Suara tangis itu sudah menghilang tetapi Abi masih beberapa kali sesenggukan. Gadis itu sudah memakai kembali bajunya yang basah. Abi masih terduduk menyender di pohon meratapi kejadian buruk yang baru saja menimpanya. Bahkan sedikitpun dalam hidupnya, Abi tidak pernah membayangkan akan satu sekolah dengan orang jahat seperti Alicia.
Abi mengambil napas dalam dan mengusap air mata untuk sekian kalinya, gadis itu beranjak berdiri dan kembali ke villa. Sesaimpainya disana, Abi terus berusaha bersikap biasa seakan akan sepuluh menit yang lalu tidak ada orang yang mempermalukannya. Para calon anggota sudah berlalu lalang membawa perlengkapan mandi, sepertinya Abi memang jadi yang terakhir datang.
“Abi? Kamu kenapa basah kuyup seperti itu?” Tanya Zagi yang baru saja selesai mandi. Terlihat dari perlengkapan mandi yang dibawanya. Abi hanya membalas dengan senyuman seperti biasanya, menyamarkan rasa sakit hati yang dirasakannya. Abi berlalu begitu saja tanpa sepatah katapun, sebaiknya dia segera mengambil alat mandi dan mandi untuk membersihkan badannya.
Abi berharap rasa malunya itu akan luntur seiring air yang mengguyur badannya. Badan Abi sudah bersih, tubuhnya sudah kembali wangi tapi perasaan itu masih menyelimuti hatinya. Seakan akan tubuhnya sedang tidak mengenakan sehelai benang pun. Rasa malu itu begitu besar karena semasa Abi hidup, dia tidak pernah menunjukan tubuhnya kepada orang lain selain orang tua dan Bi Ami.
Para dewan guru yang mengawasi entah pergi kemana, kesempatan itu dimanfaatkan dengan baik oleh para pengurus OSIS. Mereka melanjutkan acara perpeloncoan tidak berguna itu hingga larut malam. Semua calon terutama Abi merasa menyesal telah mengikuti kegiatan ini. kegiatan ini bukan untuk membentuk mental dalam berorganisasi tetapi hanya sekedar sarana untuk para senior mengerjai junior mereka.
Malam berganti pagi. Teriakan dari para anggota yang masuk begitu saja ke dalam ruang tidur calon membuat seluruh palon segera terbangun. Mereka bahkan belum mendapatkan waktu tidur lebih dari tiga jam dan kini sudah dibangunkan lagi. Entah siksaan apa lagi yang sudah dipersiapkan oleh kakak kakak biadab itu.
Mengingat dewan guru telah berlibur dan beristirahat dengan baik, mood mereka menjadi baik untuk melaksanakan tugas awal mereka yaitu mengawasi kegiatan pelantikan ini. Hal itu membuat para anggota tidak bisa berkutik dan tentunya harus menjalankan kegiatan sebagaimana mestinya kegiatan dijalankan. Pagi berganti siang, siang berganti sore, dan sore berganti malam.
Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam, kegiatan diisi acara santai karena memang inti acara sudah selesai. Semua bersuka ria menonton pertunjukan musik yang dibawakan oleh Zagi yang terkenal sebagai vokalis di bandnya. Teriakan riuh menyelimuti suasana malam itu, Abi tetap berusaha menikmati kegiatan terakhir ini. Sambil tersenyum, gadis itu melihat Zagi yang bernyanyi dengan diiringi gitar akustik.
Penampilan sederhana itu mulai berubah menjadi pesta anak sekolahan dengan iringan musik dari pengeras suara yang dibawa dari sekolah. Para anggota itu berdansa bak dunia milik mereka sendiri. Abi melihat beberapa dari mereka meminum air yang berwarna kekuningan sambil terus berdansa seperti kehilangan kesadaran. Batasan antara siswa laki laki dan perempuan sudah tidak ada lagi. Mereka murni melebur menjadi satu di tengah pesta itu. Bahkan beberapa calon anggota ada yang ikut menari.
Suasana semakin riuh dan panas. Abi hanya bisa duduk dan mengamati karena dia belum pernah merasakan pergaulan seperti ini. Ini adalah pergaulan yang salah, tidak seharusnya anak sekolah melakukan pesta seperti ini dan bahkan apa minuman berwarna kuning itu, batin Abi. Gadis itu mulai tidak nyaman dengan sekitarnya. Beberapa siswa laki laki dengan sengaja tampak memegang beberapa bagian tubuh terlarang dari siswa perempuan dan bukannya menolak, para siswa perempuan itu tampak menikmatinya.
Abi beranjak dari tempatnya duduk dan masuk ke dalam bangunan villa. Gadis itu memutuskan akan berpura pura sakit perut dan mengunci dirinya di kamar mandi sampai pesta konyol ini selesai. Sesaat sebelum belum memasuki lorong yang mengarah ke kamar mandi, Abi mendengar seseorang seperti sedang beradu argumen. Mereka tampak cekcok berat dan Abi mengenal suara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengatasi
Teen FictionSeperti biasa, Abi selalu mengawali paginya dengan ceria. Gadis itu melangkah sedikit melompat membuka satu per satu gorden yang ada dirumahnya. Sifatnya yang seperti itu membuat orang lain pasti berpikir bahwa dia anak yang ceria yang memiliki kelu...