Sudah tujuh belas hari sejak pelantikan anggota OSIS yang baru digelar. Karena jadwal yang padat, hari selasa mereka segera memilih siapa yang pantas dimajukan sebagai kandidat calon ketua dan pengurus inti lainnya dari OSIS kelas sebelas. Kemudian di hari jumat depannya, mereka segera mengadakan pemungutan suara. Tak perlu lama, siang hari mereka sudah bisa mengumumkan siapa yang menjadi ketua OSIS yang baru.
Hari senin mereka melaksanakan serah terima jabatan setelah upacara bendera. Pelantikan pengurus OSIS yang baru yang dikebut itu hanya membutuhkan waktu empat hari mulai dari memilih kandidat, kampanye ke seluruh siswa hingga pidato visi misi yang diadakan di hari kamis. Mereka begitu tergesa gesa karena jadwal yang menanti mereka.
Para anggota baru langsung disibukan dengan kegiatan yang cukup besar yakni pemilihan siswa model atau yang biasa disebut pangeran dan putri. Sesaat setelah pemilihan ketua baru, OSIS segera mengadakan beberapa rapat untuk menyusun acara itu mulai dari pencarian dana sponsor dan banyak lagi. Mereka sedang dikejar waktu karena para guru memberikan terget hanya dua minggu saja.
Beberapa hari yang lalu Abi yang mendapat tugas menjadi pencari sekaligus pengumpul dana sponsor telah berhasil mengumpulkan seperempat dari dana tambahan yang dibutuhkan. Tentu ini adalah acara sekolah yang mana sekolah akan memberi sejumlah dana kepada OSIS. Tapi entah kenapa para pengurus utama OSIS itu selalu merasa kurang dengan dana yang mereka terima dan ingin membuat acara yang lebih besar lagi.
Tentu pencari dan pengumpul sponsor bukan hanya Abi, dua orang lainnya juga berhasil mengumpulkan dana yang jika ditotal dengan dana yang dikumpulkan Abi maka mereka telah mengumpulkan setengah dari dana tambahan yang dibutuhkan. Itu adalah kerja keras karena target yang diberikan Alicia dan teman temannya sangat tinggi. Entah apa yang mereka ingin lakukan dengan semua uang itu.
Mencari dana sebesar itu tidaklah mudah dan bahkan sekarang kurang lima hari lagi menuju acara puncak dan mereka masih harus mengumpulkan sejumlah dana lagi. Hal bertambah rumit di sisi Abi karena seperti kata Pak Santo dan Pak Eko sebelumnya, dua guru senior itu akan menjadikan Abi siswa model yang tentu saja harus mengikuti acara ini.
Abi juga disibukan dengan latihan berjalan seperti model, mengisi kertas kertas dan apapun itu yang berhubungan dengan persyaratan menjadi calon putri sekolahnya. Untung saja satu minggu ini tugas dari para guru tidak begitu banyak sehingga gadis itu bisa lebih sering keluar mencari sponsor.
Abi membawa map berisi surat perjanjian kerja sama dan amplop berisi uang menuju ruang OSIS. Di dalam ruang sempit itu sudah ada Zagi, Alicia, dan beberapa petinggi OSIS lainnya. Entah mereka sedang mendiskusikan apa Abi tidak begitu peduli karena memang itu bukan urusannya. Dia menyerahkan map dan uang ke siswi kelas sebelas yang menjabat sebagai bendahara pelaksana.
“Ini masih kurang setengah dari dana yang dibutuhkan Bi! Ini tinggal senin depan loh, gak banyak waktu lagi!” Ujar si bandara yang benyak mau itu. Abi yang bekerja dibawah perintahnya harus menahan emosi karena siswi kelas sebelas itu sangat plin plan dalam memutuskan dan banyak maunya. Dia bahkan tidak melihat realitas bahwa mendapatkan dana sebegitu banyaknya adalah hal yang tidak mudah.
“Hei anak baru, gue ada kenalan nih. Dia teman kakak gue dan kemarin main gitu kerumah. Dia pemilik cafe dan beberapa stand minuman kekinian gitu dan pas gue tanya, dia setuju buat sponsorin acara ini. Gu tipu tipu sedikit sih dan dia setuju ngasih dana yang cukup buat nutupin kekurangan lo, lebih mungkin! Ini kartu namanya!” Ujar Alicia sambil menyodorkan sebuah kartu nama.
“Sebenernya gue mau ambil sendiri dananya tapi gue hari ini ada acara jadi lo yang harus ambil. Disitu ada alamat rumahnya, lo datang kesitu aja setelah jam pulang sekolah.!” Tambah Alicia. Abi menelan ludah, entah apa yang harus diperbuatnya, trauma tentang kejadian kemarin masih terus melekat dipikirannya. Alicia kini menjadi satu satunya orang yang Abi benci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengatasi
Teen FictionSeperti biasa, Abi selalu mengawali paginya dengan ceria. Gadis itu melangkah sedikit melompat membuka satu per satu gorden yang ada dirumahnya. Sifatnya yang seperti itu membuat orang lain pasti berpikir bahwa dia anak yang ceria yang memiliki kelu...