Abi menguatkan hatinya dan bersiap. Dia sudah belajar banyak hal tentang organisasi dan keputusan bijak yang harus dibuat oleh pemimpin dalam waktu yang singkat malam tadi. Bel pulang berdering nyaring, membuat semua siswa bersorak girang. Tidak begitu dengan Abi, hari ini adalah hari dimana dia harus melaksanakan wawancara dengan Pembina OSIS dan beberapa perangkat intinya.
“Semangat Abi!” Ujar Gina, Diva, dan Nata secara bersamaan. Abi hanya membalasnya dengan senyuman. Sedikit boosting dari teman teman tidak ada salahnya. Abi menyakinkan dirinya kembali bahwa dirinya bisa, dia bisa melewati wawancara ini dengan lancar dan semoga dirinya tidak kebingungan ditengah rentetan pertanyaan yang diajukan. Dan yang paling penting, semoga Alicia dan temannya tidak melakukan sesuatu yang buruk padanya.
Abi berjalan menuju kelas XII MIA D dimana wawancara akan dilaksanakan. Tampak dari luar kelas itu sudah banyak anak yang menunggu, kebanyakan adalah siswa kelas sepuluh. Mereka tampak seperti sedang menghapal atau sedang berlatih berbicara di depan audience. Hal ini semakin membuat Abi gugup, ditambah semua adik kelasnya itu tampak bersemangat dan percaya diri.
Seseorang anggota OSIS yang tidak dikenal Abi muncul dari balik pintu membawa kertas yang mungkin berisikan nama nama calon. Anak itu memanggil salah satu calon untuk masuk ke dalam. Sudah setengah jam Abi menunggu, tinggal tiga orang diluar termasuk dia yang belum masuk. Tentu saja Abi akan dipanggil belakangan karena dia menyerahkan formulir pendaftaran belakangan juga.
Akhirnya Abi dipanggil juga, dia dipersilahkan masuk oleh anggota yang bertugas sebagai penjaga pintu. Dua orang guru pembina dan lima orang pengurus inti OSIS bersiap mengajukan pertanyaan pertanyaannya. Raut muka mereka yang tampak serius dan tegang membuat Abi semakin gugup dan tidak percaya diri. Sesungguhnya hal ini benar benar mengintimidasi dan sangat berbeda dengan organisasi di sekolahnya dulu.
“Wah Abigail! Sebuah kejutan kamu mau masuk OSIS!” Ujar Pak Eko bersemangat ketika melihat siapa yang akan dia wawancarai. Hal itu membuat Abi sedikit rileks meskipun tetap gelombang ketegangan masih berkecambuk di dalam dirinya.
“Sore pak!” Ujar Abi pelan membalas sapaan ringan dari Pak Eko. Satu pembina lainnya yang tidak dia kenal menyuruh Abi untuk memperkenalkan diri. Seperti biasanya dimulai dari nama, umur, kelas, dan alasan omong kosong kenapa ingin masuk OSIS. Abi mengambil napas dalam dan memperkenalkan diri semestinya. Tidak ada yang mencolok dari alasan Abi.
“Baiklah Abi. Pertanyaan pertama, apa yang kamu ketahui tentang OSIS?” Tanya ibu pembina yang masih belum Abi ketahui namanya itu. Seharusnya mereka juga memperkenalkan diri setelah calon memperkenalkan diri agar mudah dalam interaksi selanjutnya, batin Abi. Tapi entahlah, siapa Abi menyuruh mereka seperti itu.
“Hm, Organisasi Siswa Intra Sekolah atau bisa disingkat OSIS adalah organisasi yang berada di tingkat sekolah menengah pertama dan atas. Organisasi ini menjadi wadah bagi para siswa untuk berkumpul dan membuat kegiatan yang bermanfaat bagi seluruh siswa dan sekolah!” Jawab Abi cepat.
Beberapa pertanyaan umum lain diajukan oleh audience dan Abi menjawabnya dengan jawaban yang umum. Ketakutan yang semula menggebu di hati Abi tampak mulai sirna. Lihat itu Alicia hanya bertanya tentang pertanyaan biasa dan tidak satupun yang coba untuk menjatuhkannya. Mungkin juga karena disana ada Zagi dan dua guru pembina.
“Oke, sekarang bapak akan bertanya tentang mengambil keputusan dalam organisasi. Begini skenarionya. Ketua OSIS merencanakan konser untuk acara kelulusan dan kenaikan. Kamu berencana mengundang sebuah band ternama yang biayanya tidak murah tentunya. Karena dana bantuan dari sekolah tidak cukup, organisasi memutuskan untuk menarik dana dari para siswa sebesar 250 ribu dan memberikan waktu paling tidak dua minggu untuk para siswa membayarnya. Masalahnya adalah nilai yang sangat tinggi itu membuat para siswa keberatan dan tidak ada dari mereka untuk membayar. Sebagai calon OSIS, apa yang akan kamu lakukan untuk menghindari kejadian seperti ini dimasa depan?” Pertanyaan yang cukup panjang itu keluar dari mulut Pak Eko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengatasi
Teen FictionSeperti biasa, Abi selalu mengawali paginya dengan ceria. Gadis itu melangkah sedikit melompat membuka satu per satu gorden yang ada dirumahnya. Sifatnya yang seperti itu membuat orang lain pasti berpikir bahwa dia anak yang ceria yang memiliki kelu...