anak yang terlihat menuntun motor mereka memasuki halaman sekolah. Abigail pun melakukan hal yang sama, dia turun dari motornya dan menuntunnya menuju parkiran bertingkat yang sudah di sediakan. Tak lupa, Abigail menyapa satpam dan guru yang berdiri dan berjaga di depan gerbang.

MengatasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang