Abi merasakan dia berada di sebuah tempat yang cukup asing, tapi dia merasa pernah berada disini sebelumnya. Abi juga tidak asing dengan rerumputan yang diintak oleh kedua olehnya, dia sedikit menggesek gesekan telapak kakinya untuk memastikan apakah semua ini nyata.
Abi menoleh kebelakang dimana dia mendengar klakson kendaraan yang saling saut menyaut. Antrian kendaraan terlihat di sepanjang jalan bebas hambatan itu. Abi bisa melihat beberapa kendaraan datang dan segera mengambil jalur antrian yang mereka rasa paling pendek. Terlihat antrian kendaraan berjalan cukup lambat.
Abi melihat sebuah mobil sedan dengan warna putih melambat dan mengambil antrian di tengah tengah. Tak lama gadis itu bisa mendengar sebuah raungan kenalpot mobil dari kejauhan, tampaknya mobil itu sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Mobil sport itu menghantam mobil sedan putih yang sedang menunggu antrian.
Hantaman itu begitu keras hingga merusak beberapa mobil lain di depannya, percikan api terlihat jelas diatas aspal malam. Abi langsung berlari tanpa memperdulikan kekacauan yang ada di depannya. Gadis itu berlari menuju mobil sedan putih yang setengah hancur itu. Air matanya terus mengalir mendapati sang papa yang sudah tidak bergerak dengan luka dan darah disekujur tubuhnya.
Abi sempat menoleh ke arah kerumunan orang yang keluar dari mobil masing masing tapi gadis itu tidak berharap apapun dari orang orang itu. Abi mencoba menggapai tangan adiknya tapi tangannya bagai tertembus hanya lewat begitu saja. Akhrinya Abi berhenti mencoba dan hanya menangis mematung memandangi sang adik yang mulai kehilangan kesadaran juga dengan luka dan darah di sekujur tubuhnya.
Abi terbangun dari tidurnya, napasnya terengah engah dan keringat deras membasahi tubuhnya. Dia segera bangkit dari tidurnya dan duduk di tepian kasur berusaha untuk menenangkan diri. Abi mengambil napas dalam dan menghembuskannya kuat kuat untuk memperlambat detak jantungnya. Mimpi itu kembli datang, mimpi yang dia alami satu hari sebelumnya.
Abi memandang ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada yang aneh dengan kamarnya. Abi juga memegang beberapa bagian tubuhnya memastikan dia sadar sepenuhnya. Abi menghembuskan napas lega karena tidak ada yang salah dengan dirinya.
Tanpa sengaja, Abi memandang keluar jendelanya. Di halaman depan yang remang, Abi bisa melihat dengan jelas seorang wanita bertudung hitam berdiri disana. Abi bisa melihat aura hitam yang menyelimuti wanita itu yang tampak lebih besar dari sebelumnya.
Abi segera menuruni tangga dan tak lupa membawa tongkat golf papanya sebagai senjata perlindungan diri. Abi segera menghampiri wanita itu dengan tongkat golf teracung di udara. Gadis itu berusha untuk tidak takut. Abi melangkahkan kakinya penuh dengan kecemasan dan ragu ragu tapi dia tahu bahwa dia harus melakukannya.
“Siapa kamu!? Apa yang kamu inginkan dariku!?” Bentak Abi sambil bersiap memukul. Wanita bertudung itu menghadap ke arahnya, terlihat mata wanita itu merah menyala. Abi bisa merasakan hawa ngeri yang berasal sekujur tubuh wanita yang ada dihadapannya.
“Siapa kamu!!? Berhentilah menggangguku!!!” Bentak Abi lebih keras lagi. Air matanya mulai menggenang, matanya berlinang memantulkan cahaya bulan. Wanita bertudung hitam itu tatap diam mematung, terus memandangi Abi yang mulai meneteskan air matanya.
Abi mengerutkan dahinya, giginya bergemeretak. Gadis itu menutup matanya lalu menguatkan hati kemudian mengayunkan tongkat golf itu dengan sekuat tenaga. Tongkat itu hanya mengenai udara kosong, Abi tidak merasakan dia menghantam sesuatu.
Abi membuka kembali kedua matanya dan mendapati wanita bertudung hitam itu sudah menghilang. Abi tahu wanita itu masih berada di sekitar, dia bisa merasakannya. Abi terus memasang kuda kuda siap untuk menebas apapun yang mengagetkannya.
Abi menoleh ke kanan dan ke kiri bahkan ke belakang untuk memastikan semuanya sudah aman. Tiba tiba wanita bertudung itu muncul dihadapan Abi dengan mata merah menyalanya. Abi pun terbangun dari tidurnya dengan napas yang terengah engah juga keringat dingin membasahi kepala dan tubuhnya. Gadis itu segera bangkit sambil terus memegangi dada kirinya, merasakan detakan jantungnya yang begitu cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengatasi
Teen FictionSeperti biasa, Abi selalu mengawali paginya dengan ceria. Gadis itu melangkah sedikit melompat membuka satu per satu gorden yang ada dirumahnya. Sifatnya yang seperti itu membuat orang lain pasti berpikir bahwa dia anak yang ceria yang memiliki kelu...